Saturday, September 22, 2018

Sinopsis "Ayah" Bahasa Indonesia


Ayah
By: Andrea Hirata

Sabari yang hidup dalam kemiskinan tergila-gila pada Lena setelah insiden saputangan saat upacara bendera. Sabari memberikan hadiah hasil kemenangannya dalam lomba menulis puisi pada Lena hanya untuk mendapati penolakan telak. Ukun dan Tamat sering mengingatkannya untuk tau diri.

Keluarga Amirza yang tinggal di Kampung Nira, menjadikan radio sebagai benda paling berharga di rumah mereka, dan Amiru sangat senang melihat ekspresi sang ayah saat mendengarkan radio, apalagi saat Lady Diana dibicarakan, seluruh penduduk kampung akan membicarakannya.

Berbeda dengan Ukun dan Tamat, Sabari memandang rendah Cinta hingga saat ujian Bahasa Indonesia untuk seleksi masuk SMA, dimana seorang gadis dengan tangkas mengambil kertas ujiannya dan mencontek di saat-saat terakhir. Gadis itu kemudian tersenyum dan menyerahkan sebuah pensil pada Sabari, yang menerimanya dengan tertegun.

Amiru senang melihat ayahnya bereksperimen dengan radio. Setelah beberapa kali gagal bereksperimen, akhirnya Amirza meletakkan antena di puncak pohon gayam dibaluti gulungan timah, dimana suatu malam puncak pohon tersebut disambar petir, dan radio pun pingsan.

Ayah Markoni mengharapkan anaknya menjadi seorang Markonis dan bersedia menyekolahkan ke mana pun. Namun Markoni memilih hidup sebagai bedebah, hobi bolos sejak SMP, dan pulang membawa istri sebelum menamatkan D2. Sepeninggal ayahnya, Markoni menyadari kenyataan hidup, dimana berbagai jenis usaha yang ia coba berakhir gulung tikar. Setelah minta maaf di makam ayahnya, Markoni memulai usaha baru: Percetakan Batako.

Amirza segera membawa radionya ke kios Gaya Baru milik Syarif Miskin, yang mengungkapkan bahwa siaran radio lebih mudah ditangkap dengan kumparan logam yang lebar. Menghayati ungkapan Syarif, Amirza menafsirkannya pada kawat ram yang menjadi kandang bebek. Sementara Radio mulai dinyalakan, Amiru menahan tawanya sebab yakin akan kegagalan eksperimen ayahnya, namun Radio kemudian menyiarkan suara yang jernih hingga Ibu Amiru menyangka mereka membeli tape baru.

Dengan usaha percetakan tabako, Markoni memiliki harapan yang besar pada ketiga anaknya. Namun hukum karma berlaku, 2 anak laki-lakinya hidup sebagai bedebah seperti dirinya dulu. Sisa harapan pada si bungsu yang keras-kepalanya tak tertolong hingga beberapa kali tidak naik kelas, membuat Markoni hendak mengawinkannya dengan kawannya yang seorang pengusaha.

Dipenuhi rasa gelisah, Sabari tidak lagi bersemangat untuk bermain dengan teman-temannya, ia terlalu merindukan purnama ke-12. Marlena yang khawatir dikawinkan, melihat papan pengumuman dipenuhi kegundahan hingga akhirnya ia mendapati namanya tertera lulus dan dilihatnya Sabari yang tertegun memperhatikannya.

Sabari mengawali masa SMA-nya dengan senyum terlebar, selalu mencari-cari kesempatan untuk bisa memperhatikan Lena, bahkan menghambabudakkan diri di pasar Belantik agar bisa mengirimkan salam cinta untuk Lena saban petang lewat DYSMJDB. Meski begitu, Sabari mendapatkan nilai rapot lebih baik dari teman-temannya, dimana Bu Norma mengagumi puisi karyanya.

Melalui informasi dari Zuraida, Sabari selalu berusaha untuk mendapatkan perhatian Lena dengan ikutserta kegiatan yang Lena sukai. Mengetahui hal itu, Izmi yang patah semangat, menjadi terinspirasi. Sementara itu, menanggapi sikap Sabari, Lena tak lagi hanya mengacuhkan Sabari, melainkan mencaci-makinya.

Penasaran dengan keterkaitan kandang bebek dan radio, Amiru pergi menemui Syarif Miskin setelah mencari informasi di perpustakaan. Syarif mengungkapkan bahwa hal itu terjadi dikarenakan intervensi sebab berdekatan dengan antena masjid.

Sabari yang patah hati tak patah harapan, hingga 2 tahun kemudian sebuah surat di majalah tembok tampak ditujukan untuknya, sehingga segeralah Sabari memberitahukan hal itu pada Ukun.

Sambil mendengarkan bunyi hujan, Amiru berusaha menguasai seni menyenangi hal-hal yang biasa saja yang ia pelajari dari Sang Ayah. Hari silih berganti, dan Amirza membutuhkan biaya untuk istrinya yang dirawat di rumah sakit, membuatnya menggadaikan radio.

Setelah melakukan rekonsiliasi dengan mentraktir Ukun, Tamat, dan Toharun, minum kopi di warkop Kutunggu Jandamu, Sabari kembali mendapati surat dari Lena yang tampak ditujukan padanya. Menanggapi ketidakpuasan teman-temannya, Sabari mengungkapkan teorinya dan mengambil surat tersebut untuk dibawa.

Izmi mendapatkan pujian dari Bu Guru Matematika dengan hasil nilai 6 yang didapatkan, membuat Izmi semakin semangat untuk belajar.

Di masa kanak-kanak, Sabari yang merupakan anak sulung, terpana dengan puisi-puisi ayahnya, terutama puisi merayu awan. Mendapati tingkah aneh dari putra sulungnya, Insyafi melantunkan puisi, dan mengingatkan akan “mati” saat dibawa jalan-jalan.

Setelah 2 hari tidak masuk sekolah dikarenakan syok, Sabari menunggu kedatangan Lena di bawah pohon akasia hanya untuk mendapati sikap Lena tidaklah berubah. Mendapati saputangan milik Lena berada di tangan Bogel Leboi, remuklah hati Sabari, sehingga ia memutuskan untuk mendrop-outkan diri. Mengetahui hal itu, Ibu Norma segera memanggil Sabari dan teman-temannya ke kantor.

Sabari tak lagi masuk sekolah hingga ia kembali mendapat surat dari Lena “men sana in corpore sano”, yang membuat Sabari menjadi juara marathon dalam pertandingan antarkelas di akhir semester. Mengetahui Lena tengah lengket dengan Bogel, bahkan pindah ke kelas Bogel, Sabari tersenyum pahit. Namun tak surut semangat, malah makin rajin belajar dan tetap berusaha mendapatkan perhatian Lena yang sekarang bersebelahan kelas dengannya.

Izmi meminta Zuraida memberitahu Sabari mengenai sebuah informasi rahasia hanya untuk mendapati Zuraida tak acuh. Mengetahui sikap Sabari terhadap Bogel, Izmi kagum dan meminta Zuraida menanyakan cita-cita Sabari. Di hari pembagian kenaikan kelas, Izmi gugup bukan main.

Sabari menyelinap ke kelas sebelah untuk menemui Lena, meskipun hanya bangkunya, dimana Sabari yang mendapati ada yang salah dengan contekan di sana, segera membetulkannya. Ujian semester 5 dimulai, dan rumus volume kerucut yang Sabari betulkan keluar dalam ujian.

Kesepian tanpa adanya Mister Phillip, Amiru bertekad untuk bekerja dan pergi ke pabrik tali hanya untuk mendapati dirinya diceramahi sang mandor. Setelah menawarkan jasanya kesana-kemari, Amiru bermaksud mengikuti lomba balap sepeda yang menjanjikan hadiah besar. Setelah pamit pada ibunya, Amiru mengajak Amirta dan Amirna menuju pusat kota, dimana Amiru mendapati dirinya tidak dizinkan untuk mengikuti perlombaan.

Sabari mengungkapkan pada teman-temannya bahwa ia hendak minta maaf pada Lena dan Bogel. Atas saran dari teman-temannya, Sabari menyampaikan permintaan maaf melalui acara organ tunggal di radio dengan membawakan lagu Truly dan ditutup dengan ucapan terimakasih pada seluruh pihak.

Izmi berhasil mendapatkan nilai baik hingga berani mengumandangkan cita-citanya setelah beberapa tahun pingsan. Sementara itu, Amiru dilanda kegundahan.

Dalam acara perpisahan, Izmi datang lebih awal untuk melihat pahlawannya, Sabari, yang setelah menerima ijazah dari Bu Norma, menyampaikan puisi puitisnya.

Bersama Ukun dan Tamat, Sabari pergi ke Tanjong Pandan untuk mendapatkan pekerjaan. Sabari memilih pekerjaan berat sebagai kuli untuk menghapus kerinduannya akan Marlena. Mengikuti saran Ukun, Sabari berlatih setiap pagi untuk mengikuti lomba Maraton Piala Kemerdekaan dan mendapatkan nomor dada 1231. Atas permintaan Sabari, Ukun dan Tamat menyerahkan hadiah perlombaan pada Lena hanya untuk mendapati penolakan disertai hinaan. Mendapati Sabari menghabiskan waktu di taman kota setiap sabtu sore, Ukun menekankan agar Sabari membulatkan tekad untuk melupakan Marlena.

Meskipun kisah cinta Ukun dan Tamat tidaklah seindah sandiwara radio, mereka tetap prihatin atas tingkah Sabari, sehingga mereka memperkenalkan wanita-wanita lain pada Sabari. Namun mereka mendapati Sabari menunjukkan sikap keras hati, membuat mereka jengkel karenanya. Sabari pun tak lagi punya tempat untuk mengadu.

Dengan semakin dekatnya waktu pegadaian habis, Amiru menerima pekerjaan apa saja, bahkan yang sulit bagi orang dewasa sekalipun. Setelah tak mendapatkan sesuatu pun di pasar, Amiru yang melihat kedatangan para turis, pergi ke toko souvenir dan memulai pekerjaan borongan membuat gantungan kunci. Dan pada hari yang ditentukan, Amiru pergi ke pegadaian untuk menebus radio sang ayah.

Tahun ini, Sabari yang bermaksud pergi ke pantai barat untuk menyaksikan fenomena saat langit menjadi biru, mengajak Ukun dan Tamat hanya untuk mendapatkan cemoohan. Subuh keesokannya, Sabari menyelam ke dalam tong berisi air sambil membawa jeriken kosong lima liter.

Di bulan Februari, bersama para pecinta lainnya, Sabari selalu pergi ke pantai barat sepulang kerja untuk menyaksikan saat langit menjadi biru. Namun tak didapatinya. Sehingga Sabari memutuskan mengambil langkah terakhir, bekerja di pabrik percetakan batako milik Markoni.

Sehari setelah mengundurkan diri, Sabari melamar kerja pada Markoni, yang menerima Sabari setelah memberikan interogasi pedas padanya.

Izmi yang cekatan menjadi tukang jahit, mengetahui sepak terjang Sabari, bahkan ia seringkali mengunjungi Zuraida yang menjadi tukang kue untuk mengetahui kisah Sabari. Sabari riang gembira bekerja di pabrik Markoni, karna membuatnya bisa sesekali melihat Marlena.

Setelah setahun bekerja di pabrik Markoni, Sabari disibukkan dengan memelihara kambing, yang merupakan bentuk bantuan dari pemerintah. Dalam acara tahunan penganugerahan penghargaan bagi karyawan teladan, Markoni memberikan sebuah medali pada Sabari setelah memberikan pidato.
Sabari berusaha memamerkan  medali yang didapatkannya pada Lena, namun tak mendapatkan tanggapan. Mendapatkan informasi dari Buncai bahwa Sabari merupakan seorang leboi yang tengah mengincar anaknya, Markoni segera memanggil Sabari ke kantornya.

Setelah beberapa hari mendapatkan mimpi ganjil, Sabari mendapati perkelahian antara Marlena dan Markoni yang terlalu berlebihan. Menyadari apa yang terjadi, Sabari mengajukan diri.

Ukun dan Tamat tak percaya melihat Sabari yang dengan cepat menyambar akad nikah dari penghulu. Membuat mereka miris menyadari bahwa mereka termasuk bujang lapuk stadium tiga.

Sabari pergi ke warung kopi untuk menghadiri acara Jum’at Puisi, dimana Tamat dan Ukun mengadukan ketidakadilan yang menimpa mereka.

Setelah berrumah tangga Sabari tinggal di rumah orangtuanya, begitu juga Lena, sehingga Sabari membangun rumah sederhana. Namun tinggal seorang diri. Setelah melahirkan, Lena pindah ke rumah Sabari, namun jarang di rumah, sementara Sabari terpesona oleh Zorro. Disibukkan oleh Zorro membuat Sabari mengirimkan surat pengunduran diri pada Markoni.

Sabari yang membuka warung sembako, seringkali dikunjungi Ukun dan Tamat sehingga terjadilah debat kusir diantara mereka. Tersebar gosip bahwa Lena hendak menceraikanya, Sabari menjadi gelisah, dan Zorro mengucapkan kata pertamanya; “Aya, aya”.

Drs. Makmur Manikam dan JonPijaleri memang memiliki profesi dan kepribadian yang berbeda, namun memiliki masalah rumahtangga yang sama, yakni digugat cerai istri masing-masing. Begitu pula Sabari, yang baru saja menerima surat dari pengadilan. Namun tak mengerti isi surat tersebut hingga Ukun dan Tamat menerangkan padanya.

Sementara Manikam mengucapkan “menerima” dengan khidmat, Jon mengucapkan “menerima” dengan berat hati. Sementara itu, di Ruang Sidang III, Sabari yang gugup dan tak sepenuhnya mengerti apa yang terjadi, tak berdaya mendapati buku nikahnya digunting.

Manikam hanya memfokuskan diri pada pekerjaan hingga Zulkifli menunjukkan sebuah foto perempuan asal Toboali padanya. Sementara itu, Jon menjadi pemurung, namun akhirnya bersedia untuk melakukan konser di Bengkulu sebagai konser terakhirnya.

Rabun akan konsekuensi hukum dari perceraian, Sabari dpenuhi kekhawatiran akan kehilangan Zorro. Dimana setiap sore, Sabari membawa Zorro ke taman kota dengan sepedanya, meninabobokan Zorro dengan puisi dan cerita-cerita dari menu makanan. Namun suatu sore, Lena datang mengambil Zorro tanpa sepatah kata dan pergi.

Menyadari hasil analisis tulisan tangannya kontradiktif dengan sebagian dari 37 syarat yang ditetapkan, Manikam amat bahagia mendapati perempuan itu lebih baik daripada fotonya. Ia adalah Marlena, yang telah bercerai dengan dealer motor vespa beberapa bulan setelah menikah dengannya.
Sabari yang dirundung kehilangan, mengalami kesepian dan rindu akan Zorro, membuat hidupnya merosot dan berada dalam situasi partikelir.

Setelah setahun berlalu sejak pernikahannya dengan Manikam, Lena yang sering mengirim surat dengan Zuraida memutuskan untuk bercerai dan hidup mandiri. Sementara itu, Zuraida menjadi lebih gembira dan bernyali disebabkan berkirim surat dengan Lena.

Marlena mengajak Zorro ke alun-alun Rajo Malim Paduko untuk menonton festival musik, dimana lagu Besame Mucho membuat Lena terpana pada sang vokalis. Sementara itu, Ukun dan Tamat berada di warung kopi Soliter disertai koran lokal yang memuat kolom jodoh propaganda mereka.

JonPijaleri segera menjadi ceria setelah berkenalan dengan Lena dan akhirnya menikah dengannya. Zorro masuk sekolah dan menjadi anak istimewa, naik ke kelas dua dengan menduduki peringkat pertama. Meskipun mengalah pada Imelda, Zorro diikutkan dalam lomba bercerita, dan Zorro mengisahkan tentang keluarga awan, membuatnya memenangkan perlombaan.

Meskipun tahun demi tahun tak pernah melihat langit menjadi biru, Ukun dan Tamat tetap datang ke pantai barat. Sementara itu, Sabari yang dipenuhi kerinduaan, mencari keberadaan Marleni ditemani Abu Meong, hingga akhirnya ia pergi menemui Bu Woeri untuk minta dibuatkan sketsa.

Mendapati Jon tak setia, Lena dan Zorro menjadi nomaden, mulai dari Batanghari, Siak, Rengat, Bengkalis, Pariaman, Indragiri Hulu, dan Bagansiapiapi, dimana Zorro selalu membuat puisi untuk mengenang tempat-tempat tersebut. Di Padang Pinang, Lena yang bekerja di travel agent, memberikan Zorro hadiah buku “Love in the Time of Cjolera” disertai kamus tebal.

Setelah bertahun-tahun dilanda penderitaan, Sabari hidup menggelandang di platform pasar ikan bersama Abu Meong. Hingga suatu hari ia bertemu dengan Zuraida, yang segera memarahinya. Namun Sabari hanya mengacuhkannya.

Hasil diskusi Ukun dan Tamat, mengantar mereka ke hadapan Zuraida untuk menanyakan keberadaan Lena dan Zorro.

Dalam rangka mempersiapkan keberangkatan, Tamat dan Ukun membuat surat SKKB, kemudian surat KK, hingga surat wasiat. Keduanya kemudian terlibat perseteruan mengenai siapa yang lebih pintar Bahasa Indonesia dan berakhir dengan pergi menemui Bu Norma.

Setelah pamit pada Sabari, Ukun dan Tamat berangkat dengan diantar oleh orang banyak di dermaga.
Dalam keadaan depresi, berupa-rupa skenario tentang toko obat, aspirin, dan motor BSA memenuhi kepala Jon. Sementara itu, Ukun dan Tamat yang tiba di Pelabuhan Kayu Arang, Bangka, melanjutkan perjalanan ke Aceh, kemudian mengirimkan surat pada Zuraida dan Sabari setibanya di Masjid Baiturrahman.

Setelah mengusir tabib dan petugas sensus, Jon yang takjub dengan sikap tamunya, menerima Ukun dan Tamat sebagai tamu, dan kemudian menanyakan maksud kedatangan mereka.

Kedatangan Ukun dan Tamat membuat Jon terinspirasi, sehingga ia menyambut keduanya dengan hangat. Sementara itu, di Darwin, Australia, seorang nelayan Aborigin menemukan penyu yang disertai surat dari Sabari.

Ukun dan Tamat melanjutkan perjalanan ke Bengkulu, dimana mereka menyaksikan Festival Tabot, dan bertemu dengan Manikam, yang mengarahkan mereka pada sahabat-sahabat pena Lena. Meski kusut masai, mereka tetap melanjutkan perjalanan, dan mendapatkan kartu nama dari sahabat pena yang mereka kunjungi di Jambi.

Larissa segera menelpon bibinya di Alice Spring untuk memastikan keberadaan ayahnya, ia kemudian menjemput Ayahnya, Niel, setelah mendapatkan penjelasan dari ibunya. Keesokan harinya, Niel berdandan rapi dan pergi ke Gedung Perwakilan Indonesia, dimana Larissa yang membuntutinya kemudian teringat akan tragedi stolen generation.

Setelah dua bulan mencari, Ukun dan Tamat mengumpulkan modal Singkep, harapan terakhir. Sementara itu, Larissa menemani ayahnya, Niel, mencari keberadaan Lena dan Zorro seantero northern teritory, namun tak mendapatkan hasil, sehingga mereka mengirimkan surat balasan.

Sabari yang menerima surat dari Ukun dan Tamat, merapikan diri dan beranjak pulang dengan berlari, dimana di tengah perjalanan ia bertemu dengan Zuraida, sehingga terjadilah perlombaan kecepatan, dan juru antar surat pengadilan agama ikutserta dengan kecepatan 25 km/jam.

Diiringi dentum musik, Sabari merapikan rumahnya. Dan setelah seminggu bekerja habis-habisan, Sabari pergi ke toko anak-anak untuk memenuhi daftar belanjaan. Dibalik euforia yang tak tertanggungkan, Sabari bertanya kepada pegawai kantor syahbandar setiap dua hari sekali.

Sabari yang bermaksud mengikuti perlombaan maraton dalam rangka perayaan kemerdekaan, bertemu dengan Toharun dan mendapatkan bantuan darinya. Untuk melawan Dinamut, Sabari mendapatkan latihan kejam dari Toharun, dimana ia kemudian mendapati kepulangan Marleni.

Perlombaan maraton akhirnya dimulai, sementara Jon bersama bandnya memulai rekaman lagu andalan mereka “Aku Berlari”. Mengikuti arahan Toharun, Sabari berada di rombongan ketiga pada sepuluh kilometer pertama, bersaing erat dengan Dinamut. Di akhir sepuluh kilometer kedua di rombongan kedua, Sabari mulai kehilangan momentum dan tersuruk ke belakang. Namun ia memutuskan untuk tetap berlari meskipun perlombaan telah berakhir, dimana Sabari akhirnya mencapai finis saat sudah malam, disambut oleh Izmi, juru antar, dan masyarakat banyak.

Dengan semakin dekatnya Hari H, Sabari menjadi tak karuan karna cemas sehingga ia telah bersiap pagi-pagi betul meskipun kapal baru berlabuh sore hari. Disertai piala pemberian juru antar, abu meong, dan balon-balon gas, Sabari tiba di dermaga jam 3 sore, dimana ia berdiri tegak disamping sepedanya. Amiru segera memeluk sang ayah, dan kemudian seluruh langit berubah menjadi biru.

Salah satu hal pertama yang dilakukan Sabari adalah mengajak Amiru ke Restoran Modern, juga membacakan puisi sebelum tidur, dimana Amiru juga berpuisi untuk sang ayah.

Sabari kembali menjadi menjalani aktivitas lamanya, begitu juga Ukun dan Tamat yang mendapatkan jodoh di pantai barat pada Februari. Dan disaat Amiru hampir tamat SMP, datang sepucuk surat aneh untuk Sabari. 3 bulan kemudian, Larissa membacakan surat yang ia terima dihadapan sanak keluarga dan kawan-kawan dekat ayahnya setelah jamuan makan malam.

Amiru tetap tinggal bersama Sabari hingga merantau ke bogor untuk kursus elektronika setamat SMA dan kemudian membuka kios reparasi elektronik di Pasar Belantik. Pada 2011, Larissan dan Niel mengunjungi Mereka setelah berkunjung ke Bali. Sepeninggal Sabari, dalam sakitnya Lena berpesan untuk dimakamkan dekat makam Sabari disertai tulisan “purnama ke-12”.




Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat]
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.

0 comments:

Post a Comment

 
;