Friday, April 15, 2016

Sinopsis "Filosofi Kopi - Dee Dewi Lestari" Bahasa Indonesia

Filosofi Kopi
by: Dee Dewi Lestari


Aku berpartner dengan Ben, salah seorang barista (peramu kopi) terhandal di Jakarta, membuka kedai kopi dengan nama Ben dan Jody. Dimana Ben selalu menjelaskan filosofi dari setiap jenis kopi yang dibeli oleh pelanggan.

Setelah setahun kedai kami berdiri, Ben malakukan inovasi  baru, dengan menambahkan deskripsi singkat mengenai setiap jenis kopi. Puncaknya, ia mengubah nama kedai kami menjadi Filosofi Kopi, dengan selogan yang berbunyi “temukan diri anda disini”. Inovasi-inovasi tersebut, membuat pelanggan semakin berdatangan.

Ben kemudian menerima tantangan dari seorang pria perlente yang memintanya untuk meracik kopi yang memiliki arti; “kesuksesan adalah wujud kesempurnaan hidup”, dengan imbalan sebesar $50.000.000.

Berminggu-minggu telah berlalu, dan suatu malam akhirnya Ben menyodorkan secangkir kopi padaku, dan aku menyambutnya dengan takjub sekaligus memberikannya selamat. Ben memberikan nama kopi racikannya itu dengan nama; Ben’s Perfecto.

Keesokan harinya, Ben menelpon penantangnya, dan berhasil memuaskan sang pelanggan. Dimana Ben’s Perfecto juga menjadi menu andalan kedai kami. Namun, beberapa hari kemudian seorang bapak-bapak pecinta kopi yang terlihat seperti orang yang tak biasa minum kopi di kafe, membuat Ben merasa depresi. Karna orang tersebut mengungkapkan ada kopi yang sedikit lebih enak dari Ben’s Perfecto.

Ben menghapiriku, memintaku untuk menutup toko dan pergi menemaninya ke suatu tempat. Kami menempuh perjalanan yang jauh, dimana kami terpaksa menginap di Klaten semalam, dan melanjutkan perjalanan esok harinya.

Sesampainya di tempat tujuan, kulihat warung reot dari gubuk yang berdiri diatas bukit itu merupakan warung milik Pak Seno. Ben segera memesan dua kopi Tiwus kepada Pak Seno, kami mengetahui nama kopi tersebut saat bertanya pada seseorang di tengah perjalanan. Tanpa bersuara kami berdua menghabiskan teguk demi teguk kopi Tiwus yang telah disajikan dihadapan kami. Dimana kami bisa membayar seikhlasnya untuk secangkir kopi tersebut.

Ben yang mengakui kekalahannya, memintaku untuk memberikan cek $50.000.000 yang didapatkannya pada Pak Seno, tapi aku menentangnya dengan keras. Sepulangnya ke Jakarta, aku sibuk menerima telpon dari para pelanggan yang merindukan Filosofi Kopi, sementara Ben bermenung diri dengan putus asa.

Saat kulihat sebungkus kopi tiwus yang menganggur, kuputuskan untuk meramunya. Setiap tegukan semakin membuat benakku padat dengan kenangan-kenangan indah bersama Ben di kedai kopi kami.

Keesokan harinya, aku bertemu Ben dikedai, dan kusuguhkan kopi Tiwus padanya. Kuungkapkan kebenaran kata-kata Ben, sekaligus memintanya untuk kembali membuka kedai Filosofi Kopi. Ben menyiapkan peralatan untuk esok hari, setelah mengetahui bahwa aku telah memberikan cek $50.000.000 itu pada orang yang tepat.

Beberapa hari sebelumnya, Pak Seno yang menerima cek $50.000.000 menunjukkan cek tersebut pada istrinya. Dimana mereka hanya menganggap cek tersebut sebagai kenang-kenangan, tanpa tahu bahwa cek tersebut merupakan uang yang banyak.

Terimakasih atas Pembelian Buku Original-nya!!

Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat]
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.

0 comments:

Post a Comment

 
;