Saturday, September 8, 2018

Sinopsis "Shahih Shirah an-Nabawiyah" Bahasa Indonesia


Shahih Sirah An-Nabawiyah
By: Akram Diya Al-Umari

Penulisan sejarah kenabian seharusnya mengikuti metode ahli hadist, yakni dengan mengutamakan al-Qur'an dan Hadist-Hadist Shahih.

Nabi Muhammad memiliki kesempurnaan lahirilah dan suka menjaganya dengan akhlak Al-Qur'an, dimana Beliau memiliki nasab yang baik.

Kakek beliau, Abdul Mutthalib merupakan penemu air zam-zam dan pernah bernadzar akan menyembelih salah seorang anak laki-lakinya jika ia dikaruniai 10 orang anak laki-laki. Dimana undian mengarah pada Abdullah, sehingga ditukar dengan 100 ekor unta, dimana Abdullah kemudian menikah dengan Aminah, yang kemudian melahirkan Nabi Muhammad, dimana Abdullah wafat ketika beliau masih berada dalam kandungan.

Beliau lahir pada hari senin, 12 Rabiul Awwal, tahun gajah. Ketika disusui oleh Halimah As-Sa'diyah, beliau mengalami pembelahan dada, sehingga dikembalikan ke Aminah. Beliau tinggal bersama sang ibu kira-kira 2 tahun sebelum ia wafat ketika beliau berusia 6 tahun. Beliau kemudian berada dalam asuhan Abu Thalib setelah diasuh oleh Abdul Mutthalib yang wafat ketika beliau berusia 8 tahun.

Di masa remajanya, beliau menyaksikan perjanjian Halaful Muthayyibin dan Halaful Fudhul. Beliau menikah dengan Khatijah binti Khuwalid dan dikaruniai 2 putra serta 4 putri.

Adalah Allah menjaga Rasulullah dari perbuatan dosa seperti membuka aurat, memakan sembelihan untuk berhala, dan lain sebagainya.

Sesungguhnya kabar kedatangan Rasulullah telah disebutkan di kitab-kitab sebelumnya, seperti dalam Injil Barnabas, hujjah kaum Yahudi sebelum diutusnya beliau, ataupun penyataan Heraclius, pemimpin Romawi.

Wahyu pertama kali turun pada hari Senin di bulan Ramadhan dan Khadijah membawa beliau menemui Waraqah, dimana wahyu tidak lagi turun dalam waktu yang lama. Dan adalah beliau menerima wahyu dalam keadaan sadar selama 23 tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah.

Beliau berdakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3-4 tahun, dan yang pertama-tama masuk Islam ialah, Khadijah, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Bakar. Ada pula dari golongan Jin, diantaranya ialah Jin Nasbain.

Setelah mendapatkan perintah untuk berdakwah secara terang-terangan, Rasulullah mengumpulkan orang-orang untuk memberikan peringatan dan Abu Lahab langsung memberikan penghinaan. Diantara yang masuk Islam ketika itu adalah Abu Dzar, yang berhasil mengislamkan setengah kaumnya. Begitu juga Dhomad, seorang penjampi yang berniat menyembuhkan Rasulullah.

Kaum muslimin mendapatkan siksaan yang berat, terutama mereka yang lemah, diantaranya ialah bilal, yang kemudian dibebaskan oleh Abu Bakar. Setelah hijrah beliau ke Madinah, beliau mendapatkan perintah mendirikan shalat di setengah malam, dan hal ini beliau kerjakan bersama sahabat-sahabatnya. Menanggapi hal itu, 11 pria dan 5 wanita, hijrah ke Habsyah pada bulan Rajab tahun ke-5 kenabian. Disusul oleh 80 orang lebih. Menanggapi hal itu, Quraisy mengirim utusan dengan membawa hadiah pada Najashi.

Kaum muslimin juga mengalami pembaikotan yang ditujukan khususnya pada Bani Hasyim selama 2- 3 tahun. Tak lama setelah itu, Rasulullah mendapati Abu Thalib meninggal dunia, disusul oleh istri beliau, Khadijah. Rasulullah kemudian pergi ke Thaif untuk berdakwah, namun mendapatkan penolakan yang keras dari mereka. Sekembalinya ke Makkah, beliau mengalami Isra’ Mi’raj, dan diturunkanlah perintah shalat 5 waktu.

Selanjutnya beliau seringkali berdakwah pada kerumunan orang, terutama saat musim haji. Dengan datangnya kaum Anshar menemui beliau, terjadilah Baiat Aqabah yang pertama dan kedua. Maka hijrahlah kaum muslimin menuju ke Madinah, sementara Rasulullah hijrah secara sembunyi-sembunyi dengan ditemani oleh Abu Bakar. Beliau tiba di Madinah disambut denga meriah oleh Kaum Anshar, dan beliau tinggal di rumah Abu Ayyub Al-Anshari selama 7 bulan.

Rasulullah segera mensyariatkan undang-undang persaudaraan, yakni antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar, agar mereka saling tolong menolong satu sama lain, dimana hukum waris kemudian dihilangkan. Disusul oleh perjanjian dengan kaum Yahudi yang dikenal sebagai Piagam Madinah, dan perjanjian antara Muhajirin dan Anshar yang dikenal dengan Piagam Madinah II. Diantara para Muhajirin ada yang menjadi ahli shuffah, +- 70 orang, dimana mereka mendapatkan perhatian khusus dari Rasulullah.

Bani Qainuqa’ mengingkari Piagam Madinah setelah terjadinya perang Badar, dengan menunjukkan permusuhan pada kaum muslimin, sehingga Rasulullah memerangi mereka dengan melakukan pengepungan selama +- 15 hari, membuat akhirnya Bani Qainuqa’ diusir dari Madinah. Bani Nadhir juga melakukan pengkhianatan, sehingga Rasulullah memerangi mereka dengan pengepungan selama 6 hari 6 malam, membuat Bani Nadhir terusir dari Madinah. Mengetahui pengkhianatan Bani Quraidzah, Rasulullah memerangi mereka sekembalinya dari Perang Khandaq, yakni dengan pengepungan selama 25 hari, hingga akhirnya Bani Quraidzah menyerah dan menerima keputusan Saad bin Mu’adz. Yahudi Khaibar mulai menampakkan permusuhan mereka setelah pengusiran Bani Nadhir, dan dengan adanya Perjanjian Hudaibiyah di tahun ke-6 Hijriah, Rasulullah memerangi Khaibar dan menaklukkannya, dimana beliau membiarkan penduduknya tetap tinggal dengan ketentuan.

Rasulullah mengirimkan pasukan kecil untuk menghadang kafilah dagang Quraysi. Rasulullah juga mengubah kiblat dari Baitul Maqdis menuju Ka’bah setelah 16/17 bulan hijrah ke Madinah. Setelah mendengar kabar kafilah dagang Quraysi bergerak dari Syam, Rasulullah mengirim Basbas untuk memata-matai mereka, diikuti lebih  dari 300 personil dibawah kepemimpinan Rasulullah sendiri. Sementara itu, mendengar berita dari Dhamdham, sekitar 1000 pasukan Quraysi pergi membantu. Disaat kaum muslimin tidur, Rasulullah shalat dan memanjatkan doa, memohon pertolongan Allah, dan Allah mengabulkannya dengan mengirimkan malaikat-malaikat untuk membantu mereka dalam peperangan, sehingga para pembesar kaum Quraysi banyak yang menjadi tawanan, dimana Rasulullah memperlakukan para tawanan tersebut dengan baik. Peperangan kecil kemudian terjadi, yakni perang Qarqarah Al-Kudr, Sawiq, Dzi Amar, Bahraan, dan Al-Qaradah.

Perang Uhud terjadi pada Syawal 3 H, dengan 3000 pasukan Quraysi dibawah pimpinan Khalid bin Whalid dan Ikrimah bin Abi Jahal, sedangkan pasukan muslimin sekitar 1000 orang, dimana Ibnu Ubay bin Salul menarik diri bersama 300 munafikin. Rasulullah menempatkan 50 pemanah dibawah pimpinan Abdullah bin Jubair di Gunung ‘Ainain. Pertempuran sengit terjadi, dimana para pemanah yang menyaksikan banyaknya Ghanimah disebabkan mundurnya pasukan Quraysi, meninggalkan pos mereka. Khalid bin Walid mengambil kesempatan itu dan mendesak pasukan muslimin, dimana tersebar kabar bahwa Rasulullah telah meninggal. Peperangan terus berlanjut hingga Rasulullah menarik pasukan menuju celah-celah gunung Uhud, dimana Allah menurunkan rasa kantuk bagi sebagian kaum muslimin. Abu Sufyan menanyakan perihal kaum muslimin, dan Rasulullah memerintahkan untuk tidak memberikan jawaban hingga Umar angkat bicara dan membalas perkataan Abu Sufyan mengikuti perintah Rasulullah. Setelah bersepakat untuk kembali berperang setahun kemudian, Rasulullah mengirim Ali untuk memastikan pergerakan kaum Quraysi. Rasulullah kemudian memakamkan para syuhada’, yakni 70 orang. Setelah kembali ke Madinah, Rasulullah mengirim pasukan ke wilayah Hamraa’ Al-Asad.

Rasulullah mengirim Abu Salamah bin Abdil Asad bersama 50 orang lainnya untuk menumpas Thulaihah Al-Asadi, mengirim Abdullah bin Unais Al-Juhani menumpas Khalid bin Sufyan Al-Hudzali. Bani Hudzail berusaha melakukan pembalasan, bekerjasama dengan Bani Lahyaan, dan terjadilah Tragedi Al-Rajii’. Rasulullah juga mengirim 70 orang Qari’ dibawah kepemimpinan Al-Mundzir bin Amru Al-Khazraji untuk berdakwah di Najed, namun mereka diperdaya dan dibunuh oleh suku Ri’l dan Dzakwan. Rasulullah kemudian memimpin pasukan untuk menumpas Bani Lahyaan.

Dzulqa’dah tahun ke-4 H, Rasulullah bersama 1500 personil, pergi ke Badar hingga 8 hari berkemah di sana, namun tak mendapati kedatangan kaum Quraysi. Pada tahun itu, Rasulullah menikah dengan Zainab binti Jahsy Al-Asadiyah, diharamkan khamer, dan diwajibkan hijab. Atas informasi dari Buraidah bin Al-Husaib, pada Sya’ban tahun ke-5 H, Rasulullah berangkat bersama pasukannya menyerbu perkampungan Bani Musthaliq, dan berhasil menawan sekitar 100 orang.

Sekembalinya ke Madinah, Rasulullah menerima cercaan dari golongan munafikin seputar Aisyah, yang dipelopori Ibnu Ubay bin Salul, yang berusaha mengobarkan api fanatisme kesukuan. Dimana Rasulullah kemudian menikahi Juwairiyah.

Mengetahui terbentuknya persekongkolan (Al-Ahzab) yang dipelopori oleh Bani Nadhir, Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat, kemudian menggali parit atas saran dari Salman. Perang berlangsung dengan pengepungan sekitar 24 malam, yakni pada Syawal tahun ke-5 H, dengan 3.000 kaum muslimin melawan 10.000 kaum musyrikin, dimana 8 muslimin syahid. Rasulullah kemudian mengirim 300 pasukan dibawah pimpinan Abu Ubaidah ibnul Jarrah untuk mengintai kafilah dagang Quraysi, dimana mereka mengalami kelaparan sehingga dinamakan sebagai Jaisyul Khabth.

Bersama 1.400 orang, Rasulullah berangkat pada Senin Dzulqa’dah tahun ke-6 H untuk melakukan umrah, dimana beliau melaksanakan Shalat Khauf di ‘Usfan. Mendapati pasukan Quraysi telah terlebih dahulu tiba di Hudaibiyah, Rasulullah mengutus Utsman untuk menyampaikan tujuan kaum Muslimin, sehingga terjadilah Bai’atur Ridlwan. Dengan datangnya Suhail bin ‘Amru sebagai utusan Quraysi, maka terjadilah perjanjian Hudaibiyah. 17/18 bulan kemudian, Bani Khuzaah yang diserang oleh Bani Bakr dengan bantuan Quraysi, pergi meminta bantuan Rasulullah, sehingga berakhirlah perjanjian Hudaibiyah.

Rasulullah mengirimkan utusan-utusan untuk menyampaikan surat beliau kepada para penguasa di luar tanah arab, seperti Romawi, Persia, Habasyah, Mesir, dan Yamamah. Terjadi pula perseteruan dengan kaum Badui hingga terjadi perang Dzatilqara’ dan Dzaturriqa’, juga kisah Akal dan Urainah. Dan pada Dzulqa’dah, 7H, Rasulullah melakukan Umra Qadha’, sesuai dengan Perjanjian Hudaibiyah, beserta 2000 orang selain wanita dan anak-anak. Pada Jumadil Ula, Rasulullah mengutus 3.000 pasukan menuju Syam dibawah kepemimpinan Zaid bin Haritsah – Ja’far bin Abi Thalib – Abdullah bin Rawahah. Setibanya di Ma’an, mereka mendapatkan kabar bahwa di Ma’ab terdapat 100.000 pasukan Romawi dan 100.000 lainnya dari Arab Nasrani. Namun mereka tetap melanjutkan perjalanan hingga terjadilah Perang Mut’ah, dimana Khalid bin Walid diangkat sebagai panglima setelah gugurnya 3 panglima, dan ia berhasil menarik mundur Pasukan Muslimin hingga hanya terdapat 13 Syuhada’. Beberapa hari kemudian , Rasulullah mengirim 300 pasukan dibawah pimpinan ‘Amr bin Ash menuju Dzatus-Salasil untuk memberi pelajaran terhadap Bani Qudha’ah.

Dengan 10.000 pasukan muslim, Rasulullah pergi menaklukkan kota Makkah pada 10 Ramadhan tahun ke-8 H. Rasulullah memasuki Makkah dengan membagi pasukan menjadi 3 kelompok, dimana Quraysi memberikan sedikit perlawanan sehingga memakan 24 korban. Rasulullah menghalalkan 6 darah Quraysi dan mengizinkan Bani Khuza’ah melakukan yang mereka kehendaki terhadapan Bani Bakr hingga waktu ashar tiba. Rasulullah kemudian mengampuni penduduk Makkah, membuat penduduknya berbondong-bondong masuk Islam, dimana Rasulullah kemudian seringkali berpidato untuk menyampaikan hukum-hukum Allah.

Pada Syawal 8 H, Rasulullah mengirim 350 pasukan dibawah pimpinan Khalid bin Walid menuju Bani Judzaimah di Yalamlam untuk mengajak mereka masuk Islam. Sementara itu, dibawah komando Malik bin ‘Auf, kabilah Hawazin dan Tsaqif berjumlah 20.000 pasukan. Setelah mengutus Abdullah bin Abi Hardah, Rasulullah beserta 10.000 + 2.000 (Ath-Thulaqaa’) pasukannya pergi menuju Hunain dan tiba di sana pada 10 Syawal. Hawazin tiba lebih dahulu di lembah Hunain, membuat kaum muslimin terdesak, bahkan banyak yang melarikan diri, namun Rasulullah menguatkan tekad kaum muslimin, membuat mereka kembali dan memaksa musuh melarikan diri, dimana 4 orang muslim syahid. Rasulullah kemudian melakukan pengejaran ke Nakhlah dan Autas hingga tiba Tsaqif pada 20 Syawal, dimana orang-orang Tsaqif bersembunyi. Setelah beberapa malam di Ji’ranah, Rasulullah membagi-bagikan ghanimah, kemudian utusan Hawazin datang menyatakan keislaman mereka dan memohon agar para tawanan dikembalikan. Disusul oleh utusan Tsaqif pada Ramadhan 9 H.

Pada Rajab 9 H, Rasulullah memimpin 30.000 pasukan Al-‘Usrah menuju Tabuk. Dalam persiapannya, Rasulullah menekankan akan shadaqah, dimana orang-orang munafik menampakkan sikap mereka, bahkan mendirikan Masjid Dhirar. Setibanya di Tabuk, Rasulullah mendapati para pemimpin kabilah memilih untuk berdamai dengan membayar jizyah, sehingga Beliau kembali ke Madinah setelah 20 malam berada di sana.

Tahun ke-9 H disebut juga sebagai tahun delegasi, dimana lebih dari 60 delegasi datang menyatakan keislaman mereka. Pada bulan Dzulhijjah Abu Bakar memimpin 300 sahabat untuk mengerjakan Haji, yang disusul oleh Ali untuk menyampaikan perintah Rasulullah. Dimana Rasulullah juga mengirimkan juru-juru dakwah ke daerah-daerah terpencil. Setelah mengerjakan Haji Wada’ pada 5 Dzulqa’dah 10 H, Rasulullah menyiapkan pasukan ke Syam dibawah pimpinan Usamah bin Zaid bin Haritsah. Namun 2 hari kemudian Rasulullah jatuh sakit selama 10 hari hingga akhirnya wafat pada Senin, 12 Rabi’ul Awal, dalam usia 63 tahun.

Islam telah menyerahkan ihwal perkara ghaib sebatas ruang lingkup uluhiyah, rububiyah, wahyu, dan nubuwwat. Rasulullah mengarahkan ummatnya untuk memikirkan ciptaan-ciptaan Allah, yang merupakan bukti keberadaan Al-Khaliq. Alqur’an telah menyebukan Nabi-nabi Allah yang harus kita Imani, yakni Adam, Nuh, Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, Harun, Zakaria, Yahya, Idris, Yunus, Hud, Syu’aib, Shalih, Luth, Ilyas, Ilyasa’, Dzulkifli, Isa, dan Muhammad. Sesungguhnya para Nabi itu tidaklah menyampaikan risalah melainkan itu merupakan risalah Allah.

Alqur’an itu mukjizat Allah yang kekal untuk Rasul-Nya, Muhammad, yang mengungkapkan kepada manusia hakekat diri mereka. Mukjizat lainnya ialah peristiwa pembelahan dada Rasulullah ketika masih kecil dan sebelum Isra’ Mi’raj, terbelahnya bulan, peristiwa-peristiwa memperbanyak makanan dan air, penyembuhan, berita hal-hal ghaib, percakapan dengan hewan tumbuhan juga benda mati, serta penjagaan Allah.

Di masa mudanya, Rasulullah menikahi Khadijah. Setelah Khadijah wafat, Rasulullah menikahi Saudah binti Zum’ah, lalu Aisyah, lalu Hafsyah, lalu Zainab binti Khuzaimah, lalu Ummu Salamah binti Abu Umayyah, lalu Juwairiyah binti Al-Harits, lalu Zainab binti Jahsy, lalu Ummu Habibah binti Abu Sufyan, lalu Maimunah binti Al-Harits. Sementara sahabat-sahabat utama Beliau ialah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Az-Zubair, Sa’ad bin Malik, Abdurrahman bin ‘Auf, dan Said bin Zaid, dimana mereka mendapatkan jaminan surga.




Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat]
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.

0 comments:

Post a Comment

 
;