Breath
by: James Nestor
Selama
abad terakhir, ilmu kedokteran barat kurang-lebih menganggap hidung sebai organ
sekunder atau pelengkap, dan Dr. Jayakar Nayak berkata: “struktur-struktur itu
ada di sana untuk alasan tertentu.” Bersama dengan Anders Olsson, saya
mengikuti eksperimen bernapas melalui mulut sealama sepuluh hari. Dari 5.400
spesies mamalia di planet ini, manusia adalah satu-satunya spesies yang terus
mengalami maloklusi. Homo habilis muncul 1,7 juta tahun lalu, diikuti dengan
Homo erectus sekitar 800.000 tahun lalu, dan homo sapiens sekitar 300.000 tahun
lalu, dimana besar otak kita bertumbuh sementara jalan-napas menyempit.
Data
hari ini mengungkapkan apa yang telah diungkapkan di hari-hari sebelumnya:
bernapas melalui mulut menghancurkan kesehatan kami. Kami melakukan eksperimen
sepeda sebagai pengulangan dari beberapa kajian yang telah dilakukan Dr. John
Douillard 20 tahun lalu, dimana ia membuktikan bahwa napas melalui mulut
mencederai klien-kliennya. Terdapat dua opsi pembuatan energi tubuh, yakni
aerobik (udara) dan anaerobic (gula biasa), dimana anaerobik tidaklah efisien
dan bisa beracun. Inilah sebabnya respirasi aerobic sangat penting, dimana denyut
jantung terbaik untuk berolahraga: 180 dikurangi usia Anda. Eksperimen Egil P.
Harvold juga menegaskan bahwa bernapas melalui mulut mengubah tubuh ragawi dan
jalan-napas ke arah yang lebih buruk. Hal itu juga menyebabkan tubuh kehilangan
40 persen lebih banyak cairan dan mengembangkan lebih sedikit sel otak,
Penciuman
adalah indra tertua dari kehidupan, dan pernapasan adalah timbal balik, dengan
cuping hidung yang berdenyut dengan iramanya sendiri dan jaringan erektil
hidung mencerminkan situasi kesehatan. Hidung adalah pejuang yang pendiam:
penjaga gerbang tubuh, apotek bagi benak, dan pengatur cuaca bagi emosi. Hal
ini ditegaskan oleh naskah Ebers Papyrus 1.500 SM, Kitab Kejadian 2:7, Naskah
Tao China, dan riset George Catlin pada 1830. Dr. Mark Burhenne mengungkapkan
bahwa bernapas melalui mulut berkontribusi kepada penyakit periodontal dan bau
napas, juga merupakan penyebab nomor satu dari lubang gigi, sehingga ia
menganjurkan pasiennya untuk memplester mulut di malam hari.
Jalan
menuju hidup panjang melibatkan banyak peregangan (Five Tibetan Rites), untuk
mengembangkan kapasitas paru-paru. Pada 1900-an, Katharina Schroth menggunakan
“pernapasan ortopedik” untuk mengobati penyakitnya yang tak bisa disembuhkan; scoliosis,
dimana ia kemudnian menerima penghargaan Federal Cross of Merit. Di tahun 1958,
Stough memenuhi undangan Dr. Maurice untuk melatih pasien emfisema seni
mengembuskan napas dan berhasil baik, dan pada 1968, Stough membantu salah satu
tim pelari terbaik di Amerika, mengarahkan mereka memecahkan rekor mereka
sendiri.. Dengan bantuan Lynn Martin (rekan Stough), saya melakukan “Koordinasi
Napas” melalui hitungan 1-10 selama dua jam. Hal ini menunjukkan pentingnya
menghembuskan napas secara penuh.
Ollson
mengungkapkan bahwa napas yang dilambatkan akan merilekskan tubuh dan
menenangkan benak, dan karbon dioksida lebih penting dairpada oksigen. Sebagaimana
Bohr, Henderson mengungkapkan bahwa karbon dioksida adalah unsur yang lebih
dasar dari makhluk hidup dibandingkan oksigen. Dari itu, Ollson menganjurkan
pernapasan yang lambat, sebagaimana doa para pendeta yang berkisar enam detik,
yang ternyata merupakan doa penyembuhan sebagaimana teknik pernapasan resonan
(koheren).
Ketika
kita telah menjadi budaya pemakan yang berlebihan, kita juga telah menjadi
budaya penapas yang berlebihan, dari itu bernapaslah lebih-sedikit.
Olsson mengungkapkan bahwa sesekali membuat tubuh bernapas dengan jauh lebih
sedikit, akan memberi manfaat ampuh seperti yang terjadi pada puasa makan.
Hal ini meningkatkan VO2 max, yang dapat meningkatkan stamina atletik, juga
membantu hidup lebih panjang dan sehat. Buteyko, seorang penderita hipertensi
parah, mengungkapkan bahwa semua pasien yang paling sakit sepertinya; terlalu
banyak bernapas, sehingga ia membuat sebuah protocol yang kemudian disebut
Voluntary Elimination of Deep Breathing. Di sekitar masa tersebut, Zatopek
menggunakan latihan hypoventilation dan menciptakan 18 rekor dunia, empat
medali emas, satu medali perak Olimpiade, dan disebut sebagai “Pelari Terbesar
Sepanjang Zaman”. Pada 1970-an, pelatih renang AS James Counsilman menggunakan
teknik tersebut untuk Olimpiade Montreal, memenangkan 13 medali emas, 14 perak,
7 perunggu, dan memecahkan rekor dunia di 11 lomba. Jumlah optimal udara yang
kita hirup saat istirahat adalah 5,5 liter per menit; 5,5 detik menghirup dan
5,5 detik mengembus, dan inilah napas yang sempurna.
Sekitar
300 tahun yang lalu, sebagian besar populasi mengalami; mulut menciut, wajah
lebih datar, sinus tersumbat, hingga menurunnya pangkal kerongkongan yang
menyumbat tenggorokan. Di sekitar tahun 1500, populasi manusia tumbuh 100 kali
lipat dibandingkan di awal budaya pertanian, menghabiskan seluruh hidupnya
hanya dengan makan makanan yang telah diolah, menjadikan populasi semakin sakit
dan kecil. Hal ini mengungkapkan bahwa masyarakat yang telah mengganti diet
tradisionalnya dengan makanan olahan modern mengalami hingga sepulah kali lipat
lubang gigi, geligi berjejal yang parah, tersumbatnya jalan napas, dan
kesehatan umum yang lebih buruk. 23 dari 28 pasien sinusitis membaik dengan
metode balon sinuplasty, sementara penderita hidung kosong biasanya kehilangan
bagian tertentu (konka) dari hidung mereka. Apnea tidur dan mendengkur, asma
dan ADHD, semuanya telah dikaitkan dengan sumbatan di mulut. Dr. John Mew
mengungkapkan bahwa ortodontik tradisional (meluruskan geligi) membuat jalan
napas memburuk. Ketika duduk atau berdiri, tulang punggung harus membentuk
bentuk-J (dengan lidah berada di langit-langit); disertai dengan bernapas
perlahan-lahan melalui hidung (latihan mewing). Mini-monoblok Belfor menegaskan
kekeliruan ilmu konvensional tentang hilangnya tulang, menunjukkan bahwa
semakin banyak kita mengunyah semakin belia kita tampak dan semakin baik kita
bernapas sebagaimana alat Homeoblock. dr. James Sim Wallace pun mengungkapkan
bahwa peralihan dari makanan yang lebih keras ke makanan lunak membuat wajah
menyempit, geligi berjejal, rahang tidak selaras, dan berlanjut pada masalah
pernapasan. Dari itu, Marianna Evans menganjurkan pasien-pasiennya mengunyah
permen karet selama dua jam sehari.
Teknik
Bernapas+ muncul di medan perang sipil, dimana Jacob Mendez Da Costa (1862)
menyebutnya sebagai “kelainan sistem saraf simpatetik” (Irritable Heart
Syndrome), muncul kembali pada 20% serdadu di Perang Dunia 1, satu juta serdadu
di Perang Dunia II, dan ratusan ribu lainnya di perang Vietnam, Irak, dan
Afghanistan. Bernapa merupakan sebuah “tombol utama” sistem saraf otonom
(parasimpatetik dan simpatetik); Semakin dalam dan semakin lembut kita
menghirup napas, dan semakin panjang kita mengembuskan napas, semakin perlahan
jantung berdenyut dan semakin tenang diri kita. Inner Fire Meditation
(metode brnapas penimbul stress) telah dipraktikkan oleh para pendeta Buddhis
Tibet, dimana pernapasan dapat mengontrol saraf vagus (suatu jejaring kerja
saraf yang berkeliaran di dalam sistem yang menghubungan semua organ interna
utama). Pernapasan Tunmo telah dipublikasikan oleh Alexandra David-Neel (1927),
Herbert Benson (1981), dan Wim Hof (2000). McGee seperti 15 persen populasi
Amerika—lebih dari 50 juta orang—yang menderita kelainan autoimun, dan mencoba
penapasan beratnya Wim Hof. Metode Pernapasan Hof: berbarung telentang dengan
satu bantal di bawah kepala, lemaskan bahu, dada, dan tungkai kaki, tarik satu
napas yang sangat dalam ke dasar lambung (lalu dada) dan embuskan dengan sama
cepatnya, lakukan hal tersebut 30 kali, di akhir napas ke 30; tahan seperempat
udara di paru-paru selama mungkin, lalu Tarik napas besar dan tahan selama 15
detik, ulangi seluruh pola tersebut 3-4 putaran beberapa kali seminggu. Murid
David-Neel (meninggal di usia 100th), Maurice Daubard membuktikan
kehebatan Tunmo sebagai penderita peradaan paru-paru kronis, dimana ia
mengelilingi Himalaya di usia 71th. Pengamalan dengan asam lisergik
dietilamina-25 (LSD), mengarahkan Stanislav Grof memodifikasi Tunmo (Holotropic
Breathwork); berbaring di lantai ruangan gelap, music diputar dengan keras,
bernapas sekeras dan secepat mungkin hingga tiga jam.
Penelitain
Dr. Arthur Kling (1968) menunjukkan pentingnya amigdala sebagai “sirkuit tanda
bahaya dari takut”, dan S.M. menunjukkan hal itu hingga ia bertemu dengan Dr.
Justin Feinstein (2006). Hal ini mengungkapkan pentingnya seni menahan napas
bagi orang-orang pencemas, sebagaimana diungkapkan dalam Bhagavad Gita dan A
Book on Breath by Master Great Nothing of Sung-Shan 2000 tahun yang lalu. Saya
pun mencoba terapi pernapasan Feinstein dan menghirup 35% karbon dioksida, demi
kelenturan kemoreseptor di masa depan.
Saya
pun menemui seorang pakar tersohor tentang landasan yoga, Luíz Sérgio Álvares
DeRose. D,alam yoga terdapat kata prana (daya hidup), sementara di Jepang
disebut ki dan di China disebut Ch’i dengan pernepasan-dasar disebut qigong. Di
tahun 1970, Swami Rama memenuhi riset Green tentang pentingnya bernapas dalam
tidur yoga, dan bahkan mampu memadamkan jantungnya selama 30 detik. 5000 tahun
lalu, peradaban Indus-Sarasvati menjadi tempat kelahiran Yoga, dan suku Arya
tiba untuk menulis-ulang Sanskerta. Kunci dari Sudarshan Kriya, Tunmo, atau
setiapnpraktek pernapasan lain yang berakar pada yoga purba adalah belajar
untuk sabar, menjaga kelenturan, dan perlahan-lahan menyerap apa yang bisa
ditawarkan napas.
Pernapasan,
seperti setiap terapi dan obat, tidak dapat melakukan segalanya. Sebagaimana
penyakit peradaban (sembilan dari sepuluh penyakit disebabkan oleh makanan dan
minuman kita, serta tempat tinggal kita), bernapas adalah sebuah pilar yang
hilang dari kesehatan. Dari itu, bernapaslah dengan lebih baik: hiruplah napas
menggunakan hidung dan keluarkan secara penuh melalui mulut, kunyahlah
makanan-makanan yang lebih keras, lakukan pernapasan berat sesekali, menahan
napas ketika cemas. Napas yang sempurna: hirup napas selama 5,5 detik dan
embuskan selama 5,5 detik. Ombak datang, membasuh dan melanjutkan arusnya ke
pantai, lalu memutar dan mundur, kembali ke laut.
Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.
0 comments:
Post a Comment