Kunci
Memahami Ilmu Tasawwuf
By: Dr. Mustafa Zahri
Kerohanian
(Tasawwuf) adalah pusaka keagamaan islam yang dimulai dari Nabi Muhammad
sendiri, pada Sahabatnya, terus pada para Tabiin, para penerus Tabiin, dan
seterusnya hingga masa kita ini. Hal ini menunjukkan bahwa pengakuan dan
penyaksian Tuhan itu telah terjadi sejak manusia berada dalam alam arwah,
sebagaimana firman Allah: Alastu
birabbikur? Qolu bala syahidna, yang artinya; Bukankah aku ini tuhanmu?
(makan menjawab jiwa) Ya, kami telah naik saksi.
Di
zaman sekarang, generasi muda seringkali terpengaruh oleh pengaruh kebendaan,
yang membuat moral mereka terdekandasi. Oleh sebab itu, hidup kerohanian
(Tasawwuf) berhubungan erat dengan pembangun moral mereka.
Ilmu
tasawwuf terdiri atas pendidikan 3 tingkat, yaitu:
1.
Takhalli
(mengosongkan diri dari sifat-sifat tercela, maksiat lahir, dan maksiat bathin)
2.
Tahalli (mengisi
diri dengan sifat-sifat terpuji, taat lahir, dan juga taat bathin)
3. Tajalli
(merasakan ketuhanan hingga mencapai kenyataan Tuhan)
Tarekat adalah jalan dalam melakukan sesuatu ibadah
sesuai dengan ajaran yang dicontohkan Nabi Muhammad. Dimana itulah jalan yang
dilakukan oleh setiap sufi (orang yang bertasawwuf). Tujuan tarekat sendiri
ialah untuk mencapai Fanaa (lenyapnya indrawi), yang bisa dicapai dengan
Dawamuz-Zikir (tetap ingat pada Allah) dan Dawamun-Nisyaan (tetap lupa pada
yang lain).
Adab
persiapan untuk berdzikir:
1. Berniat (Ilahii
anta maqsudi waridhaka madlubii/Tuhanku, engkaulah tujuanku, dan ridhamulah
yang kucari).
2. Duduk tarekat
(duduk seperti duduk tahyat akhir dalam shalat, dengan kepala ditundukkan ke
kiri)
3.
Rabithatu
mursyid (mengucap salam pada nabi Muhammad)
4.
Bertaubat
(mengucap Istighfar 14x)
5.
Membaca doa
fatihah (membaca fatihah 1x dan al-ikhlas 3x, dimana pembacaan tersebut
dikhusukan pada Nabi Muhammad)
6. Renungan
(dunia ditinggalkan dibelakang, dikanan surga dan dikiri neraka, tak bisa masuk
ke neraka karna terlalu panas, tak bisa masuk surga karna terlalu banyak dosa,
jadi tetap maju untuk menemukan Allah)
Adab
persiapan untuk berdoa:
1.
Menghadap kiblat
2.
Memuji Allah
(Alhamdulillahi ala kulli haalin)
3.
Bertasbih pada
Allah (Subhaana rabbiyal aliyyil wahhab)
4. Bershalawat pada
Nabi Muhammad (Allahumma shalli ala Muhammad wa’ala ali Muhammad)
5. Minta
ampun untuk diri sendiri dan orang tua (Rabbirg firrii waliwaalidayya
warhamhumaa kamaa rabbayaanii shagiraa)
Al-Ghazali menandaskan bahwa siapa yang membantah
adanya manusia tingkat wali, maka ia juga membantah adanya manusia tingkat
nabi. Nabi dan wali adalah orang keramat, dimana keramat berasal dari kata
Akrama (paling mulia).
Salah satu kunci mengenal Tuhan, ialah dengan
mengenal diri sendiri. Dan Laa Ilaaha Illallah adalah konsepsi ketuhanan yang
paling suci dan paling benar, yang dikirim oleh Tuhan pada manusia dengan
perantara nabinya.
Hakekat Tasawwuf didasarkan pada peri hidup Nabi
Muhammad, antara lain:
· Zuhud (anti keduniaan yang berlebih-lebihan)
· Qanaah (merasa cukup apa adanya)
· Thaat (melakukan perintah Allah dan Rasul,
serta meninggalkan larangannya)
· Istiqamah (berkekalan dalam beribadah)
· Mahabbah (mencintai Allah dan Rasul melebihi
dirinya sendiri)
· Ikhlas (bersedia menjadi penebus apa saja
untuk Allah)
· Ubudiah (mengabdikan diri pada Allah)
Adalah Allah yang wajibulwujud (wajib adanya), maka
dari itu, dengan sendirinya memberikan kemungkinan untuk dapat/boleh dilihat
oleh makhluknya.
Muraqabah menunjukkan bahwa seseorang hamba tahu
sepenuhnya bahwa Allah selalu melihatnya, sedangkan Musyahadah ialah
menghadirkan diri pada Allah. Adapun jalan untuk bermusyahadah ialah melalui 4
tingkat pintu kematian:
1.
Mati tabii
(terjadi saat dzikir qalbi dalam dzikir lataif)
2.
Mati maknawi
(terjadi saat dzikir latifatur-ruh dalam dzikir lataif)
3.
Mati suri
(terjadi saat dzikir latifatus-sirri dalam dzikir lataif)
4.
Mati hissi
(terjadi saat dzikir latifatul-hafi dalam dzikir lataif)
Makrifat sebagai maqam tertinggi dalam Tasawwuf
merupakan pengertian dari mengetahui Allah dari dekat, dimana hati sanubari
melihat Allah.
Note:
- dikhususkan
bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat]
- bagi yang
belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab
setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.
0 comments:
Post a Comment