Saturday, October 20, 2018

Sinopsis "Runtuhnya Hindia Belanda" Bahasa Indonesia


Runtuhnya Hindia Belanda
By: Nino Oktorino

Pada Mei 1940, setelah pemboman besar menghancurkan kota Roterdam, angkatan perang Belanda diduduki oleh Jerman Nazi. Di seluruh Hindia Belanda, dibawah  kata sandi “Berlin”, orang-orang Jerman ditangkap, begitu pula orang-orang Belanda yang menjadi anggota dan partisipan NIFO. Menanggapi hal itu, komite-komite pengumpulan dana bermunculan di Hindia Belanda. Namun van Starkenborg sebagai Gubernur Jendral yang menggantikan de Jonge, menghiraukan konsesi Volksraad. Dengan gagalnya pertemuan Shanghai pada Januari 1941, nasib Hindia Belanda berada di tangan Jepang.

Kaisar Mutsuhito yang melakukan Restorasi Meiji menimbulkan Perang Asia Pasifik, dan pada 1929, keluarlah Memorandum Tanaka. September 1940, Kobajasi Ichiro dikirim sebagai delegasi untuk berunding dengan pemerintahan Hindia Belanda, disusul oleh Yoshizawa Kenkichi, dimana Jepang juga giat menarik dukungan kelompok-kelompok nasionalis Asia. Nasionalis Indonesia ada yang pro Jepang seperti Wahidin, Sudjono, dan Tjipto, ada juga yang menolak seperti Gerindo, dimana tersebar pula Ramalan Joyoboyo. Menanggapi ancama militer Jepang, pembicaraan berkali-kali diadakan di Singapura antara Hindia Belanda, Inggris, Amerika Serikat, dan Australia. Menanggapi embargo ekonomi negara-negara barat, Kekaisaran Jepang memutuskan untuk melakukan penyerangan, dimana Poorten, panglima KNIL, yang mengetahui hal itu melalui penyadap pesan, segera memberitahu Thorpe, yang kemudian mengirimkan pesan sandi ke Washington, namun Roosevelt menyangkal menerima pesan tersebut.

Agustus 1941, bersamaan dengan serangan terhadap Pearl Harbor, Jepang juga melancarkan sejumlah operasi untuk meruntuhkan kekuatan Barat di Timur Jauh, seperti menaklukkan Hongkong, Filipina, Malaya, dan Birma. Menanggapi hal itu, Sekutu mengadakan konferensi di Singapura, sementara Churchill mengadakan pertemuan dengan Roosevelt di Washington, yang menghasilkan pandangan yang cocok dengan Helfrich. KNIL meminta sokongan KM dan membentuk inheemse militie, namun tidak mendapatkan tanggapan yang memuaskan dari Belanda. Pasukan KNIL mencapai 122.600 orang pada awal 1942, dimana hal ini membuktikan bahwa Hindia Belanda sama sekali tidak memadai untuk melawan serbuan Jepang.

Desember 1941, pasukan udara Angkatan Laut Jepang bergerak, menandakan dimulainya Perang Pasifik. Sasaran awal Jepang ialah Terempa-Hindia Belanda, dan Kalimantan-Inggris. Setelah menunjukkan kebrutalannya di Tarakan, Jepang menuju Balikpapan, dimana armada Amerika dibawah pimpinan Talbot memberikan perlawanan dengan membawa empat kapal perusak, yakni John D. Ford, Pope, Parrot, dan Paul Jones. Pasukan Jepang kemudian membersihkan KNIL di Kalimantan, lalu menuju Samarinda, dan kemudian Banjarmasin, dimana Samarinda II tetap bertahan. Sementara itu, di Sulawesi, Jepang menargetkan Manado yang berhasil ditaklukkan pada 11 Januari 1942, Kendari pada 24 Januari, Ambon pada 31 Januari, dimana pasukan Australia memberikan perlawanan sengit di Lapangan Terbang Laha.

Januari 1942, sekutu mempersiapkan pertahanan terakhir yang disebut ABDACOM dibawah pimpinan Marsekal Sir Archibald Wavell. Sementara itu, di Malaya, Jenderal Yamasita memaksa pasukan Inggris pimpinan Letnan Jenderal A.E. Percival mundur ke Singapura yang akhirnya menyerah pada 15 Februari. Jepang kemudian menuju Sumatra dengan menargetkan Palembang. Armada sekutu dibawah pimpinan Doorman dipaksa mundur oleh Laksamana Ozawa, yang kemudian tiba di Palembang pada 15 Februari. Jepang kemudian bergerak mengisolasi Pulau Jawa dari timur, dengan mengirim gugus penyerang angkatan laut dibawah pimpinan Laksamana Muda N. Kondo untuk melumpuhkan pelabuhan Darwin di utara Australia, sementara pasukan penyerbu pimpinan Mayor Jenderal Ito Takeo menuju Timor-Portugis-Belanda dengan menargetkan Kupang dan Dili yang disusul oleh batalyon dibawah pimpinan Kolonel Doi, serta mengirim batalyon dibawah komando Mayor Kenemura Matebai untuk merebut Bali sehingga terjadilah Pertempuran Selat Badung.

15 Februari 1942, Wavell mengusulkan untuk menarik mundur pasukan, dan Helfrich dengan tegas menentangnya. Panglima tentara ke-16 Jepang, Letnan Jenderal Imamura Hitosi ditugaskan untuk menaklukkan Jawa, dimana Satuan Penyerang Gabungan dibawah komando Laksamana Madya Doorman menyambut mereka dengan De Ruyter, Exeter, Houston,  Perth, dan Java. Pada 1 Maret, semua kapal di pelabuhan Cilacap diperintahkan untuk melarikan diri, dan keesokan harinya Laksamana Helfrich lari ke Kolombo.

Dengan hancurnya grand strategy pasukan Belanda, dataran tinggi Bandung dijadikan sebagai benteng terakhir. Pada 1 Maret, Imamura membangun pos komando di Ragas, yang kemudian dipindahkan ke Serang, dimana ia memerintahkan Datasemen Nasu dan Resimen Pengintai ke-2 untuk menaklukkan Tjoedjoeng dilanjutkan menuju Buitenzorg yang dihambat oleh pasukan Black Force di Leuwiliang. Sementara gerakan datasemen Fukushima dan Sato terhambat, Kolonel Shoji Thosinari yang berhasil menaklukkan Kalijati harus berhadapan dengan Mobiele Eenheid. Pada 5 Maret, menghadapi pasukan Imamura, Mayor Jenderal Schilling terpaksa melepaskan Batavia, dimana Jepang juga menguasai jalur kereta api Surabaya-Bandung. Anggota KNIL yang berusaha mundur ke Bandung, berhadapan dengan pasukan Jepang dibawah pimpinan Kolonel Shoji, yang berhasil mendesak sekutu hingga ke Lembang pada 7 Maret, membuat van Stankenborgh mengungsikan diri setelah mengeluarkan ketentuan untuk tidak bertempur di dekat kota Bandung. Dengan disetujuinya gencatan senjata, van Stankenborgh pergi ke Kalijati untuk melakukan perundingan dengan Imamura ditemani Ter Poorten, dimana van Stankenborgh bersikeras untuk tidak melakukan penyerahan penuh, namun Ter Poorten menerimanya, membuat pasukan KNIL di beberapa daerah menjalankan perang gerilya.


Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat]
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.

0 comments:

Post a Comment

 
;