Friday, April 22, 2016

Sinopsis "Rico de Coro" Bahasa Indonesia

Rico de Coro
by: Dee Lestari


Aku jatuh cinta pada seorang gadis remaja yang berparas manis, dengan nama yang manis pula: Sarah. Dan itu merupakan masalah besar bagi bangsaku. karna bagi mereka Sarah tak lebih dari seorang pembunuh. Padahal aku tahu pasti, Sarah tidak mungkin membunuh. Setiap kali mendekati kerajaan yang bernama dapur, ia selalu minta ditemani.

Ayah tak pernah mau mengerti. Sebagai seorang raja yang berwawasan luas dikarenakan masa kecilnya dihabiskan di lubang dekat televisi, ia memberikan kami sebuah nama yang diambil dari televisi, untuk membedakan kami dengan kecoak-kecoak selokan. Berbeda denganku. Tadinya aku mau dinamai Tak Tik Boom. Ayah bilang nama itu cocok untuk seorang pangeran, lucu tapi juga kedengaran cerdik dan taktis.

Namun semuanya berubah saat kudengar sebuah nama terucap dari mulut Sarah pujaanku. Saat itu ia sedang memberi nama pada Ikan Arwana kesayangan Om Haryanto bersama kedua saudaranya, David dan Natalia. Dimana mereka juga menamai makanan yang hendak diberikan pada Ikan Arwana tersebut. Dan terucaplah sebuah nama Rico de Coro untuk seekor kecoak apes yang kemudian lenyap disantap Ikan Arwana.

Suatu malam terjadi rapat besar di lemari gas LPG, istana kediaman ayah. Dimana Petruk, selaku asisten pribadi ayah mengumumkan, bahwa Lala Pita, seekor kecoak albino yang manis telah dibunuh oleh David. Kejadian itu membuat ayah memberlakukan jam siang.

Aku yang mengetahui penyebab perburuan kecoak yang semakin mengganas, segera melaporkannya para Petruk, yang segera pergi melapor pada Ayah. Namun Ayah malah tambah naik pitam, memanggilku, dan mencemooh perasaan cintaku pada Sarah. Puncaknya ia menyuruhku untuk berkaca sambil mengatakan; “Lihat dirimu. Kita ini kecoak! Di mata manusia, kita selamanya hitam, kecil, jelek, bau.”

Seekor makhluk aneh berada di bilik istana, yang ternyata merupakan kecoak yang dijadikan kelinci percobaan. Namun gagal. Namanya Absurdo, dan ia berbicara dengan terbatah-batah. Aku menjadi cukup dekat dengan Tuan Absurdo, dimana ia bekerjasama dengan Ayah untuk memberikan pelajaran pada David menggunakan racunnya.

Di hari yang telah ditetapkan, Tuan Absurdo diboyong ke dalam laci meja belajar David yang memang selalu dibiarkan setengah terbuka. Setelah mengucapkan salam perpisahan pada Tuan Absurdo. Aku memilih pergi ke kamar Sarah, yang hari ini berumur 15 tahun.

Kulihat Sarah terperanjat. Begitu pula aku yang kaget sendiri mendengar bunyi sayapku yang baru saja tumbuh menggeser tirai. Sarah yang terlanjur takut, buru-buru keluar meminta bantuan. Natalia segera menghampiri Sarah di kamar David, menanyakan apakah ada yang aneh dengan kecoaknya.

David kemudian segera bangkit untuk mengecek ke kamar Sarah, meminta Sarah untuk mengambil senter di laci kamarnya. Membuat seluruh badanku berdesir mendengarnya. Tak ada yang kuingat selain putihnya gaun Sarah yang tak boleh dicemari air mata. Dan tawa lepasnya yang takkan kubiarkan menjadi erangan tangis. Sayup-sayup terdengar suara Sarah menjerit “Itu kecoaknya, ITU!”

David yang panik segera mengeluarkanku dan siap melindasku. Namun Natalia menghentikannya. Dilihatnya buronan yang selama ini ia cari-cari, Tuan Absurdo.

“David!, kecoaknya masih hidup!”

Itulah teriakan Sarah yang terakhir kali kudengar, sebelum riwayatku tamat di bawah sandal karet David yang memukulku berulang-ulang. Natalia diam termangu. Matanya nanar memandangi tubuhku yang sudah tak berbentuk. “Tapi kecoak itu yang telah menyelamatkanmu Sarah” bisiknya pada Sarah.

“Kakak…”

Sayup-sayup kudengar suara merdunya yang memanggil Natalia yang baru saja bangun pagi.

“Kamu kenapa?” tanya Natalia bingung.

“Tadi malam aku mimpi jadi putri”, senyum Sarah mengembang, tersipu-sipu. “Aku bertemu dengan pangeran, namanya Rico de Coro, lalu kami jalan-jalan, berdansa, dia cium pipiku dan bilang selamat ulang tahun.”


Terimakasih atas Pembelian Buku Original-nya!!


Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat]
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.

0 comments:

Post a Comment

 
;