Friday, August 4, 2023

Sinopsis "Meditations - Marcus Aurelius" Bahasa Indonesia

Meditations
by: Marcus Aurelius

Dari kakekku, aku belajar tentang kesopanan. Dari ayahku, aku belajar tentang kerendahan hati. Dari ibuku, aku belajar tentang kesederhanaan hidup. Dari kakek buyutku, aku belajar dari guru terbaik. Dari guruku, aku belajar untuk tidak berpihak. Dari Diognetus, aku belajar menghindari hal-hal remeh. Dari Rusticus, aku belajar menempa karakterku. Dari Apollonius, aku belajar untuk memandang tanpa berpaling. Dari Sextus, aku belajar tentang welas asih. Dari Alexander, aku belajar menahan diri. Dari Fronto, aku belajar kemunafikan seorang tiran. Dari Alexander sang Platonis, aku belajar untuk tidak mengabaikan orang-orang terdekatku. Dari Catulus, aku belajar menerima kritik. Dari Severus, aku belajar untuk mencintai kebenaran dan keadilan. Dari Maximus, aku belajar bagaimana mengelola diriku sendiri. Dari ayah angkatku, aku belajar tentang ketenangan dan kepatuhan tak tergoyahkan terhadap hal-hal yang diyakini. Beliau mampu menahan diri sekaligus menikmati hal-hal yang lazimnya menjadi kelemahan banyak orang. Aku bersyukur kepada Para Dewa yang telah memberkahi diriku.

Awali hari dengan mengatakan pada dirimu sendiri: “Kita semua terlahir untuk bekerja sama, melawan satu sama lain adalah hal yang bertentangan dengan alam.” Oh jiwaku, janganlah kau melakukan perbuatan yang menyakiti diri sendiri, janganlah kau biarkan kebahagiaanmu bergantung pada orang lain. Mereka yang gagal memperhatikan jiwa mereka sendiri, sudah pasti tidak bahagia. Kau bisa saja meninggalkan hidup ini saat ini juga, maka aturlah segala hal yang kaulakukan dan pikirkan dengan baik. Jika seseorang tidak memiliki sesuatu, bagaimana ia bisa kehilangan sesuatu?! Dan jiwa seseorang menusia melukai dirinya sendiri. Terima apa pun yang terjadi, semua itu tertulis dalam suratan takdir.

Kita harus memperhitungkan bahwa hidup kita berkurang setiap harinya. Kita juga mengamati bahwa segala sesuatu yang terjadi berkat anugerah alam mengandung sesuatu yang menyenangkan sekaligus menarik. Jangan menyia-nyiakan sisa hidupmu untuk memikirkan orang lain, kecuali terkait dengan hal-hal yang menjadi kebaikan bersama. Tugasmu adalah berdiri tegak dengan kemampuan sendiri, bukan ditegakkan oleh orang lain. Seseorang yang mengutamakan pikiran dan keilahiannya sendiri, tidak berdrama seolah dirinya korban, ia menjalani hidup dengan sikap tidak mengajar atau pun menghindar. Ingatkan dirimu bahwa setiap orang hidup hanya di masa kini, sisanya hanyalah kehidupan masa lalu atau masa depan yang tak pasti. Jika kau focus menjaga bagian dari dirimu yang ilahiah tetap murni, maka kau akan hidup bahagia, dengan pemusatan perhatian pada ikatan yang saling menyatukan antara yang ilahiah dengan yang manusiawi. Karakteristik dari seorang yang baik adalah memiliki rasa senang dan puas terhadap apa pun yang terjadi.

Tak ada tempat yang lebih tenang daripada saat seorang manusia masuk ke dalam jiwanya sendiri. Alam semesta adalah perubahan: hidup adalah persepsi. Hapus persepsi yang kaumiliki, dan dengan demikian kau telah menghilangkan keluhan, “Aku disakiti.” Selama kau masih diberkahi hidup, selagi kau masih punya kemampuan, jadilah orang yang baik. Dalam setiap peristiwa, tanyakan pada dirinya sendiri: “Apakah ini sesuatu yang penting atau tidak?” dan jangan merepotkan diri sendiri, buatlah dirimu tetap sederhana. Jalani sisa hidup mu seperti seseorang yang telah memercayakan seluruh jiwanya kepada Yang Ilahi, jangan biarkan dirimu menjadi tiran maupun budak bagi manusia mana pun. Lakukanlah apa yang selaras dengan tatanan kehidupan alami, berpegang erat padanya, dan merasa puas terhadapnya. Jadi, sebenarnya apakah yang di maksud dengan kenangan yang abadi? Tak lain merupakan kehampaan belaka. Maka, lewati ruang dalam perjalanan waktu yang singkat ini dengan menyelaraskan diri dengan alam semesta, dengan berkata-kata dan bertindak sesuai dengan akal sehat.

Di waktu pagi, ketika kau enggan bangun, pikirkan: “Aku bangun tidur untuk berkarya sebagai seorang manusia.” Ikutilah kodratmu sendiri dan kodrat universal: keduanya memiliki jalan yang satu dan sama. Penting untuk berbahagia atas apa pun yang terjadi pada dirimu. Jika kau gagal, kembali dan coba lagi, lalu cintailah dirimu yang kembali mencoba. Dalam setiap kesempatan, tanyakan: “Apa yang sekarang aku punya di dalam bagian dari diriku yang bernama pikiran pengendali?”. Hal-hal yang sering kaupikirkan akan menjadi karakter dari pikiranmu; dan jiwa sejatinya diberi sentuhan warna oleh pikiran. Hidup bersama paea Dewa berarti jiwa yang puas akan nasib dan memenuhi keinginan keilahian. Kecerdasan dari keseluruhan ini sejatinya bersifat sosial. Dan nasib baik terdiri dari kecenderungan jiwa yang baik, dorongan hati yang baik, serta tindakan yang baik.

Nikmatilah satu hal dan buat dirimu nyaman di dalamnya, ketika beralih dari satu tindakan sosial ke tindakan sosial lain nya, selalu tempatkan pikiranmu pada Yang Ilahi. Kembalilah kepada Filsafat sesering mung kin, dan ambil kenyamanan darinya. Menghormati pikiranmu sendiri akan membuatmu bahagia dengan dirimu sendiri, yaitu memuji semua yang Dewa telah tetapkan dan putuskan. Jika apa pun bisa dicapai oleh manusia, selama itu selaras dengan kodratnya, maka percayalah bahwa semua ini bisa dicapai olehmu juga. Hanya ada satu hasil yang bisa dipetik dari hidup yang dijalani dengan baik, yaitu sikap yang rendah hati dan tindakan yang berguna bagi masyarakat. Sesuaikan dirimu dengan hal-hal yang telah menjadi tanggung jawabmu, dan cintai orang-orang yang telah ditakdirkan untukmu—tulus sepenuh hati. Masing-masing manusia selaras dengan kondisi dan kodratnya sendiri. Dan, kodratku adalah rasional dan sosial. Ada satu hal di dunia ini yang sangat berharga, yaitu menjalani hidupmu dalam kebenaran dan keadilan, dengan sikap yang penuh kebajikan, bahkan kepada mereka yang berkata bohong atau bersikap tidak adil. Kita memiliki kekuatan untuk tidak membentuk opini terhadap sesuatu, dan tidak membiarkan jiwa kita terusik.

Perlu diingat, bahwa nilai diri setiap orang sama besarnya dengan nilai segala sesuatu yang ia kerjakan. apa pun yang bisa kulakukan sendiri maupun dengan orang lain, harus memiliki fokus ini: manfaat dan harmoni bersama. Apa pun yang dilakukan atau dikatakan oleh orang lain, aku harus tetap menjadi orang baik. Apakah yang lebih menyenangkan atau lebih sesuai dengan kodrat universal yang berlaku, daripada perubahan? Ketika seseorang berbuat salah padamu, pertimbangkan persepsi mereka, dan jika kau memahaminya, kau akan merasa iba. Jangan terlalu banyak berpikir tentang apa yang tidak kaumiliki: lebih baik pikirkan tentang berkah terbesar dari apa yang kaumiliki. Tidak baik bagi kita untuk merasa kesal terhadap berbagai hal, Karena mereka tidak peduli pada kemarahanmu. Cintai hanya yang muncul di jalan hidupmu dan ditakdirkan untukmu; Apa yang lebih cocok untukmu dari itu? Seninya hidup lebih menyerupai seninya bergulat ketimbang seninya menari, karena kita harus tetap tegak berdiri untuk menghadapi apa pun yang terjadi. Kau memiliki kemampuan untuk hidup bebas tanpa tekanan dan dalam rasa damai tertinggi dalam pikiranmu, bahkan jika semua orang di seluruh dunia berteriak melawanmu sepuas-puasnya.

Dalam setiap tindakan, tanyakan pada dirimu sendiri, “Bagai mana rasanya setelah aku melakukan hal ini? Apakah aku akan menyesalinya?” Ini hal yang utama: jangan gelisah, karena segala sesuatu meng ikuti kodrat dari Keseluruhan. Setiap makhluk hidup akan tercukupi jika mengikuti jalan yang benar menurut kodratnya sendiri. Melakukan pekerjaan yang benar merupakan sebuah kepuasan bagi manusia, yakni yang membawa kebaikan untuk sesama manusia. Kemudian ingatkan dirimu bahwa bukan masa depan atau masa lalu yang menya kitimu, tetapi hanya masa kini. Jika kau tersakiti oleh hal-hal eksternal, sebenarnya bukan hal itu yang mengganggumu, tetapi penilaianmu sendiri terhadapnya. Kodrat universal tidak akan memberikan apa pun yang tidak dapat kautanggung. Jaga dirimu sendiri sepanjang waktu untuk berkomitmen pada kebebasan, kesederhanaan, dan kesopanan. Manusia hidup demi bermanfaat untuk satu sama lain. Jadi, ajari mereka atau bertoleransilah.

Orang yang bertindak secara tidak adil, berdosa atas tindakannya. Karena,alam semesta menciptakan makhluk rasional agar satu dengan lainnya bisa saling membantu, bukan untuk saling melukai, Orang yang berdosa sesungguhnya melakukan dosa terhadap dirinya sendiri, karena ia membuat dirinya melakukan keburukan. Jika kau bisa, maka tunjukkan hal yang benar kepada orang-orang yang melakukan kesalahan dengan cara mengajari mereka. Setiap tindakan yang kaulakukan menjadi bagian yang tak terlepaskan dari kehidupan sosial. Jika ada orang yang berbuat salah, maka semua kerugiannya adalah untuk dirinya sendiri.

Jiwaku, akankah kau menjadi baik, lebih cerah dari tubuh yang menyelubungimu? Apa pun yang terjadi pada dirimu, semua sudah dipersiapkan untukmu sejak awal keabadian. dengan mengingat bahwa aku adalah bagian dari Keseluruhan yang terbentuk, aku akan merasa bahagia dengan semua yang terjadi. Cobalah untuk membangun cara yang kontemplatif dalam melihat bagaimana segalanya berubah dari satu hal menjadi hal lain. Manusia yang mengikuti nalar dalam segala hal itu sesungguhnya tenang dan aktif di saat yang bersamaan, juga bersemangat dan dapat menguasai diri. Hukum adalah tuan kita dan pelanggar hukum adalah buronan; orang yang merasa takut, berduka, atau marah, adalah seperti seorang buronan. Ketika kau tersinggung karena kesalahan yang dilakukan oleh orang lain, berbaliklah kepada dirimu sendiri dan renungkan kesalahan serupa yang kaulakukan. Perhatikan baik-baik kemudahan yang dibawa nalar melewati segala sesuatu, seperti api yang lidahnya menjalar naik, seperti batu yang bergulir ke bawah, berhenti mencari apa pun lebih jauh lagi. Secara umum, ingatlah bahwa tidak ada yang merugikan orang yang merupakan penduduk sesungguhnya, selain yang merugikan kota; dan tidak ada yang merugikan kota selain yang merugikan hukum. Eksistensi yang singkat adalah umum bagi segala sesuatu nya, tetapi kau menghindari dan mengejar segala sesuatunya seolah-olah mereka akan abadi selamanya. Sebagaimana perut yang sehat mampu menerima semua jenis makanan, pikiran yang sehat juga harus siap untuk segala kemungkinan yang bisa terjadi. Biasakan dirimu untuk bertanya saat hendak melakukan sesuatu: “Apa tujuannya melakukan ini?”

Terdapat sejumlah sifat dari jiwa yang rasional: jiwa tersebut melihat dirinya sendiri, menelaah dirinya sendiri, dan ia membuat dirinya sendiri seperti yang ia inginkan. Camkan hal ini di benakmu: jangan pernah berhenti melakukan kebaikan. Seorang manusia yang terpisah dari manusia lainnya telah keluar dari keseluruhan komunitas masyarakat sosial. Orang yang baik, sederhana, dan penuh kebajikan akan memperlihatkan kualitas itu di matanya, dan kau tidak dapat salah mengira karakternya. Jika ada yang menyinggungmu, pertimbangkanlah bahwa bukan perbuatan mereka yang mengganggu kita, tetapi opini kita sendiri yang mengganggu kita. Apa yang akan dilakukan manusia paling jahat terhadapmu jika kau terus bersikap baik padanya? Kemarahan adalah tanda kelemahan sekaligus rasa sakit, dan dalam keduanya ada luka dan tanda menyerah. Seseorang yang tidak memiliki satu tujuan yang sama dalam hidup, tidak dapat menjadi satu dan sama sepanjang hidupnya. “Tidak ada pencuri yang bisa mencuri kehendak bebas dari dirimu,” demikian kata Epiktetos.

S egala sesuatu yang kaudoakan agar segera datang, melalui jalan yang panjang, dapat menjadi milikmu sekarang, jika kau murah hati kepada diri sendiri. Tubuh dan napas merupakan milikmu, sejauh tugasmu harus men jaganya, tetapi hanya pikiran yang merupakan milikmu sepenuhnya. Aku sering bertanya-tanya bagaimana setiap orang bisa mencintai dirinya sendiri lebih dari orang lain, tetapi menilai pendapatnya sendiri lebih rendah dari pendapat orang lain. Sebenar-benarnya kebebasan yang harus dilakukan manusia hanya apa yang dikehendaki Yang Ilahi, dan untuk menyambut semua yang diberikan Yang Ilahi kepadanya. Betapa menggelikan—dan sungguh seperti orang asing di dunia ini—jika ada manusia yang masih juga terkejut dengan segala sesuatu yang dialami dalam hidup. Dari itu, jangan lakukan apa pun tanpa memperhatikan orang lain atau tanpa tujuan, dan pastikan semua perbuatanmu tidak mengacu pada apa pun selain untuk kebaikan bersama. Pikirkan bahwa semuanya adalah opini, dan itu ada di bawah kendali pikiranmu sendiri. Singkirkan prasangka, maka kau akan selamat. Akan lebih bijak bagi manusia untuk menggunakan materi yang diberikan kepadanya untuk menunjukkan dirinya adalah manusia yang adil, sederhana, dan patuh kepada Yang Ilahi.

 

Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.


0 comments:

Post a Comment

 
;