Friday, January 25, 2019

Sinopsis "A Tribute - Jamil Azzaini" Bahasa Indonesia

 A Tribute
By: Jamil Azzaini

Dunia ini panggung film layar lebar dengan kita pemeran utamanya, yang mengiginkan happy ending bukan hanya untuk kita pribadi, tapi juga orang-orang di sekitar kita, bahkan lingkungan kita. Salah satu cara penentuan happy ending ialah menggunakan four statement (4 pertanyaan/pernyataan), yang mengarahkan kita untuk bergerak maju (move on) bersama dengan lingkungan kita. Melalui kisah hidup Robin Williams, undanglah kegelisahan dengan disertai aksi yang akan membuat hidup kita terus bertumbuh. Melalui kisah Bilal sepeninggal Rasulullah, marilah kita berperan sebagai pemain utama dalam film kehidupan ini, dengan tujuan mendapatkan Grammy Awards, terutama untuk 3 kategori; the best expertise, the best parent, dan the best person from God.

Untuk bisa naik panggung sebagai orang terhormat, lakukan 4 ON; visi-ON, acti-ON, passi-ON, dan collaborati-ON. Berdasarkan hukum kekekalan energi, menyiapkan panggung bagi orang lain akan mempercepat visi hidup anda, mempercepat peningkatan kompetensi, dan mempercepat kesiapan anda menjadi pemimpin. Melalui 4 golongan drajat manusia (Aku yang Tahu Potensiku, Aku yang Terlatih, Kita, Kita & Dia), selayaknyalah jika kita memperbanyak momen-momen spiritualitas. Jadilah seperti Tenzing Norgay yang memandu Edmund Hillary menaklukkan puncak Everest.

Setiap tahun, kebutuhan manusia biasanya meningkat. Tugas kita ialah menaikkan daya dengan bergantung kepada Sang Maha, mengambil pekerjaan yang menantang, dan menjadi pengungkit keberhasilan orang lain (dimulai dari keluarga). Riset mengungkapkan bahwa mengasramakan anak-anak 12 tahun kebawah berakibat tidak baik. Melalui quotes “Dibalik lelaki yang hebat terdapat wanita yang hebat”, patutlah jika kita berterimakasih pada istri dan ibu kita melalui sharing informasi/ilmu, juga menganggap istri sebagai manajer dan partner. Jauhilah politik kantor yang kotor. Jadilah leader, bukan bos. Dari keberhasilan BMT Beringharjo dan Purwerojo, Mursida dan Karsiwi mengungkapkan kuncinya ialah; Melibatkan Allah dalam bisnis, memadukan 4-kah (nafkah, ibadah, istiqamah, dan ukhuwah), dan jangan kebanyakan teori. Marilah mencontoh Yusuf Mansur, seorangpengungkit keberhasilan bagi orang lain melalui panggilan jiwa.

Sibuk untuk kepentingan diri sendiri dan tidak peduli dengan orang lain I tu justru menyusahkan hidup. Dari itu, milikilah mindset dan heartset; selaraskan hidup dengan keinginan Sang Pencipta, miliki mental “to give”, bukan “to get”, seperti yang telah dilakukan Sulaiman al-Rajhi. Lakukanlah semua itu dengan penuh ketulusan (sepenuh hati) dengan membuka hati. Jadilah seperti Ayam Kampung. Gunakanlah slogan “membantu yang benar”, bukan slogan “membela yang bayar.” Dan jangan sampai kita kehilangan sensitivitas dalam hidup yang singkat ini. Temukan ‘Bintang’ setiap orang dengan menjadikan pimpinan anda sebagai ‘Bintang’, juga teman sejawat, dan lakukan hal itu dengan panggilan jiwa melalaui hukum pareto (80/20). Dalam menciptakan ‘Bintang’ dibutuhkan kejelasan visi, value (nilai), core competence (kelebihan/keahlian), dan passio, yang selaras. Hal tersebut merupakan komitmen bersama (we) yang memiliki makna: trust, giving, sharing, dan respecting. Dalam prosesnya, dengarkanlah suara hati orang lain, ajukan banyak pertanyaan, ubah pertanyaan ‘mengapa’ menjadi ‘bagaimana’, jadilah pemimpin yang melahirkan pemimpin, hadirkan mentor imajiner, dan tentukanlah sparring partner (mitra bertanding) anda untuk hidup yang bertumbuh.

Jadilah pusat gravitasi dengan membantu banyak orang lain untuk bertumbuh dan berkembang seperti kisah Sumur Raumah Utsman bin Affan. Waspadalah, orang yang Anda sup­port terus bertumbuh, maka Anda pun perlu terus bertumbuh. Tak perlu takut salah, karna salah itu manusiawi, dan ia akan mendewasakan kita. Asahlah diri untuk selalu hidup bersahaja. Hadirkan Mr. Feedback, yakni orang yang bersedia memberi nasihat, kritikan, dan saran. Naikkan level pergaulan. Doakanlah orang lain dan berdoalah di tempat terbaik.

Para pemenang adalah mereka yang mengerjakan pekerjaan­pekerjaan paling berharga yang memberikan hasil terbesar. Hidup ini kombinasi antara apa yang kita katakan (Say) dengan apa yang kita kerjakan (Do). Sebagai orang Indonesia, Sepatutnyalah kita berkontribusi untuk melahirkan jenius lokal, seperti yang dilakukan Goris Mustaqim dan Andri Wahyudin. Begitu juga Komunitas SuksesMulia, Green Leaders, Akademi Trainer, Tahfidz for Leader & Entrepreneur.

Hidup semakin hidup bila dikerjakan ramai­ramai, dengan dukungan mentor imajiner, sparring partner, dan Mr. Feedback.



Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.

0 comments:

Post a Comment

 
;