Friday, March 10, 2023

Sinopsis "Sang Pemimpi - Andrea Hirata" Bahasa Indonesia

Sang Pemimpi
by: Andrea Hirata

Karena urusan sekolah, Aku (Ikal), Jimbron, dan Arai, terperangkap di Gudang peti es. Awalnya, Aku dan Jimbron yang tengah berusaha menarik perhatian para gadis, harus berhadapan dengan Pak Mustar dkk karena ulah Arai. Di tengah pelarian yang hebat, aku harus membantu Jimbron yang tengah Bersama Arai yang juga melakukan pelarian. Kami dilandan kekhawatiran terperangkap di Gudang peti es hingga Nyonya Pho (pemilik Gudang sekaligus preman pasar) tiba dan Arai pun menerapkan ide gilanya.

Sepeninggal sang ayah, Arai menjadi seorang Simpai Keramat, dan ia mencoba menghiburku dengan mainan gasingnya disaat aku lah yang seharusnya menghiburnya.

Aku dan Arai ditakdirkan seperti sebatang jarum di atas meja dan magnet di bawahnya. Maka sejak Arai tinggal di rumah kami, tak kepalang senang hatiku. Dimana kami diperbolehkan menempati kamar hanya untuk kami berdua, walaupun kamar kami hanyalah gudang peregasan.

Melalui telepon kaleng, Aku dan Arai terlibat pembicaraan serius tentang kerusakan lingkungan ulah PN Timah, dan Mak Cik Maryamah datang bersama putrinya, Nurmi, untuk meminta beras pada ibuku. Mendapati hal itu, Arai segera memecah celengannya, begitu pun aku, yang mengikutinya menuju pasar. Setibanya di toko A Siong, aku tak mampu menahan amarah dan mengambil kembali koin-koin itu, sehingga pergulatan pun terjadi, dimana Mei Mei, putri Nyonya Deborah, bersorak senang menyaksikan kami hingga tiga kareung kapuk terjatuh dan tersedot fan.

Kehebatan A Put, dokter gigi yang mampu menyembuhkan sakit gigi hanya dengan sepotong balok, sebilah palu, dan sebatang paku, berakhir dengan datangnya orang-orang Pasai. Penggawa masjid menjadi de facto, Taikong Hamim sang eksekutif yang menerjemahkan peraturan Haji Satar secara kaku tanpa perasaan, memberikan hukuman kejam pada Jimbron, si gagap penggila kuda, sehingga Arai pun melakukan pembalasan setelah bacaan akhir al-Fatihah.

Setelah tamat SMP, Aku, Arai, dan Jimbron, merantau ke Magai untuk sekolah di SMA Bukan Main, dimana kami bekerja sebagai kuli ngambat. Kelelahan bekerja sirna di hadapan guru kesusatraan kami: Bapak Drs. Julian Ichsan Balia. Di akhir pelajaran, para siswa ditunjuk untuk mengumandangkan kata-kata motivasi, dimana Arai berusaha menarik perhatian Nurmala dengan kata-katanya, sementara aku yang tidak siap berkata; “Masa muda, masa yang berapi-api!! Haji Rhoma Irama!”. Sementara itu, Jimbron cinta setengah mati pada Laksmi, gadis murung (tak pernah tersenyum) yang kehilangan seluruh keluarganya di anak-anak Sungai Manggar, Semenanjung Ayah.

Berita Mujahid Oruzgan Jirga Karzani Zahid dan pertempuran di Towraghondi ternyata bersamaan dengan waktu Ketika kami dikejar Pak Mutar sampai ke Gudang es: 15 Agustus 1988.

Ayahku yang pendiam, mengambil cuti dua hari untuk bersiap-siap sebaik mungkin dengan busana terbaiknya: baju safari empat saku, dalam rangka penerimaan rapor, dimana aku menempati kursi ke tiga, dan Arai di kursi ke lima.

Meskipun berada persis di depan kontrakan kami, gedung bioskop Dermaga Magai, kami tidak berani menonton karena hal itu merupakan salah satu larangan keras Pak Mustar. Namun, kami tak sanggup menahan diri setelah menyaksikan para petugas bioskop mengurai poster film baru berukuran 4x3 meter. Setelah menerima teguran keras dari tukang karcis, kami melakukan penyamaran dan berhasil masuk untuk menyaksikan si Carik Merah, dimana Pak Mustar berada di hadapan kami ketika film hamper selesai.

Kami dilanda perasaan takut memikirkan hukuman yang akan diberikan Pak Mustar, dimana para monyet berdatangan bukan untuk menghibur. Di hari yang ditentukan, anak-anak sudah berdatangan, dan Pak Mustar mengumumkan hukuman untuk kami, diikuti pemanasan pemeranan adegan di jemuran, dengan Aku sebagai si wanita seksi, Jimbron sebagai si majikan, dan Arai sebagai anjing pudel.

Sementara Jimbron dengan lapang dada membersihkan WC sekolah yang sudah setahun tak terpakai sambil menceritakan kuda-kuda, Aku menahan napas dengan sapu tangan menutup hidung. Sementara itu, Arai mengikat tubuhnya untuk membersihkan kotoran kelelawar di plafon. Setelah dua jam lebih mendengarkan Jimbron membicarakan kuda, aku tak lagi mampu menahan diri dan dengan tegas memerintahkan Jimbron untuk diam. Mendapati hal itu, Jimbron mematung pucat pasi, sehingga aku pun segera meminta maaf diikuti wejangan.

 Di usia delapan belas tahun, aku bermetamorfosis dari remaja ke dewasa: aku dipaksa belajar bertanggung jawab pada diriku sendiri. Kini aku telah menjadi pribadi yang realistis, mengarah pada pesimistis., dan mendapatkan kursi nomor 75 di pertengahan akhir semester. Mendapati hal itu, Pak Mustar memarahiku dengan haru, mengingatkan sosok ayah, yang tetap datang dengan baju safarinya. Arai pun mengungkapkan kekecewaannya padaku ketika ayah pulang dan menyadarkanku bahwa:  “Tanpa mimpi, orang seperti kami akan mati...”

Insiden petir yang seringkali terjadi, kini menimpa Jimbron yang mendengar kabar bahwa Capo akan memelihara kuda Australia, dimana kutanyai Minar untuk memastikan kabar tersebut. Capo Lam Nyet Pho dengan bangga berpidato bahwa ia bermaksud beternak kuda setelah pemerintah mengungkapkan bahwa PN Timah mulai megap-megap. Kedatangan tujuh kuda Australia tersebut mengagumkan seluruh orang, terutama Jimbron, yang mengalami kemerosotan mental karena tak bisa lagi berjumpa dengan mereka. Dua bulan kemudian, Arai datang ke los kontrakan dengan menunggangi Pangeran Mustika Raja Brana, dan Jimbron pun membawa Pangeran melewati pasar, menuju pabrik cincau, menpertunjukkannya pada Laksmi.

Kebaikan hati Arai tak perlu lagi dipertanyakan, sehingga aku pun berusaha membantunya perihal rasa cintanya pada Zakiah Nurmala binti Berahim Matarum, dengan mengajaknya menemui sang master dunia persilatan cinta, Bang Zaitun. Setelah menceritakan kisahnya Bang Zaitun mengungkapkan bahwa rahasianya hanyalah gitar, mengarahkan Arai belajar bermain gitar demi untuk membawakan lagu When I Fall in Love saat ulangtahun Nurmala. Setelah berminggu-minggu latihan, Aku dan Jimbron menemani Arai menuju jendela kamara Nurmala, dimana karena gugup Arai bernyanyi seperti minggu ketiga Latihan; suaranya ke timur, gitarnya ke barat, dan temponya ke selatan. Mendapati hal itu, Nurmala memutar piringan hitam nat King Cole dengan lagu yang sama: “When I Fall in Love”.

Dengan tenaga optimism, saat tamat SMA Negeri Bukan Main, aku mendudukan ayahku di kursi nomor tiga, sementara Arai melejit ke kursi dua, dan Nurmala karatan di kursi pertama sejak kelas satu. Nurmala akan segera meninggalkan Belitong, dan Arai mempersembahkan lagu “I Can’t Stop Loving You” karya Ray Charles secara lipsync.

Mengikuti rencana Arai, aku pergi merantau ke Jakarta, dimana Jimbron menyerahkan dua celengan kudanya. Dengan menumpang kapal Bintang Laut Selatan, kami terombang-ambing, tersiksa selama enam hari, disertai tugas bantu-bantu. Mengikuti arahan sang Nahkoda, kami bermaksud menuju Ciputat setelah tiba di Terminal Tanjugn Priok hanya untuk mendapati diri kami berada di Terminal Bus Bogor. Di tengha malam, kami berjalan terseok-seok tak tentu arah, dan terpana di hadapan Kentucky Fried Chicken. Mengikuti pesan orangtua, kami mendapati masjid di belakang IPB, dan mendapat kos di Babakan Fakultas. Setelah berbulan-bulan tak mendapatkan pekerjaan, Aku dan Arai terpaksa mebuka celengan pemberian Jimbron, dimana kami kemudian bekerja sebagai sales door to door, dengan wan prestasi, beralih ke pabrik tali, dan kemudian bekerja sebagai penjaga fotokopi, yang mengarahkanku menjadi pegawai pos.

Setahun bekerja sebagai juru sortir pos, aku yang kehilangan jejak Arai, diterima di UI, dimana aku bertemu dengan Zakiah Nurmala, yang menanyakan keadaan Arai. Selesai kuliah, aku mendaftar beasiswa strata dua dari Uni Eropa, dimana professor yang mewawancaraiku, sangat kagum dengan proposal risetku, diikuti wawancara dari professor luar negri yang menanyaiku soal sapi gila. Selesai wawancara, kudapati suara Arai di ruangan lain, dimana ia bekerja sebagai penggosok batu akik di Kalimantan.

Jimbron terkejut mendapati kedatanganku dan Arai, dimana Jimbron telah memiliki anak berusia dua tahun. Berbulan-bulan kami menunggu hingga akhirnya surat itu datang, dimana kami diterima di universitas yang sama: Universe de Paris.


Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.


0 comments:

Post a Comment

 
;