Saturday, November 24, 2018

Sinopsis "Ilmuwan-Ilmuwan Muslim - Ehsan Masood" Bahasa Indonesia

Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
By: Ehsan Masood

Berpindahnya kekaisaran Romawi ke Konstatinopel pada 410M, menimbulkan Mitos Zaman Kegelapan, hingga tibanya zaman Renaissanse 1000 tahun kemudian. Penelitian mengungkapkan bahwa 800 tahun kekosongan tersebut berisi penjelajahan sains oleh Isam zaman pertengahan, yakni penerjemahan hasil karya Yunani kuno ke dalam bahasa Arab pada Zamam Keemasan Islam dibawah Dinasti Abbasiyah abad ke-9. Tulisan arab telah ditemukan di seluruh Eropa mulai abad-8 hingga 10, sehingga sangat tidak pantas membayangkan sains dan teknologi Islam tidak berpengaruh langsung atas pembelajaran Barat. 

Islam sepertinya telah mengubah setiap daerah yang dikunjunginya---mulai dari barat Cina sampai selatan Spanyol dan termasuk sebagian besar Asia, Afrika, juga Timur Tengah. Di awal abad ke-7, Timur Tengah didominasi oleh kekaisaran Sassaniyah dari Persia penganut Zorostrianisme di timur dan Byzantium penganut Kristen di barat. Sementra itu, Mekkah yang tak dihiraukan memiliki Kak’bah, Hajar Aswad, juga Sumur Zamzam, diikuti oleh kelahiran Muhammad S.A.W yang menerima wahyu pada 610M. Sepeninggal Muhammad, terjadi perpecahan diantara umat muslim, dan sepeninggal Ali (661), Bani Umayyah memindahkan kekhalifahan ke Damaskus hingga Bani Abbasiyah mengambil alih (750). 

Dibawah kekhalifahan Bani Umayyah bernama Muawiyah (661), setelah beberapa peperangan melawan Persia dan Byzantium, kekhalifahan disibukkan dengan mempertahankan diri hingga tidak sampai 10% penduduknya yang beragama Islam. Selama 40 tahun pertama di Damaskus, umat Muslim beribadah di gereja kecil bersama umat Kristen hingga khalifah al-Walid membangun masjid. Revolusi pertanian (rotasi tanaman dan naura), mengarahkan Musa al-Khawarizmi mendemonstrasikan teknik aljabarnya yang baru. Pada 690-an, Khalifah Abdul Malik menetapkan bahasa Arab untuk semua dokumen resmi, diikuti pembuatan uang logam sendiri, yang mengarahkan pada penerjemahan buku sains ke dalam bahasa Arab. Pada 747, bendera hitam revolusi Bani Abbasiyah berhasil mengalahkan Dinasti Umayyah yang berada dibawah kepemimpinan Marwan.

Dinasti Abbasiyah menjadi Zaman Keemasan ilmu pengetahuan Islam dengan ibukota Baghdad yang mendirikan kota bundar. Pergerakan penerjemahan karya-karya Yunani berlangsung lambat di zaman al-Mahdi (775-786) dan Harun ar-Rasyid (786-809), namun berlangsung pesat di masa al-Ma’mun. Dimana buku dari bahasa lain (seperti dari Asia Selatan) juga diterjemahkan. Para penerjamah pun bukan hanya sekedar menerjemahkan, namun juga memberikan pendapat mereka, seperti yang dilakukan oleh Hunayn, Qusta dan Thabit, juga al-Kindi. Penerjemahan tersebut berlangsung lebih dari dua dasawarsa sebelum berangsur-angsur menghilang. 

Puncak zaman keemasan berada dibwah kekhalifahan al-Ma’mun (813-833), yang memenangkan perang saudara dan berhadapan dengan Byzantium. Pertemuannya dengan Aristoteles dalam mimpi, mengarahkan al-Ma’mun untuk membangun Baitul Hikmah. Al-Ma’mun sendiri merupakan seorang yang ambisius, terbukti dari pengumuman perang terhadap Byzantium pada 830. Sebagai penganut Muktazilah, al-Ma’mun memaksakan pemikiran bahwa ‘al-Qur’an diciptakan’ pada masyarakat, sehingga timbul perlawaanan dari para Ulama’ termasuk Imam Ahmad bin Hambal. 

Revolusi Abbasiyah di tahun 750 membantu terciptanya jurang pemisah antara timur dan barat setelah pembantaian keluarga Umayyah dalam makan malam rekonsiliasi di Damaskus. Abdur Rahman, pangeran Umayyah yang selamat, berhasil memproklamirkan dirinya sebagai penguasa Cordoba dan berusaha menyaingi Baghdad yang dideklarasikan pada 929. Salah satu ilmuan Andalusia di periode ini ialah Abbas bin Firnas (pelopor penerbangan). Di abad ke-12, di Toledo, al-Zarqali berhasil membuat desain astrolab dan jam air rumit, bahkan berkontribusi untuk buku Tables of Toledo. Salah satu dokter Andalusia yang paling popular adalah Ibnu Shuhaid. Terdapat tiga filsuf ternama; Ibnu Rusyd, Ibnu Arabi, dan Musa bin Maymun. Pada abad ke-11 kendali Bani Umayyah mulai surut dan di tahun 1090, Cordoba dikuasai oleh Dinasti Almoravid, yang bertahan satu abad dan diikuti oleh Dinasti al-Muwahiddun, yang memerintah mulai dari 1130 M sampai 1269 M. Dimana periode ini telah meghasilkan dua orang ahli geografi dan petualang Islam yang paling terkenal: al-Idrisi dari Cordoba dan Ibnu Battuta. 

Lemahnya Finasti Abbasiyah, mengarahkan Bani Fatimiah mendeklarasikan kekhalifahan sendiri di Afrika Utara pada 909, diikuti oleh pemimpin Bani Umayyah di Cordoba 20 tahun kemudian. Dengan Kairo sebagai ibukota, Bani Fatimiah memerintah hingga tahun 1171 dengan menganut aliran Ismailiyah dan mewariskan Al-Azhar, juga melahirkan ilmuwan seperti Ibnu Sina dan Hassan ibnu al-Haitham. Kairo juga memiliki rumahsakit-rumahsakit dengan fasilitas modern. Tahun 1219, pasukan Mongol dibawah pimpinan Jenghis Khan menghancurkan kota-kota Islam setelah menaklukkan China, diikuti Hulaku (cucu Jengis Khan) pada 1256 & 1258, ditambah invasi pasukan Tartar pada 1384. 

Karunia terbaik dari Allah adalah kesehatan, dimana berbagai pemikiran Yunani kuno menjadi inti pengobatan Islam. Seperti buku-buku karya Galenus (abad 1) yang diperbarui oleh al-Razi (abad 9). Lahir di tahun 980, Ibnu Sina dengan keahlian sebagai dokter yang melegenda dengan karya al-Qanun fi al-Thibb, hidup dalam kekacauan politik yang membuatnya selalu berpindah-pindah. Ahli bedah terhebat di masa Islam adalah Abul-Qasim Al-Zahrawi, diikuti Ibnu al-Nais sebagai dokter jantung. Sufisme mulai berkembang dengan mengutaman Zuhud, diikuti oleh al-Thibb al-Nabawiyah (Ilmu Pengobatan Nabawi) karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. 

Datangnya Islam telah menempatkan ilmu astronomi ke posisi yang terhormat, dipicu oleh ketepatan waktu sholat,  menghadap Kakbah, dan kalender Qomariyah, yang menciptakan observatorium-observatorium dan ahli-ahli astronomi. Salah satu ahli astronomi awal adalah Ibrahim al-Fazari, pembuat astrolab pertama di dunia Islam, yang mengarahkan pembuatan zij, sementara observatorium pertama didirikan pada tahun 820-an oleh al-Ma’mun di Baghdad dan di Gunung Qasiyun dekat Damaskus. Disaat Alamut ditaklukkan oleh Hulaku (cucu Jengis Khan), al-Thusi menjadi ahli astrologi pribadi Hulaku dan mendirikan observatorium terbesar di Malagha, Persia, sehingga ditemukan teori Kopel Thusi yang mengarahkan ditemukannya teori Copernicus. 

Perkembangan dari aritmetika ke aljabar merupakan langkah dari ada ke ”menjadi”, dari dunia Yunani ke dunia Islam yang hidup melalui al-Khawarizmi dengan penghitungan linear dan kuadratika-nya. Di awal abad ke-11 di Kairo, Hassan ibnu al-Hai-tsam, meletakkan sejumlah prinsip dasar kalkulus integral, diikuti penemuan solusi atas tiga belas jenis perhitungan kubik oleh Umar Khayyam setengah abad kemudian, yang juga mencoba membuktikan apa yang disebut sebagai Postulat Kelima Euklides.  Desain geometri menghiasi sejumlah masjid paling terkenal dunia berkat al-Farabi (abad 9) dan Abul Wafa (abad 10). Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan keagamaan telah mendorong pendalaman ilmu. 

Tidak ada ahli kimia yang lebih tersohor pada zaman Islam di-bandingkan Jabir bin Hayyan, yang dalam bahasa Latin dikenal sebagai Geber, yang kitab-kitabnya mewakili keberhasilan ilmiah yang luar biasa dan telah meletakkan berbagai dasar ilmu kimia modern. Sekitar satu abad setelah Jabir, al-Razi mulai melanjutkan apa yang telah ditinggalkan Jabir.

”Banu Musa bersaudara”: Ja’far Muhammad, Ahmad, dan al-Hasan, tinggal di Baghdad semasa pemerintahan Khalifah al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah di awal abad ke-9, menghasilkan karya Kitab al-Hiyal (Kitab Alat-Alat) pada tahun 830-an. Pada abad ke-11, al-Zarqali membuat jam air di Toledo diikuti karya The Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices (1206). 

Ilmuwan Islam (seperti Hunayn) juga mendukung teori Extramission yang didukung Plato dan dikritik Aristoteles yang mendukung teori Intromission, yang juga didukung oleh al-Razi dan Ibnu Sina, diikuti Ibnu al-Haitsam dengan Kitab al-Manazir (Kitab Optika), yang memberikan pengaruh besar pada Johannes Kepler. Hal ini menunjukkan bahwa universitas Islam menjadi pelopor untuk universitas di Eropa. Semua itu menunjukkan bahwa pengetahuan cendikiawan Islam tentang optika, astronomi, ilmu kedokteran, dan berbagai ilmu lainnya telah di-kembangkan di tempat lain, khususnya di India dan Yunani kuno, yang kemudian dikerjakan di Eropa pada abad ke-15 dan 16-an. 

Menipisnya bukti sains yang maju pada zaman Islam berbarengan dengan abad-abad terakhir kekuasaan Islam dan bangkitnya negara-negara Eropa Barat sebagai kekuatan militer dan perdagangan. Bangsa Utsmaniyah pun mulai menggunakan teknologi Barat dan Eropa jauh sebelum abad ke-19, diikuti sistem pendidikannya. Penemuan bahasa Hindustani (urdu) oleh John Gilchrist, membuat warisan ilmiah zaman Mughal terlupakan, diikuti penutupan sekolah-sekolah, hingga pendirian negara Pakistan. Sayyid Ahmad Khan mencontoh Oxford dan Cambridge dengan analogi atas Baghdad di abad ke-9. Namun seperti wabah yang menjangkit India di akhir abad ke-19, ilmuwan tradisional cenderung menolak ilmu pengetahuan baru. Imperium Inggris dan Islam memiliki banyak kesamaan, seperti memerintah di daerah yang hampir sama, mendorong masyarakat untuk menganut ke agama yang mereka anut, serta menggunakan sains dan teknologi untuk memenuhi berbagai kebutuhan kompleks imperium yang terus berkembang. 

Penjajahan di banyak negara berkembang ikut berperan dalam mempercepat kemerosotan sains dan pendidikan di dunia Islam. Sains di dunia Islam tidak lagi berkembang disebabkan sains diasosiasikan dengan penguasa otoriter. Pelajaran penting dari masa lalu adalah masyarakat Islam bersedia mendengar dan mendiskusikan berbagai pemikiran baru bahkan bila me-reka tidak setuju dengannya.

 

Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat]
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.

0 comments:

Post a Comment

 
;