Teka-Teki
Rumah Aneh
by:
Uketsu
Pada September 2019, Yanaoka yang hendak membeli sebuah rumah second ideal di kawasan Tokyo, menanyakan pendapatku perihal keberadaan ruangan misterius di rumah tersebut. Aku pun menghubungi Kurihara-san, seorang arsitek yang juga menggemari hal-hal berbau horor dan misteri. Kurihara-san mengungkapkan bahwa ruangan misterius tersebut terlihat sengaja dibuat (memang dibutuhkan), dimana Kurihara-san kemudian mengungkit perihal keanehan tata letak ruangan di lantai dua; pintu masuk kamar anak, tiadanya jendela di kamar tersebut, dan keberadaan toiletnya, tidak ada pintu yang membatasi kamar tidur dan ruang ganti baju, juga ruang shower sekaligus kamar mandi di satu lantai. Menumpuk denah satu dan dua, mengarahkanku pada kemungkinan ruang misterius sebagai sebuah lorong yang menghubungkan kamar anak dan kamar mandi. Menyadari terhubungnya lorong (ruang misterius) dengan kamar tidur lantai satu, Kurihara-san mengungkapkan khayalan bahwa rumah tersebut dibuat khusus sebagai tempat pembunuhan, dengan keberadaan rak-rak rahasia sebagai rute pembuangan mayat dan jendela yang banyak sekali. Aku menghubungi Yanaoka hanya untuk mendapati ia tidak jadi membeli rumah tersebut karena adanya berita ditemukannya mayat mutilasi di dekat rumah tersebut. Dilanda rasa penasaran, aku pun menulis artikel terkait rumah tersebut.
Aku memutuskan untuk melakukan
pertemuan dengan Miyae Suzuki, salah seorang pembaca yang mengungkapkan
mengetahui sesuatu tentang rumah tersebut; suaminya mungkin dibunuh oleh si
pemilik rumah. Miyae-san kemudian menyampaikan kronologinya, bahwa suaminya
ditemukan termutilasi tiga tahun lalu, dimana ia juga menemukan denah rumah
aneh lain di prefektur Saitama, yang ternyata rumah tersebut telah hangua
terbakar setahun yang lalu. Dengan membawa denah tersebut, aku kembali
menghubungi Kurihara-san. Keesokan paginya, aku menerima telepon dari
Kurihara-san yang bermaksud melakukan
pertemuan denganku setelah mempelajari kedua denah tersebut hingga larut
malam, sehingga aku pun menawarkan diri pergi ke tempatnya. Di sana, Kurihara-san
mengungkapkan bahwa ruangan segitiga merupakan ruang tambahan, yang
mengarahkannya pada kemungkinan adanya ruangan terpendam. Setibanya waktu makan
siang, kami memesan mi soba sambil membicarakan hal itu, dimana aku
mengungkapkan keinginanku untuk mengunjungi rumah yang di Tokyo, sementara
Kuriharasa-san mengungkapkan perbedaan dua rumah tersebut. Kunjungan ke rumah
tersebut membuatku mendapatkan informasi perihal nama keluarga tersebut
(Katabuchi) dan kemungkinan adanya dua anak, mengarahkan Kurihara-san
memecahkan misteri tata ruang yang aneh tersebut. Kurihara-san berasumsi bahwa
ruang segitiga sebagai kamar bayi, dan rumah di Tokyo sebagai rumah pembunuhan
sekaligus membesarkan anak. Setelah menemui Kurihara-san, aku yang hendak
menemui Miyae-san mendapatkan informasi mengejutkan. Dilanda kekhawatiran, aku
tetap pergi memenuhi janji temu dengan Miyae-san, mengungkapkan hasil
penyelidikan dan mendapati wajah Miyae-san menenang, dimana ia kemudian
mengungkapkan bahwa identitas yang sebenarnya adalah Katabuchi Yuzuki, adik
dari Katabuchi Ayano (pemilik rumah tersebut). Katabuchi-san pun menceritakan
kisahnya, diikuti dengan permintaan maaf. Menerima pesan dari Kurihara-san,
mengarahkanku untuk memertemukan Katabuchi-san dengannya, dan kami pun bertemu
di Rental Space, dimana Katabuchi-san melanjutkan kisahnya.
Katabuchi-san kemudian
menceritakan kisahnya perihal rumah sang Kakek (Sigeharu) yang unik; simetris,
kematian sang paman (selaku putra sulung) yang diikuti dengan kecelakan
putranya (Yo-chan), kamar-kamar tanpa jendela, serta pintu geser yang tidak
bisa dibuka, juga sejarah rumah tersebut sebagai zashiki terpisah dan altar
aneh. Mengetahui Yo-chan meninggal di depan altar, kami pun menanyakan
kronologi-nya, mengarahkan Kurihara-san mengungkapkan tentang kemungkinan
adanya kamar tersembunyi dan bagaimana pembunuhan terjadi. Setibanya di rumah,
aku menerima telepon dari Katabuchi-san, yang memintaku untuk menemaninya
menemui sang ibu.
Keesokan harinya, aku bertemu dengan Katabuchi-san di Stasiun Omiya, menuju Kota Kumagaya untuk menemui Katabuchi Yoshie di mansion-nya. Yoshie-san menyerahkan surat yang ditulis Katabuchi-Keita (suami Katabuchi Ayano) untuknya kepada Katabuchi-san, dimana Keita-san menceritakan kisah pertemuamnya dengan Ayano-san dan mengetahui perihal “Persembahan Tangan Kiri.” Yoshie-san kemudian menunjukkan kertas lusuh yang sudah menguning yang ia dapatkan dari ayah mertuanya disertai cerita mengerikan: Keluarga Katabuchi mencapai puncak kesuksesan dibawah pimpinan Katabuchi Kaei, yang memiliki tiga orang anak (Soichiro, Chizuru, dan Seikichi), dimana Soichiro diangkat sebagai penerus dan dinikahkan dengan Takama Ushio; namun hal yang tak terduga terjadi, sehingga Ushio menjadi gila dan mati bunuh diri dengan tangan kiri berlumuran darah; hal ini diikuti dengan kelahiran si kembar (Asata dan Momota) dengan salah satunya tidak memiliki pergelangan tangan kiri; setelah mendatangi kuil-kuil, Soichiro mengikuti arahan Rankyo dan menjalankan ritual tersebut, dimana Rankyo ternyata merupakan kerabat Seikichi. Shigeharu sebagai penerus Keluarga Katabuchi, melanjutkan ritual tersebut saat Misaki melahirkan seorang putra (Toya-kun) dengan kondisi yang sama, memaksa putranya (Ayah Katabuchi-san) untuk ikut andil bagian, mengarahkan Yosie-san menyerahkan Ayano-san dan mendapati dirinya diawasi. Yosie-san kemudian menyerahkan surat lanjutan dari Keita-san untuknya pada Katabuchi-san, dimana Keita-san menceritakan rencanya untuk menyelamatkan Ayano-san dari ritual tersebut. Beberapa hari setelah menerima surat ucapan terimakasih dari Katabuchi Yuzuki, aku menceritakan apa yang terjadi pada Kurihara-san, yang mempertanyakan kejanggalan dalam ceritaku dan menaruh kecurigaan pada Yosie-san.
Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.
0 comments:
Post a Comment