Mati
Ketawa ala Refotnasi
By: Emha Ainun Nadjib
Krisis 1998 terjadi diakrenakan uang
Indonesia dibawa lari ke luar negeri oleh 16 Tionghoa kaya raya, diiringi
ketidakmampuan pemerintah mengendalikan harga minyak. Masalah utamanya ialah
pemerintah yang belum bisa dipercaya.
Krisis politik dan krisis ekonomi
di negara kita sebenarnya hanyalah produk dari krisis akhlak dan krisis budaya.
Harus adanya “uang tak terduga”
dalam ilmu dan pengetahuan manusia yang bersifat relatif, mengingatkan kita betapa
pentingnya sikap rendah hati.
Saya khawatir REFORMASI yang
kitadilakukan adalah “lari sprint”, bukan maraton yang panjang, yang mengarah
pada kesombongan.
Masyarakat kita yang tidak punya
pemimpin melainkan penguasa, yang bukannya menjadi panutan melainkan si
panutanlah yang harus manut pada kita, harus ditolong langsung oleh Tuhan.
Faktor-faktor kemenangan dalam
duel-duel final bisa dikalahkan oleh nasib. Dari itu, yang penting ialah
selamat, sebagaimana keselamatan Nayya dari rahim Novia.
Pertandingan final antara Iran dan
Amerika, mengingtakan kita pada pribahasa “Kalau kau tak bisa kalahkan dia,
rangkullah …”. Dari itu, marilah menjalankan wirid 369 dalam rangka menyambut
peperangan kita sendiri.
Keadaan rakyat Indonesia saat ini seumpama
gerhana bulan, nilai atau rahmat Allah yang semestinya DIPANTULKAN OLEH BULAN
untuk menyejahterakan bumi, DITUTUPI OLEH BUMI itu sendiri.
Masyarakat merasa menjadi pribadi
pejuang atas turunnya Soeharto sebagaimana pencetak gol yang tak menyadari bagaimana
bola bisa berada di hadapannya.
“Partai Islam” tak harus berarti
sektarianisme, yang penting adalah produknya.
Sebagaimana terciptanya gol
melalui scrimmage (pergulatan) di depan gawang, kita juga tidak menyadari
scrimmage turunnya Soeharto.
Dalam bahasa ilmu sosial, bangsa
Indonesia mengalami disidentifikasi, dislokasi, dan disorientasi. Sebab,
Indonesia bukan Komunis sebagaimana Rusia dan bukan Kapitalis sebagaimana
Amerika.
Tidak seperti sepak bola yang
relatif gamblang, politik yang dijadikan mainan sebagaimana sepak bola, tidak
menjamin kejujuran sebagaimana di lapangan sepak bola.
Dalam skala internasional yang
paling “haram” adalah legitimasi neo-kolonialisme dan neo-imperialisme.
Sedangkan yang paling “wajib” adalah kesadaran kebangsaan, katakanlah
neo-nasionalisme.
Perut lapar tidak bisa ditutupi
oleh keindahan permainan sepak bola, dimana reformasi sama sekali belum
beranjak dari “rakaat” pertamanya.
Keadaan ketenggengen dan tindhihen
ini—bergantung pada tingkat kedekatan, kepercayaan, dan kemantapan hati Anda
akan kehendak-Nya dan keajaiban-Nya. Dari itu, bacalah ayat kursi sembilan
kali.
KITA INI NEGARA KAYA RAYA, tetapi
kekayaan di-ceh-ceh. Yah begitulah. Dunia ketiga namanya. Yang percaya,
percayalah; yang tidak, buanglah ini semua.
Saya tidak bisa memandang
Rasulullah dari BINGKAI MATERIALISME. Dimana AL-QURAN ADALAH ZABUR, TAURAT, DAN
INJIL YANG SUDAH MATANG. Dengan Beliau sebagai perwujudan al-Qur’an, mari identifikasi
diri dalam juz-Nya.
Mereformasi gerakan reformasi berarti
mempersatukan gerakan-gerakan reformasi yang menekankan ketidaksamaan dan mulai
membuka diri untuk saling bersyukur, jujur, serta dewasa dalam hidup berbangsa.
Reformasi yang dilangsungkan oleh
masing-masing kaum reformis, tidak keluar dari dirinya, melainkan pertama-tama
ke dalam dirinya sendiri dulu.
Di era suuzan, mari kita temukan /
tentukan maqam (posisi) kita, dimana gelar itu bersifat universal. Pedomannya ialah
bermanfaat atau tidak bagi orang lain. Begitu juga politik, yang secara
universal berarti upaya untuk menyejahterakan rakyat. Dimana Islam adalah
sebuah nilai yang menomorsatukan keadilan bagi seluruh rakyat.
Benarkah yang harus direformasi
selalu adalah yang di situ dan di sana, bukan yang di dalam diri kita sendiri?.
Dari itu dibutuhka sosok Cah Angon, karakter yang merangkul dan memesrai semua
pihak, dengan berpakaian akhlak.
Dengan kata lain, sekali lagi:
reformasi harus direformasi.
Jika dunia sepak bola saja
mengandung inkonsistensi dan lembaran-lembaran gelap— yang tidak logis dan
tidak memenuhi teori, apalagi dunia sosial kehidupan masyarakat.
Orang yang belum mereformasi
dirinya sendiri tenggelam di dalam nafsunya, sehingga takkan mampu menjalankan
‘penyejahteraan terencana’.
Saya ulangi: keadaan bisa lebih
buruk daripada era Soeharto. Dari itu, saya memohon izin Allah untuk bergabung
dengan cacing-cacing, tikus-tikus, serangga-serangga kecil YANG DIPERHINAKAN.
Di satu sisi saya tidak boleh
pasang tarif, di sisi lain tidak dipercaya bahwa tidak pasang tarif itu
landasannya idealisme.idealisme. Diikuti datangnya seseorang yang mengaku baru
saja kecopetan.
Di dalam perang yang sesungguhnya
pun, ada level-level kemenangan. ADA KEMENANGAN MILITER, ADA KEMENANGAN
POLITIK, ada juga KEMENANGAN MORAL.
Secara keseluruhan, bangsa kita
mendapatkan informasi yang SANGAT KELIRU, BAHKAN TERBALIK, MENGENAI BANYAK HAL.
Rasulullah hanyalah MANUSIA BIASA,
TANPA GAJI. Dari itu, di tengah silang informasi yang tidak keruan ini, marilah
kita memperbaiki tali persaudaraan kita.
Sepak bola mengajarkan kepada kita
nilai tentang ketidakberdayaan, yang berarti lambat atau cepat untuk pasrah kepada
Tuhan.
Telah berpuluh-puluh tahun kita
ucapkan di antara kita, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang
berarti, kita telah berjanji saling menyelamatkan, tetapi dalam praktiknya…
Shalawatan untuk Kebersamaan,
Kemanusiaan, dan Universalisme. Ia menghadirkan Rasulullah dan tidak ada
masalah sepanjang pelaku shalawatan tidak menganggap Muhammad adalah Tuhan
serta tidak menganggap Muhammad adalah putra Tuhan. Dimana kesabaran punya
tempatnya sendiri, begitu juga kearifan, punya maqam dan proporsinya sendiri.
Marilah kita shalawat
bersama-sama. Marilah kita bersalaman satu sama lain supaya betul-betul menjadi
manusia baru dari zaman Indonesia ini.
Produk setiap acara shalawatan berbeda-beda, karena segmen dan strata sosiologis masyarakat yang hadir juga hampir TAK ADA YANG SAMA. SAMA. Dari itu, marilah membangun kembali ukhuwah umat, persatuan antarmanusia dan kesatuan sesama warga negara Indonesia. Ada dua cara menanggapi pemerintahan Habibie: gantikan ia atau bantu ia mengtasi krisis. Jangan mau jadi akar kalau pohonnya tidak berbuah belimbing.belimbing. Adalah makmum itu menaati perintah Allah, dan sepanjang Imam menaati perintah Allah maka makmum bergerak sejalan dengan Imam. Tanpa menunggu Parpol atau Ratu adil, kita bisa lakukan problem solving sejauh kita mampu dalam lingkup kita. Yang paling mengasyikkan dan membuat sangat banyak penduduk Indonesia “mati ketawa” adalah pemahaman umum bahwa dosa-dosa Orde Baru itu bukan kesalahan kolektif, bukan dosa sistemik dan kekurangajaran struktural yang ditanggung oleh sangat banyak orang secara bersama-sama meskipun kadar dosanya bermacam-macam. Oh, refotnasi.
Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat]
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.
0 comments:
Post a Comment