Friday, April 21, 2023

Sinopsis "Kata Kota Kita - Gramedia Writing Project" Bahasa Indonesia

Kata Kota Kita
By: Gramedia Writing Project

Dirga mengembuskan napas lega Ketika ia akhirnya tiba di Ora Resort, diikuti sambutan hangat Shanna yang tak bisa ia hadapi dengan santai. Meski begitu, Dirga berusaha menanyakan kabar Shanna, juga Angga. Dirgayasa Mahendra menyapa Shanna, yang tengah santai bekerja dan percakapan hangat pun terjadi di antara mereka. Dalam lamunan, Dirga menerima ajakan Shanna Wiranega untuk ‘dance with me’, mengiringi music di malam hari. Keesokan paginya, Dirga dengan terpaksa menuruti ajakan Shanna untuk lari pagi menyambut sunrise, dimana percakapan mereka memaksa Dirga untuk mengajaknya kembali ke Jakarta, dan Shanna pun tersneyum tipis dengan sebuah jawaban ‘Angga’.

Aku melarikan diri ke Pulau Dewata, Bali, sendirian, dengan hati yang patah, dan Diana menannyakan keberadaanku, diikuti dengan kedatanganya ke Bali beserta rencananya untukku. Diana mengajakku ke jalan Legian dan memilihkan sebuah gaun untukku, gratis. Setibanya di restoran, Diana memperkenalkanku (Thira) pada Made dan meninggalkan kami berdua saja, dimana Made memesan nasi jenggo, dan aku pun memesan menu yang sama. Made mengungkapkan bahwa ia mengetahui apa yang menimpaku, apa yang kurasakan, juga mengungkapkan bahwa ia mencyukaiku, menyarankanku untuk melupakan Evan, lalu beranjak pergi.

Seperti biasa, aku (Raga) masih menunggu di halte bis, dengan taxi-taxi lewat dan ajakan-ajakan ojol yang kutolak, lelah dengan kemiskinanku. Di pertemuan ketiga ini, Aku pun mencoba berkenalan dengan Lindung, mahasiswi yang satu bis denganku, ia mengungkapkan “Bus adalah hidpku. Aku merasa lebih bergairah untuk memulai dan mengakhiri hari bersama kerumunan orang-orang itu.”

Aku menjadi saksi hubungan mereka, Larisa dan Ragil, yang kembali bertemu di kafe Nyit Nyot setelah dua tahun untuk membicarakan naskah mereka; Cinta dan Secangkir Cokelat Hangat, dimana Larisa tengah menjalin berhubungan dengan Galang. Proses pembicaraan naskah mengarah pada perdebatan dan saling menyalahkan, hingga Larisa meminta Galang untuk menjemputnya.

Aku (Maddie) kesal mendapati Dad mengajak si Bibir Tebal ke acara Mardi Gras di New Orleans minggu ini bersama kami, bahkan dia ikut serta makan malam bersama kami. Mengikuti saran Lucas, teman di dunia maya, aku pergi ke Bourbon Street bersama Lucas dengan maksud membuat Dad berpisah dari si bibir Tebal. Namun, ternyata Lucas bermaksud buruk padaku, membawaku ke gang gelap dan sempit bersama kedua temannya, dan si Bibir Tebal (Loretta) datang menyelamatkanku.

Seperti biasa, Ayuna menjalani pagi hari dengan berlari sepanjang taman kota di Manhattan, disertai alunan music. Kali ini, Eren menelpon sedikit terlambat dibandingkan biasanya, dimana kudapati ia berada di belakangku untuk kembali mengajukan pertanyaan itu, disertai sebuah cincin. Namun, rasa itu tidak lagi ada, dan Ayuna tidak tahu kenapa. Ayuna pun mengantar kepergian Eren di bandara, dimana Eren memberikan pelukan hangat dan meminta Ayuna untuk bahagia.

Aku kembali tinggal di rumah peninggalkan orangtuaku di Semarang sepeninggal suamiku, Anwar, dengan dua anak kecil, Mako dan Rafie, bertujuan untuk mendapatkan hakku atas harta puska keluarga Lestari. Berangkas tak juga dapat kutemukan hingga hari dimana kakakku, Henry dan Erna melakukan perjalanan bisnis ke singapura dan menyerahkan semua kunci padaku. Aku pun segera membuka brankas yang kutemukan di kamar mereka hanya untuk mendapati emas batangan itu tidak ada, diikuti kedatangan Henry. Lima bulan kemudian, di atas pesawat, Rafie mengungkapkan kerinduannya pada Mako saat melihat awan-awan.

Aku menghadiri acara Saparan Bekakak sebagai fotographer freelancer, dimana aku jatuh cinta pada pandangan pertama pada Amon, seorang photographer (hobi) yang juga menghadiri acara tersebut dan kemudian memintaku untuk menjadi guide-nya di Jogja. Di hari yang dijanjikan, kami sarapan pecel sebelum pergi ke Borobudur, dilanjutkan dengan candi Prambanan, diakhiri dengan Candi Ratu Boko setelah istirahat makan nasi gudeg. Seminggu berlalu begitu cepat dan akhirnya tiba untuk perpisahan, dimana kuungkapkan perasaanku pada Amon saat ia memintaku untuk mengantarkannya ke bandara.

Lukisan seorang wanita menari dalam kobaran api milik Tuan Davis, mengarahkanku (Elisa), seorang Clairvoyant, untuk pergi ke Strasbourg, Prancis, bersama sahabat sekaligus rekan kerja, Rika, dalam rangka mencaritahu perihal epidemi menari 1518, Frau Troffea. Dalam prosesnya, aku seringkali kerasukan, menari-nari hingga kakiku berdarah, diikuti dengan goresan tinta untuk melukis.

Allen kembali menanyakan padaku perihal kapan aku akan melamarnya, dimana hubungan kami telah berjalan dua tahun dan mengenal baik keluarga satu sama lain. Daniel menyapaku, dan kami berjalan-jalan keliling Milan, dimana ia mengajakku ke apartement-nya. Setelah tak sadarkan diri karna sedikit minuman dari Daniel, aku menydari tubuhku diikat, dengan Allen di sebelahku, juga terikat dan berlumuran darah.

Ivan mengabaikan Novia Bratawiraja yang datang ke rumahnya untuk mencari kost-an, dimana Novia kemudian bersebelahan kamar dengannya. Meskipun telah berusaha menghiraukan, Ivan tetap tak tega mendapati Novia kehujanan dalam perjalanan pulang, dimana Novia melakukan perawatan padanya saat tengah sakit, tak sadarkan diri. Papa kembali pulang dalam keadaan mabuk dan memukuli Ivan, dimana Novia datang untuk menolong, mengarahkan Ivan menceritakan kisahnya.

Rere kembali mengungkapkan bahwa hubungannya dengan Rifan yang putus nyambung akan kembali lagi, meskipun sudah enam bulan berlalu, dimana pembicaraannya dengan Dirga mengarahkannya menuju Pulau Kemaro. Di depan Pohon Cinta, Rere menghapus nama Rifan, dan gemuruh hujan membuat Dirga memaksa Rere untuk segera berteduh. Dalam kedinginan, Rere menerima jaket Dirga dan suapan teh hangat, yang diikuti dengan kecupan hangat. Dirga memulai hari yang indah untuk bekerja, dan Rere menghubungi, mengungkapkan bahwa ia tengah berada di bandara untuk pulang ke Palembang karena orangtuanya kecelakaan. Dirga pun segera merampungkan pekerjaan dan pergi menyusul, dimana Dirga kemudian pergi mengunjungi Pohon Cinta.

Lelah menunggu, kutelpon Deery, suamiku yang selalu mengutamakan ibunya dibanding aku, istrinya. Makanan yang kusiapkan untuk wedding anniversary kutumpahkan, dimana Derry kemudian datang dan menunjukkan kecemasannya disertai permintaan maaf. Tak lama kemudian, sang Ibu menelpon ke ponselku, segera kumatikan ponselku dan kucabut baterainya. Setelah bermesraan, Derry membawaku ke  Kafe Kupu-Kupu untuk makan malam, dimana ia bersedia untuk menginap bersamaku malam ini. Pagi harinya, kudapati Derry sudah tidak ada, dimana kudapati pesan kebencian dari sang Ibu ketikan kenyalakan ponsel.

Menerima pemberitahuan Lucy perihan proof untuk meeting dengan Ibu Monic dari PT Jawara jam dua belas di PIM hari ini, Toni segera menuju kantor untuk mengambil proof tersebut. Mendapati kemacetan di jalan raya Jakarta menjelang jam makan siang, mengarahkan Toni melewati jalan Bulungan. Setelah melewati SMAN 70, Toni mendapati keberadaan Om Suroso, ayah dari sahabatnya, Maulana, yang meninggal karena perselisihannya dengan Indra Jabrik dari SMAN IX, di depan toko swalayan, tempat dimana Maulana meninggal.

Setelah kepergian Erdem, Wina mngobati lukanya dengan tiga lelaki yang selalu datang pada malam-malan yang sunyi; Kopi Jantan, Aroma Rempah, dan Mata Maskulin. Semua itu berawal ketika ia dengan angkuh menunggu Erdem dalam purnama, dan tiga pria mabuk mendatanginya. Tak lama di apartement, jiwa Wina mulai terganggu, hingga akhirnya berulah, mengaragkannya menjadi penghuni bangunan Ankara Ruh ve Sunur Hastaliklan Hastanesi.

Randy menerima ajakan Dony untuk bergabung dalam program amal lewat lelang lukisan dan foto anak jalanan. Dalam acara, Doni memperkenalkan Randy pada Dista, seorang pembeli yang ingin lebih tahu perihal lukisannya. Saat tengah mencari isnpirasi di Taman Suropati, Dony kembali bertemu dengan Dista yang mengungkapkan perihal kecintaannya pada Indonesia. Randy menemani Dusta menjelajahi pasar antic di Jalan Surabaya, Menteng, dimana ia menerima pesan dari Nissa, kekasihnya di Bogor. Kedekatan Randy dan Dista semakin menjadi, dimana Randy juga mengajak Dista menonton teater di Grogol. Nissa menatap lukisan-lukisan Randy, diikuti kedatangan Randy yang megakhiri hubungan mereka. Dista menerima hadiah lukisan dari Randy disertai tulisan: “Aku telah menemukan Monalisa-ku. Maukah kau menjadi kekasihku?”

Banjarnegara, 1929, sebuah warung yang menyediakan gadis malam, dimana di sebuah celah gang, seorang gadis (Erlyna) mengejek seorang pria dengan pisau di tangan saat duduk di atas tubuh pria tersebut tanpa pakaian. Banjarnegara, 2014, Erlyn memenuhi panggilan Ed ke ruang otopsi, dimana seorang mayat pria mati mengenaskan sebagaimana kejadian pada 85 tahun lalu. Ed menunjukkan hasil penyelidikannya tentang keempat korban pada Erlyn yang melihatnya dengan enggan, dimana Erlyn telah mengetahui semua itu. Ed pun mengecek latar belakang Erlyn, dimana Ed telah meminta dilakukannya tes DNA secara rahasia.


Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.



0 comments:

Post a Comment

 
;