A Tribute
By: Jamil
Azzaini
Dunia ini panggung film
layar lebar dengan kita pemeran utamanya, yang mengiginkan happy ending bukan
hanya untuk kita pribadi, tapi juga orang-orang di sekitar kita, bahkan
lingkungan kita. Salah satu cara penentuan happy ending ialah menggunakan four
statement (4 pertanyaan/pernyataan), yang mengarahkan kita untuk bergerak maju (move
on) bersama dengan lingkungan kita. Melalui kisah hidup Robin Williams,
undanglah kegelisahan dengan disertai aksi yang akan membuat hidup kita terus
bertumbuh. Melalui kisah Bilal sepeninggal Rasulullah, marilah kita berperan
sebagai pemain utama dalam film kehidupan ini, dengan tujuan mendapatkan Grammy
Awards, terutama untuk 3 kategori; the best expertise, the best parent, dan the
best person from God.
Untuk bisa naik panggung
sebagai orang terhormat, lakukan 4 ON; visi-ON, acti-ON, passi-ON, dan collaborati-ON.
Berdasarkan hukum kekekalan energi, menyiapkan panggung bagi orang lain akan mempercepat
visi hidup anda, mempercepat peningkatan kompetensi, dan mempercepat kesiapan
anda menjadi pemimpin. Melalui 4 golongan drajat manusia (Aku yang Tahu
Potensiku, Aku yang Terlatih, Kita, Kita & Dia), selayaknyalah jika kita
memperbanyak momen-momen spiritualitas. Jadilah seperti Tenzing Norgay yang
memandu Edmund Hillary menaklukkan puncak Everest.
Setiap tahun, kebutuhan
manusia biasanya meningkat. Tugas kita ialah menaikkan daya dengan bergantung
kepada Sang Maha, mengambil pekerjaan yang menantang, dan menjadi pengungkit
keberhasilan orang lain (dimulai dari keluarga). Riset mengungkapkan bahwa mengasramakan
anak-anak 12 tahun kebawah berakibat tidak baik. Melalui quotes “Dibalik lelaki
yang hebat terdapat wanita yang hebat”, patutlah jika kita berterimakasih pada
istri dan ibu kita melalui sharing informasi/ilmu, juga menganggap istri
sebagai manajer dan partner. Jauhilah politik kantor yang kotor. Jadilah
leader, bukan bos. Dari keberhasilan BMT Beringharjo dan Purwerojo, Mursida dan
Karsiwi mengungkapkan kuncinya ialah; Melibatkan Allah dalam bisnis, memadukan
4-kah (nafkah, ibadah, istiqamah, dan ukhuwah), dan jangan kebanyakan teori. Marilah
mencontoh Yusuf Mansur, seorangpengungkit keberhasilan bagi orang lain melalui panggilan
jiwa.
Sibuk untuk kepentingan
diri sendiri dan tidak peduli dengan orang lain I tu justru menyusahkan hidup.
Dari itu, milikilah mindset dan heartset; selaraskan hidup dengan keinginan
Sang Pencipta, miliki mental “to give”, bukan “to get”, seperti yang telah
dilakukan Sulaiman al-Rajhi. Lakukanlah semua itu dengan penuh ketulusan
(sepenuh hati) dengan membuka hati. Jadilah seperti Ayam Kampung. Gunakanlah
slogan “membantu yang benar”, bukan slogan “membela yang bayar.” Dan jangan
sampai kita kehilangan sensitivitas dalam hidup yang singkat ini. Temukan
‘Bintang’ setiap orang dengan menjadikan pimpinan anda sebagai ‘Bintang’, juga teman
sejawat, dan lakukan hal itu dengan panggilan jiwa melalaui hukum pareto
(80/20). Dalam menciptakan ‘Bintang’ dibutuhkan kejelasan visi, value (nilai), core
competence (kelebihan/keahlian), dan passio, yang selaras. Hal tersebut
merupakan komitmen bersama (we) yang memiliki makna: trust, giving, sharing,
dan respecting. Dalam prosesnya, dengarkanlah suara hati orang lain, ajukan
banyak pertanyaan, ubah pertanyaan ‘mengapa’ menjadi ‘bagaimana’, jadilah
pemimpin yang melahirkan pemimpin, hadirkan mentor imajiner, dan tentukanlah
sparring partner (mitra bertanding) anda untuk hidup yang bertumbuh.
Jadilah pusat gravitasi
dengan membantu banyak orang lain untuk bertumbuh dan berkembang seperti kisah
Sumur Raumah Utsman bin Affan. Waspadalah, orang yang Anda support terus
bertumbuh, maka Anda pun perlu terus bertumbuh. Tak perlu takut salah, karna
salah itu manusiawi, dan ia akan mendewasakan kita. Asahlah diri untuk selalu
hidup bersahaja. Hadirkan Mr. Feedback, yakni orang yang bersedia memberi
nasihat, kritikan, dan saran. Naikkan level pergaulan. Doakanlah orang lain dan
berdoalah di tempat terbaik.
Para pemenang adalah mereka
yang mengerjakan pekerjaanpekerjaan paling berharga yang memberikan hasil
terbesar. Hidup ini kombinasi antara apa yang kita katakan (Say) dengan apa
yang kita kerjakan (Do). Sebagai orang Indonesia, Sepatutnyalah kita
berkontribusi untuk melahirkan jenius lokal, seperti yang dilakukan Goris
Mustaqim dan Andri Wahyudin. Begitu juga Komunitas SuksesMulia, Green Leaders, Akademi
Trainer, Tahfidz for Leader & Entrepreneur.
Hidup semakin hidup bila
dikerjakan ramairamai, dengan dukungan mentor imajiner, sparring partner, dan
Mr. Feedback.
Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.
0 comments:
Post a Comment