Friday, September 27, 2024

Sinopsis "Obat Bisa Salah - Dr. Handrawan Nadesul" Bahasa Indonesia

 Obat Bisa Salah (Cerdas dan Bijak Mengonsumsi Obat)
by: Dr. Handrawan Nadesul

Hampir sebagian besar keluhan sehari-hari akan mereda sendiri, dan keluhan fisik biasa muncul ketika tubuh kurang diberi waktu untuk jeda. Obat tidak selalu identik dengan kesembuhan, dan hilangnya keluhan tidak berarti kesembuhan. Bertanyalah untuk memahami bagaimana obat bekerja. Kualitas obat tidak selalu ditentukan oleh harganya. Setaip obat membawa efek samping, bahkan bisa memunculkan penyakit baru. Kembali ke dokter bila ada reaksi tidak enak setelah mengonsumsi/memakai obat. Berhati-hatilah bila apoteker hendak menukar obat tanpa sepengetahuan dokter. Ada obat pereda keluhan, ada obat pemasmi akar penyakit, dan tidak semua obat harus dihabiskan. Agar tidak sampai mendapatkan obat palsu, tebuslah obat di apotek. Dari itu, penting untuk membiasakan hidup sehat (makan, tidur, dan aktivitas yang teratur), begitu juga dengan jiwa.

Sebagian penyakit terjadi lantaran kesalahan masyarakat sendiri, sebagaimana makan dan obat yang sembarangan. Depkes pernah menyebutkan angka kanker Indonesia sudah mencapai 20 juta, dan BPOM hadir untuk melindungi masyarakat dari bahaya pemakaian apa pun terhadap kesehatan.

Pilihan alamat berobat kepada dokter yang tidak tepat pun berisiko merugikan pasien, terutama dalam persalinan dan demam. Periahl pengobatan alternatif, perlu dibedakan antara sembuh dengan merasa sembuh, dimana WHO sendiri menampung dan mengakui sejumlah penyembuhan alternatif. Tidak jarang ketersesatan berobay terjadi karena pasien malas dan tak mau bertanya.

Gejala atau keluhan bukan hanya milik satu penyakit saja, melainkan bisa menjadi milik banyak penyakit. Makin luas dan lebar wawasan seseorang ihwal kesehatan dan penyakit, makin tajam nalar mediknya untuk tidak gampang merasa diri sakit.

Mereda dan hilangnya keluhan belum berarti sudah sembuh penyakitnya. Dan tujuan dokter memang agar penyakit berhasil disembuhkan, bukan semata meniadakan keluhan. Dokter telah dididik untuk menulis resep yang ideal, tepat pilihannya, tak berlebihan jenisnya, persis dosisnya, dan pertimbangan harga terendah. Tak ada obat cespleng untuk penyakit apa pun, proses kesembuhan selalu perlu waktu.

Untuk sembuh perlu ada kepercayaan yang kuat terhadap si penyembuh. Hal ini mengungkapkan pentingya pesona dokter, sebab nasehat akan lebih didengar jikalau si dokter memiliki citra.

Dosis obat dihitung sesuai dengan lama obat bekerja dalam tubuh, seperti 1x, 2x, atau 3x, sehari. Tidak semua jenis penyakit bisa toleransi dengan pengaturan obat yang di luar ketentuan, sebagaimana TBC. Sifat obat tidak semuanya sama, dan ketidaktepatan waktu meminum obay membuat obat tidak bekerja secara optimal, disertai dengan kemungkinan timbulnya masalah (efek samping).

Dosis obat sejatinya tidak harus senantiasa sama pada waktu yang berbeda, selain tiap orang memiliki perbedaan reaksi terhadap suatu obat, penyakit sendiri pun tidak senantiasa konstan; melainkan berfluktuatif. Idealnya, setiap penyakit didekati secara individual (setiap pasien adalah khas), sehingga dosis obat pun tidak harus senantiasa sama (tailor dosage).

Kualitas obat tidak selalu ditentukan oleh tingginya harga. Selama takarannya utuh dan dikemas secara benar, obat generik sama persis dengan obat bermerek aslinya, asalkan tidak sudah kadaluarsa. Harus diakui, selain perbedaan biologis dalam hal penyerapan obat yang sama pada orang yang berbeda, sikap dan persepsi pasien terhadap obat juga ikut menentukan optimal tidaknya obat bekerja di dalam tubuh.

Bagaimana mungkin kalau penyebab penyakit yang sama berbeda-beda penyebabnya, obat atau cara penyembuhannya juga sama?! Melebih-lebihkan manfaat bahan berkhasiat itulah yang menyederhanakan konsep pada galibnya sikap terapi nonmedis.

Sejumlah riset memang menunjukkan bahwa ada korelasi positif anatara berpikir positif, sikao optimistis, dan proses kesembuhan penyakit. Dai itu, belajarlah terus bersikap agar senantiasa mampu melihat setiap hari yang baru dengan sumringah, dimana hal itu seturut dengan ajaran Agama apa pun.

Suatu obat perlu diresepkan dokter sesuai dengan alamat penyakit yang diderita pasien demi kesembuhan. Patut dicurigai jika suatu bahan berkhasiat efeknya langsung tokcer. Harus dicurigai pula apabila suatu obat tradisional atau jamu menjanjikan berindikasi untuk segala macam penyakit. Maka, bahan berkhasiat nonmedik, atau semua yang bukan obat dokter arifnya harus dihadapi sebagai bukan obat, melainkan sebagai pemelihara kesehatan belaka. Obat tradisional atau jamu selain berkhasiat, juga harus betul aman (BPOM).

Kalau bisa tanpa obat, sebaiknya obat tak perlu dipakai. Efek samping suatu obat tidak selalu langsung terasa seperti habis makan cabai. Bahan tradisional yang berkhasiat menyembuhkan, baru digolongkan sebagai obat jika secara uji klinis terbukti berkhasiat dan aman dipakai. Apa pun bahan berkhasiat yang kita minum, perlu diketahui dulu apa kandungannya dalam label.

Mengobati diri (swamedikasi) tidak selamanya salah, dengan pertimbangan manfaat-mudarat. Terdapat dua jenis obat; obat yang meredakan keluhan dan gejala (simtomatik), dan obat yang menumpas akar penyakitny. Makna kesembuhan haruslah berarti sudah menumpas akar penyakitnya.

Antibiotika merupakan senyawa kimia yang dibuat untuk melawan bibit penyakit, khususnya infeksi kuman. Semakin sering dan semakin banyak disalahgunakan suatu antibiotika, semakin cepat menimbulkan kekebalan kuman yang bisa ditumpasnya. Seperti halnya obat, antibiotika juga punya efek samping. Keseringan minum antibiotika berarti membunuh seluruh kuman jinak, sehingga mengganggu keseimbangan mikroorganisme tubuh. Tergantung jenis infeksinya, penyebab kumannya, lama pemakaian antibiotika bervariasi. Untuk mendapatkan jenis antibiotika yang tepat diperlukan tes resistensi. Semakin ampuh antibiotika, biasanya semakin keras efek sampingnya. Selain dalam bentuk obat minum dan suntikan, antibiotika juga tersedia dalam bentuk salep, krim, supositoria, lotion, juga tetes.

Obat itu bahan berkhasiat yang bertujuan untuk menormalkan kondisi tubuh, dan obat medis telah teruji bahwa zat berkhasiatnya aman dikonsumsi. Tubuh sendiri memiliki mekanisme otoregulasi (mengatur diri sendiri), sehingga bijak untuk tidak langsung minum obat ketika awal sakit. Yang perlu bersikap rasional dalam berobay bukan cuman pasien, terlebih juga dokter; semakin sedikit jenis obat dan semakin murah harga obat dalam memberikan kesembuhan semakin pintar nilai sebuah resep.

Opini awam bahwa diagnosis, terapi, dan penyakit, sudah tak mungkin disembuhkan dokter, merupakan hal yang perlu dikritisi. Selama masih masuk akal medis, tentu bisa diterima sebagai sejawat dalam melakukan terapi.

Peringatan ihwal tidak amannya suplemen herbal maupun nutrisi sebetulnya bukan hal baru. Protokoler kedokteran memeriksa apakah suatu bahan aman dikonsumsi (uji toxicity) selain berkhasiat. Selain uji khasiat, uji binatang, dan uji klinik, dilakukan juga uji dosis yang tepat.

Harga obat di apotek dipatok seenaknya disebabkan pasien tidak tahu banderol obat. Dari itu, pasien disarankan untuk menanyakan banderol obay sekaligus bertanya pada apoteker apa saja jenis obat yang diresepkan dokter.

Selama nalar medis masyarakat belum tajam, pengobatan nonmedis mudah melipat-lipat akal sehat. Dari itu, etika beriklan harus sama jujurnya dengan kerja profesi dokter.

Kelebihan antioksidan sama buruknya dengan jika kekurangan. Semakin modern gaya dan pola hidup, semakin kuyup radikal bebas membasahi tubuh. Dari itu, penting untuk melakukan pemeriksaan darah (kadar antioksidan) di laboratorium.

Rata-rata orang modern yang makannya normal saja pun kini berisiko kekurangan zat gizi, dimana untuk memenuhi kebutuhan tubuh 45-an zat gizi diperlukan lima-enam jenis menu dalam sekali santap di luar 4-5 porsi sayur dan buah. Pemeriksaan darah hadir untuk mengetahui zat gizi yang dibutuhkan tubuh, juga suplemen sebagai pemenuhan zat gizi bagi tubuh.

Berjalan kaki rutin (tergopoh-gopoh) kembali dikukuhkan sebagai obat paling menyehatkan di abad modern ini. Meskipun tidak langsung terasa, namun hasil laboratorium akan mendekati normal. Manfaatnya antara lain; menekan risiko serangan jantung dan stroke, berat badan stabil, mencegah kencing manis, mencegah osteoporosis, meredakan encok lutut, sebagai antidepresan, mencegah kanker, juga membuka pembuluh darah collateral. Berjalan kaki lebih bersemangat bila dilakukan secara berombongan, pemilihan sepatu yang tepat, dan pemanasan terlebih dahulu.

Perhitungan tinggi badan dikurangi 100 lalu dikurangi 10% bukanlah berat badan ideal yang tepat, melainkan IMT dengan kisaran indeks 20-25. Wanita cenderung merasa lebih gemuk dari faktanya, dan berdiet mestinya tetap memperhatikan asupan gizi, begitu juga dengan obat-obatan. Selain memperhatikan asupan makan dan memahami nilai nutrisi, diperlukan juga hidup seimbang.

Kurang darah bukan darah rendah, kurang darah berarti kadar Hb (haemoglobin)-nya di bawah normal (<12 g%). Untuk mengetahui penyebab (jenis anemia)-nya, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium “darah besar”. Untuk kasus anemia kekurangan zat gizi memerlukan suplemen gizi, sementara anemia kekurangan darah memerlukan transfusi darah. Anemia bisa juga terjadi disebabkan wasir, menstruasi berlebihan, gagal ginjal, kelainan darah, juga pengidap penyakit menahun. Anemia sendiri bukanlah penyakit, melainkan gejala dari suatu penyakit, dimana penderitanya cenderung lekas letih, lesu, lelah, dan gampang tertidur.

Bahan berkhasiat baru menjadi obat bila sudah dikenali kandungannya teruji berkhasiat, telah teruji pula keamanannya. Selain faktor turunan dan kelebihan konsumsi menu berkolesterol (lemak umumnya), kolesterol dan triglyceride (TG) meninggi dapat juga terjadi disebabkan adanya kencing manis, kegemukan, dll.

Kebanyakan darah tinggi orang sekarang disebabkan oleh kelebihan mengonsumsi garam dapur, ketimbang sebab turunan. Pada mereka yang darah tinggi turunan, darah tinggi berarti sebuah penyakit, sementara di luar itu; darah tinggi berarti gejala dari penyakit. Pengendalian darah tinggi cukup dengan DASH style diet, serta mengonsumsi ceker, telur, dan kacang-kacangan.

Kebutuhan vitamin sama vitalnya dengan komposisi menu harian orang modern, terutama zat gizi yang tergolong esensial. Tubuh setiap hari–tanpa terkecuali–membutuhkan sekitar 45 jenis zat gizi; menu harian terdiri dari 4-5 jenis menu setiap santap. Dari itu, mutivitamin-mineral memang dibutuhkan, begitu juga dengan antioksidan.

Tanah di hampir semua negara sudah kehilangan lapisan atasnya yang subur (topsoil), sehingga tanaman yang tumbuh kekurangan mineral dan trace element yang berguna untuk pemeliharaan sel. Kelebihan elemen sama buruknya dengan kekurangan. Maka, kebutuhan elemen tergantung autobiografi gizi tubuh masing-masing.

Suplemen (bukanlah obat) hanya berfungsi melengkapi apa yang tubuh kekurangan menerimanya dari menu harian (hidden hunger). Sering pegal linu biasanya disebabkan kekurangan vitamin B, dimana nasi yang makin putih makin tidak memberikan vitamin B, dan suplemen vitamin B di sini bisa bertindak sebagai obat. Dari itu, saat ini suplemen berubah peran menjadi obat disebabkan berbagai keluhan disebabkan kekurangan zat gizi. Dimana makin diolah menu harian, makin kehilangan zat gizinya.

Tidak semua kasus seks bisa selesai dengan “obat kuat”. G-Spot seks wanita berada di saluran (sepertiga kedalaman lorong) Mrs VG sementara G-Spot lelaki ada di otak, dengan gairah dan respon seksual (juga libido) tersimpan di otak. Dari itu, potensi seks sejatinya ada di otak.

Terimakasih atas Pembelian Buku Original-nya!!

Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.


0 comments:

Post a Comment

 
;