Cerpengram
By: Peng Kheng Sun
Dalam
melakukan kegiatan apa saja, jika ingin berhasil kita perlu mempunyai motif
yang kuat. Demikian pula dalam menulis cerpen, kita memerlukan motif yang baik
dan jelas. Dan kesenangan merupakan motif yang unik, karena ia mampu bertahan
dengan baik menghadapi kendalan dan kesulitan apa pun.
Meski
membuat nama tokoh baru untuk cerpen yang sedang kita tulis tampak sepele tapi
kenyataannya tidaklah seperti itu. Dari itu buatlah Cerpengram I, berisi daftar
nama (pria dan wanita) serta profilnya, diikuti dengan Cerpengram II; berisi hal-hal
yang berkaitan dengan penampilan fisik tokoh. Di sini, Cerpengram berguna
sebagai alat bantu.
Cerpengram
II, yang berisi hal-hal yang berkaitan dengan penampilan fisik tokoh, perlu ditulis
sebanyak-banyaknya, seperti model rambut, bentuk dagu, kepala, dan sebagainya,
sehingga memudahkan Anda mendeskripsikan penampilan fisik tokoh cerpen.
Cerpengram
III, berisi kolom “Pembukaan”, “Narasi”, dan “Penutup”. Kalimat pembuka
merupakan hal yang penting karna ini memicu perhatian pembaca untuk merasa
tertarik atau tidak. Menulis narasi berarti menghubungan suatu kejadian dengan
kejadian lainnya, yang harus ditulis secara wajar dan masuk akal, serta memicu
rasa ingin tahu pembaca. Cerpen yang baik tentu memiliki penutup yang baik,
yang memuaskan pembaca.
Cerpengram
IV, berisi kolom “Dialog” dan “Deskripsi” dari kalimat atau paragraph yang kita
kutip. Khusus untuk kolom “Konflik” diisi setelah kita selesai membaca sebuah
cerpen dan merumuskan sendiri konfliknya. Jika dialog adalah unsur yang selalu
ada dalam kehidupan nyata, maka menghadirkan dialog pun sangat penting dalam
sebuah cerpen. Menulis deskripsi berarti menggambarkan suatu objek dengan
kata-kata. Memunculkan konflik sangat penting dalam membangun sebuah cerita, karena
tanpa konflik tidak mungkin ada cerita.
Cerpengram
V, berisi foto-foto dan gambar-gambar yang menarik perhatian dan meransang
imajinasi. Cerpengram V juga memudahkan kita mendeskripsikan suatu tempat
seperti rumah, jalanan, atau lokasi tertentu.
Setelah
selesai membuat kelima macam Cerpengram tersebut, kita sudah bisa mulai menulis
sebuah cerita singkat, yakni cerita yang relatif lebih pendek daripada cerita
pendek. Cerita singkat tersebut cukup terdiri atas 200 sampai 300 kata atau
beberapa alinea, sebagai bentuk awal latihan. Yang penting cobalah menulis
sebuah cerita singkat dan menulis revisinya berkali-kali. Saat menulis ulang
naskah, ajukanlah pertanyaan berikut; Apakah cerita tersebut sudah
mengekspresikan dengan tepat apa yang Anda maksudkan?, Apakah pembaca akan mengerti
cerita yang Anda tulis? Dan, Apakah yang bisa diperbaiki dari cerita tersebut? (baik
untuk meminta orang lain membaca cerita Anda untuk mendapatkan kritik dan
saran).
Setelah
berhasil menulis sebuah cerpen, kita perlu memberikan penilaian, melalui
beberapa pertanyaan; Apakah cerpen tersebut bisa dimengerti? Apakah cerpen tersebut
membangkitkan rasa ingin tahu? Apakah tokoh-tokoh yang dalam cerpen sudah
terasa hidup? Apakah logika cerita berjalan baik, ataukah masih ada kejanggalan?
Dan, Apakah bagian penutup cerita sudah memuaskan?
Agar
bisa menulis cerpen dengan baik, Anda juga perlu membaca karya-karya fiksi terbaik.
Dan Reading Record (RR), catatan karya-karya fiksi yang Anda baca, akan memudahkan
Anda mendapatkan ide untuk menulis cerita. RR juga bermanfaat sebagai
perangsang minat baca, peningkat apresiasi terhadap bacaan, berfungsi sebagai
curriculum vitae dan catatan harian, dll.
Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.
0 comments:
Post a Comment