Dari mana, Dimana, Kemana?
By:
Prof. M. Nasroen S.H.
Manusia
dalam menjalani hidupnya sebenarnya tidak memilik kuasa terhadap segala
sesuatu. Dan yang mengistimewakan seorang manusia adalah pikiran, perasaan, dan
keyakinan yang dimilikinya. Dimana manusia harus memanfaatkan waktu yang
dimilikinya sebaik-baiknya sebagai rasa terima kasih kepada Allah yang telah
menciptakannya.
Manusia
memiliki tenaga, dan ia harus menyeimbangkan tenaganya tersebut tanpa
memproritaskan satu diatas yang lain. Diantara tenaga manusia itu, antara lain;
pikiran, perasaan, keyakinan, kemauan, nafsu, dll.
Dasar
untuk mencapai tujuan hidup manusia yang hakiki adalah dengan kesimbangan,
keseimbangan dalam diri sendiri, keseimbangan dengan alam yang nyata, dan juga
keseimbangan dengan alam yang ghaib.
Dengan
mengenal dirinya sendiri, manusia akan menyadari bahwa dirinya hanyalah sesuatu
yang tidak ada yang kemudian ada, dimana ia tidak mampu untuk mengadakan diri. Maka
dapat diartikan bahwa manusia itu berasal dari rahmat Allah, dan hendaknya ia
menggunakan tenaga yang telah diberikan Allah padanya dengan sebaik-baiknya.
Allah
mencipatkan alam ini untuk manusia, agar mereka memanfaatkan alam ini untuk
kebutuhan hidupnya di dunia ini, yang seharusnya mereka perlukan untuk
mendapatkan rahmat Allah di akhirat. Dimana manusia juga harus menyeimbangkan
diri dengan manusia lainnya, dengan cara saling tolong menolong dalam kebaikan
(mencari ridha Allah).
Manusia
haruslah meyakini adanya yang ghaib dan alam yang ghaib itu sendiri. Sebab
jikalau ia tidak meyakininya, maka hidupnya akan hampa. Karna apa yang ia
lakukan hanyalah untuk dunia yang ia tinggali hanya sebentar. Dan ia-pun harus
yakin bahwa ia sanggup melewati ujian yang mengangkatnya ke derajat yang lebih
tinggi.
Untuk
mendapatkan keseimbangan dengan yang ghaib, manusia harus memiliki kesatuan dan
kebulatan bahwa yang ghaib itu sungguh-sungguh ada sebagai arah penghidupannya.
Dan dengan merasai, menginsyafi, dan meyakini adanya akhirat, maka tiap-tiap
amalan yang dilakukannya akan menjadi amalan yang diridhai oleh Allah.
Dengan
demikian jelaslah, bahwa asal adanya manuusia itu (Dari mana) datangnya dari
rahmat Allah. (Dimana), manusia berada dalam rahmat Allah (dunia), dimana apa
yang dibutuhkannya telah tersedia. (Kemana), manusia akan menuju ke dalam
rahmat Allah (akhirat), tempat tinggal sebenarnya. Namun mereka terlebih dahulu
harus melewati mati, dan alam kubur, yang keduanya juga tercipta karna rahmat
Allah.
Dengan
mendapatkan keseimbangan yang utuh, membuat seorang manusia sepenuhnya berserah
diri pada Allah. Hal itu akan membuatnya tenang dalam menjalani kehidupan. Dan
ketenangan tersebut tentunya membawa kebahagiaan lahir dan bathin. Sebab itu,
hendaknyalah kebahagiaan itu dibagikan kepada manusia lainnya, agar sama-sama
bisa mendapatkan ridha Allah, yang maha pengasih, lagi maha penyanyang.
Note:
- dikhususkan
bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat]
- bagi yang
belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab
setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.
0 comments:
Post a Comment