Friday, September 13, 2024

Sinopsis "Hujan - Tere Liye" Bahasa Indonesia

 Hujan
by: Tere Liye

Di ruangan 4x4 m2, Elijah memperkenalkan dirinya di hadapan Lail sebelum memberikan bando pemindai diikuti dengan arahan bahwa Lail harus bercerita secara detail agar memori (ingatan)nya dapat dihapus. Setelah hanya membisu, Lail mulai menangis dan berkata: “Aku ingin melupakan hujan.”

Di hari lahirnya bayi penduduk bumi kesepuluh miliar, ditemani gerimis, Lail yang berusia 13 tahun, dalam perjalanan hari pertama ke sekolah bersama ibunya, salah satu gunung purba meletus.

Elijah menanggapi memori Lail yang aktif: 21 Mei 2042. Delapan tahun telah berlalu, kapsul berhenti secara mendadak disebabkan gempa berkekuatan 10 skala Richter, dimana petugas membawa para penumpang menuju tangga darurat. Dalam prosesnya, gempa susulan terjadi, menewaskan banyak penumpang, juga Ibu Lail.

Lail menjadi yatim-piatu sejak hari yang tidak akan pernah dilupakan seluruh dunia, dimana Esok (anak laki-laki yang menyelamatkan Lail) membawa Lail menuju taman kota dan berteduh di bawah rumah-rumahan plastik. Keduanya kemudian berjalan menuju rumah mereka, dimana kompleks rumah Lail rata dengan tanah, sehingga Lail pun menerima ajakan Esok menuju ke rumahnya.

Malam pertama, Lail dan Esok menginap di rumahsakit, tempat Ibu Esok dirawat. Keesokan harinya, hujan abu tiba, dan Esok mengajak Lail ke tempat pengungsian terdekat; stadion, dimana di sana Lail menerima kabar buruk mengenai sang ayah.

Lail hanya berdiam diri di tenda, dengan suhu bumi yang terus menurun disebabkan hujan abu, sementara Esok menjenguk ibunya. Setelah memaksa Lail sarapan dan menjenguk sang ibu, Esok mendapati Lail tidak ada di tenda, dan hujan akan segera turun, sehingga Esok pun segera pergi mencari Lail, dengan sepeda yang dipinjamkan seorang petugas padanya. Esok menemukan Lail di depan lubang tangga kereta bawah tanah, kembali memaksa Lail untuk ikut bersamanya sementara hujan mulai turun, hujan asam.

Setelah hujan reda, Esok membawa Lail kembali ke tempat pengungsian, dimana ia terlebih dahulu menjenguk ibunya yang sudah siuman. Mendapati keadaan Ibu Esok, Lail tersadarkan dan berterimakasih pada Esok. Mengikuti Esok, Lail berusaha membantu di tempat pengungsian. Hari ke-7, air bersih cukup untuk mandi; hari ke-21, Ibu Esok keluar dari rumah sakit; hari ke-30, sekolah darurat didirikan; dan hari ke-90, Esok mengajak Lail menyaksikan evakuasi korban yang tertimbun di kereta bawah tanah.

Satu tahun telah berlalu, dan Lail naik ke kelas 8 sementara Esok loncat ke kelas 12, dimana Esok mengungkapkan bahwa ia mendapat adopsi. Lail yang pindah ke panti sosial, berkenalan dengan Maryam, yang menjadi teman sekamarnya.

Di panti sosial, Lail mendapati jadwal yang ketat, dan berhasil bangun pagi (05) berkat bantuan Maryam, dimana ia mengikuti kursus memasak di sore hari. Hari minggu merupakan hari bebas, dan kali ini Lail pergi seorang diri ke Taman Kota, dimana ia kemudian bertemu Esok. Dengan bersepeda, keduanya pergi ke tangga darurat kereta bawah tanah, rumah Lail, lalu ke toko Ibu Esok, dimana keduanya berbagi kisah satu sama lain.

Setibanya di panti, Lail dimarahi oleh Ibu Suri, yang memberikannya hukuman, dan Maryam menyapanya setiba di kamar. Lail dan Esok mulai memiliki jadwal tetap, bertemu sebulan sekali, dan akhirnya tibalah saatnya Esok mengungkapkan bahwa ia akan berkuliah di Ibukota, 3 tahun. Dalam prosesnya, Lail mengetahui bahwa Esok diadopsi oleh Walikota.

Sebulan kemudian, Lail meminta izin pada Ibu Suri untuk mengantar keberangkatan Esok. Di peron, Lail agak ragu mendapati Istri Walikota dan Putri-nya, namun Istri Walikota yang menyadari keberadaannya, segera menyapa, begitu juga Esok. Pulangnya, Lail diantar oleh Istri Walikota dan Putri-nya (Claudia). Mengikuti usulan Maryam, Lail ikut serta dalam pendaftaran anggota di markas Organisasi Relawan. Mereka berhasil lulus dan mengikuti pelatihan dalam setahun sebelum akhirnya menerima pin keanggotaan. Di hari pelantikan, Lail mendapati Esok datang, membawanya bersepeda.

Esok dan Lail bercerita satu sama lain, dimana mereka mengunjungi tangga darurat kereta dan toko kue Ibu Esok yang telah kembali beroperasi. Keesokan harinya, Lail mengantar Esok di stasiun kereta cepat, dengan membawa tas besar sebagai perbekalan menuju lokasi penugasan sebagai relawan di waktu libur panjang.

Penugasan berjalan dengan baik, Lail dan Maryam kembali ke panti dan mulai memikirkan apa yang hendak mereka lakukan setelah kelulusan. Setelah mengikuti pelatihan, Lail dan Maryam menyaksikan berita intervensi atas lapisan stratosfer.

Di libur semester, Lail dan Maryam dikirim ke Sektor 2, dimana hujan lebat turun merusak bendungan. Bersama dengan Maryam, Lail pergi memperingatkan kota di hilir sungai, berlari sejauh lima puluh kilometer dalam badai.

Lail dan Maryam kembali sibuk belajar, dan hujan salju turun beberapa bulan kemudian, mengarahkan KTT Perubahan Iklim Dunia mengadakan pertemuan. Keduanya berhasil lulus ujian dengan nail baik, dimana keduanya diterima di sekolah keperawatan. Tidak mendapatkan tugas dari Organisasi Relawan, Lail mengajak Maryam ke toko Kue Ibu Esok dalam rangka mengetahui kabar Esok. Esoknya, Lail dan Maryam menerima kabar bahwa mereka diundang ke Ibukota dalam rangka menerima penghargaan.

Ibu Suri ikut sibuk mempersiapkan keberangkatan Lail dan Maryam, dimana dalam perjalanan Lail menceritakan kisahnya bersama Esok. Disambut oleh relawan di Ibu Kota, Lail dan Maryam menerima anting logam sebagai pemandu, dimana Lail mengalami kesulitan untuk menghubungi Esok. Lail dan Maryam mengikuti Acara Peringatan lima tahun Organisasi Relawan dengan baik, dimana mereka menerima penghargaan dari Gubernur, dan Esok juga datang untuk memberikan selamat.

Nama Soke Bahtera ikut mengejutkan Elijah, dan Lail melanjutkan kisahnya, dimana ia berbincang-bincang dengan Esok sekitar satu jam.

Setelah mengikuti rangkaian acata Organisasi Relawan di Ibukota, Lail dan Maryam mendapati Istri Walikota dan Claudia datang menjemput, mengajak mereka untuk makan siang bersama. Seminggu kemudian, Lail dan Maryam meninggalkan panti sosial.

Lail dan Maryam menyesuaikan diri dengan sekolah baru, dimana mereka tetap sekamar. Dalam prosesnya, mereka juga belajar tentang saraf, tentang kemungkinan menghapus ingatan dalam pengobatan jiwa. Kuliah tersebut mengingatkan Maryam tentang kisah seorang raksasa yang patah hati, sementara Lail tidak menyukai pembicaraan tersebut.

Tanpa terasa hampir setahun mereka tinggal di asrama sekolah keperawatan, dengan situasi dunia yang kacau balau; setiap negara hanya memikirkan kondisi penduduknya. Seperti biasanya, Lail pergi ke toko kue Ibu Esok ditemani oleh Maryam, dimana Ibu Esok kemudian mengungkapkan bahwa tokonya akan tutup sebagai imbas dari krisis pangan. Beberapa hari kemudian, Lail dan Maryam menerima panggilan tugas menuju Sektor 1, dimana Lail mengalami kesedihan disebabkan seorang anak yang mati dalam perawatannya. Dalam prosesnya, Lail menerima telepon dari Esok, yang meminta maaf karena tidak bisa pulang.

Penugasan telah berakhir, Lail dan Maryam kembali ke kota, dimana paceklik bahan pangan semakin serius, memicu kerusuhan, yang mengarahkan pemimpin negeri memutuskan untuk ikut mengorbitkan pesawat ulang-alik.

Besok paginya, matahari bersinar cerah dan para pekerja pun kembali bekerja, dengan pasokan pangan yang berangsur-angsur kembali normal, mengarahkan Lail dan Maryam kembali mengunjungi Toko Kue Ibu Esok. Hari demi hari dilalui Lail dengan memikirkan Esok yang tidak mengabarinya perihal wisuda-nya, dimana Lail sendiri harus berhadapan dengan ujian akhir semester. Dengan tibanya liburan, Lail masih memikirkan Esok, yang akhirnya menelpon dan memintanya untuk hadir dalam acara wisudanya.

Bersama dengan Maryam, yang berjanji untuk diam, Lail berangkat ke Ibukota. Setibanya di Ibukota, Lail dan Maryam berkeliling kota, dimana Maryam bersedia meminjamkan Lail uang untuk sebuah gaun. Hari wisuda pun tiba. Elijah terkejut mendapati cerita yang berhenti disertai keterangan bahwa kenangan tersebut merupakan kenangan yang sangat menyakitkan.

Ditemani oleh Maryam, Lail menghadiri acara wisuda Esok, dimana di sana ia bertemu dengan keluarga Esok. Selepas acara, Lail ikut serta dalam acara makan siang keluarga Esok dan dihinggapi rasa cemburu, memaksanya pergi lebih awal. Menyadari apa yang terjadi, Maryam mempertanyakan sikap Lail dalam perjalanan kembali ke hotel. Keesokan harinya, Lail dan Maryam bersiap-siap untuk pulang, dimana Esok telah menanti mereka di peron.

Tahun terakhir di sekolah keperawatan, Lail dan Maryam disibukkan dengan belajar, disertai dengan pelatihan dalam Organisasi Relawan. Setibanya di asrama, Lail dan Maryam mendapati kedatangan Ibu Suri, mengantarkan undangan makan malam panti untuk donatur. Keesokan harinya, Lail dan Maryam mengunjungi toko kue Ibu Esok, diikuti dengan breaking news; hilangnya awan dari muka bumi (setelah enam bulan intervensi).

Di acara panti, Lail dan Maryam bertemu dengan Walikota dan keluarganya, dimana dipentaskan juga drama perjuangan Lail dan Maryam menerjang hujan badai. Enam bulan kembali berlalu, Lail dan Maryam pun mengikuti ujian akhir kelulusan, sementara suhu udara terus menerus bertambah panas.

Lail memutuskan untuk tidak memberitahu siapa pun tentang wisuda-nya, namun ia mendapati Esok datang, dengan sepeda merah-nya. Kembali mengunjunginya tempat-tempat kenangan, Esok kemudian mengeluarkan bola logam yang memuat hologram, menceritakan proyek kapal raksasq yang tengah dikerjakannya untuk menghindari kepunahan umat manusia.

Setibanya di asrama, Maryam menyambutnya dengan kesal meminta penjelasan, dan Lail pun menceritakan apa yang terjadi. Tiga minggu sebelum keberangkatan kapal, Lail dan Maryam menerima tugas menuju Sektor 3, dimana Walikota datang menemui Lail seminggu sebelum keberangkatan kapal tersebut. Elijah terkejut mengetahui bahwa musim panas ekstrem benar-benar akan datang.

Lail pun segera kembali ke kota bersama Maryam, dan pergi menemui Ibu Esok keesokan harinya. Mendapati penuturan Ibu Esok, Lail yang tetap tak mendapatkan jawaban, menjalani hari-harinya dalam keputus-asaan, dengan Maryam yang berusaha menghibur.

24 sebelum keberangkatan, Lail mendapati Walikota dan istrinya datang untuk berterimakasih, mengarahkannya pergi ke Pusat Terapi Saraf.

Elijah bersimpati terhadap Lail, meskipun sebagai fasilitator, diikuti dengan pertanyaan kepastian dengan sebuah nasehat: bahwa sesungguhnya bukan melupakan yang jadi masalahnya, tapi menerima. Tak bisa berbuat apa-apa, Maryam memutuskan untuk menelpon Esok, yang ternyata baru saja turun dari kereta untuk menemui Lail. Dengan menggunakan otoritasnya, Esok berhasil tiba secepat mungkin di tempat Lail, yang telah menjalankan konfirmasi terakhir.

Terimakasih atas Pembelian Buku Original-nya!!

Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.


0 comments:

Post a Comment

 
;