Saturday, December 1, 2018

Sinopsis "Filosofi Teras - Henry Manampiring" Bahasa Indonesia


Filosofi Teras
By: Henry Manampiring

Survei Khawatir Nasional menunjukkan bahwa dua dari tiga responden memiliki kekhawatiran secara umum. Dimana pikiran dan kesehatan tubuh memiliki hubungan dua arah yang saling memengaruhi. Dari itu dibutuhkan pengobatan psikosomatik yang menekankan pada perception, mengajak kita mengenali sumber stres, dan melakukan daftar hal-hal dalam hidup yang bisa/pernah membahagiakan.

Positive thinking seringkali menghambat kita karena tidak diiringi dengan berpikir realistis. 300 tahun sebelum Masehi, Zeno mengemukakan prinsip Filosofi Teras (Stoisisme) yang menekankan pada pengendalian emosi negatif dengan mengasah kebajikan (keberanian, kebijaksanaan, menahan diri, dan keadilan). 

Satu prinsip utama Stoisisme adalah bahwa kita harus “hidup selaras alam”. Selaras dengan alam berarti menggunakan nalar sebaik-baiknya di setiap keadaan (rasionalis), menjadi bagian dari kelompok (sosialis), dan memercayai bahwa segala sesuatu di alam ini saling terkait (interconnected). 

Dengan mempraktekkan dikotomi kendali, yakni menyadari apa-apa yang tidak berada dalam kendali kita (tindakan/opini orang lain, status, juga kekayaan dan kesehatan) dan apa-apa yang berada dalam kendali kita (tindakan, opini, juga persepsi sendiri), kita bisa merasakan kebahagiaan sejati (dari dalam diri). Mempraktekkan dikotomi kendali dalam kehidupan sehari-hari, memunculkan trikotomi kendali, yakni menyadari apa-apa yang sebagian berada dalam kendali kita. Dengan menyadari internal goal (ada dalam kendali) dan outcome/hasil (ada di luar kendali), kita bisa memaksimalkan hidup dengan hal-hal yang benar-benar berguna dan yang bisa kita kerjakan. Perlakukanlah harta benda sebagaimana bermain bola, dan ingatlah sifat sebenarnya benda-benda tersebut (apa adanya). Dalam filosofi teras, ada yang lebih nikmat dari pada keinginan yang terpenuhi, yakni tiadanya keinginan itu sendiri. 

Sumber sebenar-benarnya dari segala keresahan dan kekhawatiran kita ada di dalam pikiran kita, dan bukan hal atau peristiwa di luar kita. Sebab, pada dasarnya semua emosi dipicu oleh penilaian, opini, dan persepsi kita sendiri. Hal ini menegaskan bahwa kita memiliki kendali atas ‘makna’/interpretasi atas setiap peristiwa. Rumusnya: STAR (Stop - Think and Assess - Respond). Ingatlah bahwa: tidak ada yang baru di dunia ini (perasaan manusia), cobalah perspektif dari atas, dan semua akan terlupakan. 

Stoisisme menekankan kemampuan untuk tidak hanya menerima, tetapi bahkan menikmati apa yang sedang terjadi. Sebagaimana artikel “85% dari apa yang kita khawatirkan tidak pernah terjadi”, Kita menderita lebih dalam imajinasi daripada dalam kenyataan. Dari itu, praktikkanlah premedidatio malorum (memikirkan hal-hal negatif yang mungkin terjadi [bisa di setiap awal hari]) sebagai bentuk “kekebalan mental”, sehingga kita tidak perlu membesar-besarkan masalah dan segera fokus pada apa yang bisa dilakukan. Kita pun menjadi amor fati: mencintai nasib (fate lover). 

Semua manusia diciptakan untuk satu sama lain. Sebagaimana diungkapkan bahwa obat dari ketidakramahan adalah keramahan, dibutuhkan dua pihak untuk merasa terhina. Dari itu, sadarilah bahwa orang lain bertindak menurut apa yang baik sesuai perspektif mereka. Seperti Epictetus yang mengajarkan kita untuk mengasihani orang yang menyakiti kita, Douglass pun menunjukkan bahwa mereka yang rasis justru merendahkan diri mereka sendiri. Dimana kemarahan dan kesedihan jauh lebih merusak daripada penyebab itu sendiri. Pertemanan palsu adalah yang terburuk, karena sesungguhnya teman yang selalu merasa kesal dan menggerutu tentang segala hal adalah musuh bagi ketenangan jiwa kita. Uang dan harta benda selalu bisa dicari, tetapi waktu adalah harta yang terus menghilang dari kehidupan kita. Dari itu, janganlah menyia-nyiakan waktu untuk emosi negatif kepada orang lain. 

Filosofi Teras mengajarkan untuk melihat kesulitan dan tantangan sebagai ujian, sebagai kesempatan untuk menjadi lebih baik (what doesn’t kill you only makes you stronger). Jika sesuatu terjadi, maka terimalah dengan senang hati. Jika tidak, cari tahu apa yang harus kamu lakukan dan lakukanlah, meskipun hal itu tidak memberimu kemuliaan. Penting untuk melakukan practice poverty (latihan kemiskinan/penderitaan), karena pada akhirnya kita akan beradaptasi dengan hal-hal baru yang tadinya membuat kita bahagia. Keuletan dan ketangguhan sejati datang dari kekuatan pikiran. Ialah yang bisa menjadikan halangan sebagai jalan. 

Menanggapi kekhawatiran sebagai orangtua (parenting), Filosofi Teras menekankan pada penggunaan nalar dengan menerapkan mentalitas growth mindset (memuji usaha daripada hasil) dan dikotomi kendali (fokus pada persepsi anak). Bekalilah mereka dengan kebijaksanaan, sosialisasi, juga menanggapi perlakuan buruk dan kegagalan dengan STAR. Sewajarnyalah orang tua itu menyayangi dan merawat anak tanpa pamrih. Dari itu, pikirkanlah nilai-nilai yang ingin anak kita miliki dengan memprkatekkan nilai-nilai tersebut dalam hidup kita sendiri. 

Kita semua adalah “kosmopolit”, warga dunia. Dari itu kita semua memiliki kewajiban untuk turut berpartisipasi mengatasi masalah dunia. Sejarah juga membuktikan bahwa banyak hal besar bisa diraih ketika kita menyisihkan perbedaan dan mulai bekerjasama. 

Kematian sebagai bagian dari alam bukanlah sesuatu yang menakutkan, bahkan seharusnya bisa membahagiakan. Ia merupakan peristiwa penutup sebagaimana peristiwa kedatangan kita. 

Filosofi Teras menekankan pada melindungi diri dari penderitaan dengan menerapkan dikotomi kendali untuk mendapatkan kebahagiaan sejati. Dengan tiga disiplin: discipline of desire, discipline of action, discipline of assent/judgment. 

Tujuan Filosofi Teras adalah hidup selaras dengan alam, sehingga didapati ketenangan dengan bebas dari emosi negatif. Kesehatan tubuh sangat berpengaruh pada kesehatan pikiran/nalar, darimitu cobalah intermittent fasting (puasa berkala) yang disertai premeditatio malorum (membayangkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi di hari ini). Ingatlah, penting untuk mempraktekkan Filosofi Teras daripada hanya memahaminya.


Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat]
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.

0 comments:

Post a Comment

 
;