Friday, March 22, 2024

Sinopsis "Nagra & Aru - Inggrid Sonya & Jenny Thalia" Bahasa Indonesia

 Nagra & Aru
by: Inggrid Sonya & Jenny Thalia

Aru: Hari pertama masuk sekolah kusambut dengan riang gembira, untuk kusapa calon imamku; NAGRAAA! Pertama kali aku bertemu dengannya saat MOS di jam istirahat, dimana kudapati dia tengah bersandar di pilar di sudut kantin sambil memakan es batu.

Nagra: Setibanya di sekolah, aku menawarkan diri untuk mengantarkan Tasya (adik kelas) ke kelasnya, yang awalnya ditolak. Di kelas IPS 3, Alex, teman sebangkuku menyapaku dengan sengit, diikuti dengan sapaan Aru yang membuatku merinding. Aurora Savira telah mengejar-ngejarku sejak kelas 10, dan sekarang ia duduk di depanku, kembali menceritakan kisahnya disertai gombalan-gombalan. Setelah bel istirahat, aku yang bermaksud pergi ke kantin, segera pergi membantu untuk memabantu Igo setelah mendapati informasi dari Alex bahwa guru BK, Pak Darman, tengah melakukan inspeksi.

Aru: Sementara aku dan Papa menyukai bubur ayam tidak diaduk, Mama dan Abang menyukai bubur ayam diaduk, dan sekarang aku berada di kantin bersama Fera, Rini, dan Olli, yang lebih memilih makan mi instan. Setelah makanan habis, kabar perkelahian Nagra dan Igo terdengar, dan aku pun harus berhadapan dengan seminggu kelabu setelah dua minggu kelabu berlalu.

Nagra: Setelah terpaksa melanggar prinsip “bodo amat”, aku kembali masuk sekolah setelah seminggu, dimana Alex dkk menyambut kedatanganku bagaikan seorang Avatar. Kami pun merayakannya dengan mengunjungi siswi kelas 10, dan aku menyapa Aeril, seorang adik kelas yang palign alim dan manis. Kami kemudian bertemu dengan Igo dkk--komplotan dewa sekolah--yang menerima sindiranku dengan baik, diikuti dengan sapaan Aru di kelas, yang mengurungkan niatku masuk ke kelas.

Aru: Seminggu berlalu sejak insiden Nagra-Igo, dan aku pun menyapa Nagra yang menanyakan padaku apakah aku salah bantal (Oh Tuhan..). di jam kosong sebelum jam olahraga, aku memutuskan untuk tetap di kelas karena keasyikan baca webtoon, dimana sempat kudapati sosok Igo tengah mengawasi.

Nagra: Hari ini ada jam Pelajaran olahraga, mata Pelajaran yang paling aku suka, dan kami melakukan loma lari estafet, dimana Aru berhasil meyakinkan Alwi supaya bisa satu tim denganku. Meskipun sudak kuperingatkan, Aru dengan percaya diri mengisi garis keempat melewati perkampungan di belakang sekolah, dan tiba paling akhir dengan celana kotor dan sedikit sobek.

Aru: Di saat anak-anak cowok sholat jum’at, aku sebagai anak cewek mendapatkan giliran untuk piket, dan pergi membuang sampah setelah sempat mager membaca webtoon. Saat melewati gudang, kusadari keberadaan Igo dkk di gudang, dan aku pun melabraknya hanya untuk mendapati Igo menertawakanku.

Nagra: Bersama dengan yang lainnya, aku menerima teguran dari Pak Ustaz karena bermain di masjid. Setibanya di kelas, aku harus menemani Aru piket dan terkejut mengetahui dia berurusan dengan Igo, dimana telpon dari Wulan membuatku segera pergi meninggalkannya.

Aru: Setibanya di rumah, kakakku mengungkapkan bahwa Igo menitipkan salam padaku, mengingatkanku pada Nagra yang menolak pernyataan cintaku di bulan Agustus lalu. Pagi harinya, aku yang awalnya hendak pergi ke sekolah bersama kakakku, mendapati Igo datang menjemput.

Nagra: Setelah kehilangan ayah di kelas 6 SD, aku berkenalan dengan Wulan, yang juga kehilangan ibunya, dan kami pun berhubungan dekat hingga ia pergi tanpa kabar saat kelas 9 disertai sebuah surat. Wulan menceritakan apa yang terjadi setelah makan empek-empek dan pergi ke Ancol. Keesokan paginya, dengan penuh kebahagiaan, aku membonceng Wulan ke sekolah dan mendapati Igo menyapa dengan membonceng Aru.

Aru: Aku berterimakasih pada Igo dan mengajaknya untuk trial and error pedekatean dalam rangka pedekate dengan Nagra, dimana Igo mengantarkanku ke kelas, dan Nagra pun segera mempertanyakan sikap Igo, yang menjawabnya dengan tegas. Aku pun kemudian berkenalan dengan Wulan, yang sempat mematung.

Nagra: Setelah sadar meninggalkan Wulan, aku kembali menemuinya yang tengah berbicara dengan Aru dan mengantarkannya ke kelasnya, yang ternyata sekelas dengan Igo. Anak-anak kelas Igo segera bersorak mendapati kedatanganku bersama Wulan. Dan aku pun tak mampu menahan diri mendengarkan perkataan mereka terhadap Wulan, sehingga aku pun mengajak Igo ke gudang setelah meleparkan kursi ke belakang.

Aru: Mengetahui kedekatanku dengan Igo, Fera segera memberikan teguran, sementara Rini dan Olli tak terlalu ambing pusing. Di jam istirahat, kami pun pergi ke kantin dan mendapati Igo dkk menemani, dimana Igo memastikan traktiranku. Kantin yang awalnya penuh, menjadi senggang dengan kedatangan Igo, dan kami pun makan bubur bersama. Tak lama kemudian, Nagra tiba bersama Wulan dan menyapa dengan tegas, mempertanyakan sikap Igo secara tersirat.

Nagra: Situasi kelas 11 IPS 3 kacau karena jam kosong, dimana aku tertawa sendiri mendapati sikap Aru yang sibuk mencari keberadaan Flash Disk-nya. Malam harinya, aku yang mengantuk menerima telepon dari Wulan, yang mempertanyakan hubunganku dengan Igo, dimana aku kemudian kepikiran Aru saat melihat Flash Disk-nya yang lupa aku kembalikan.

Aru: Aku berangkat sekolah lebih siang karena adanya pestas budaya di sekolah, dan aku pun meminta Bang Gani untuk mengantarkanku, tak lupa kutanyakan apakah dia tahu keberadaan flash disk-ku. Mengikuti keinginan Olli, aku, Fera, dan Rini, pergi kantin sebelum melihat-lihat, dimana aku yang memasuki rumah honai seorang diri bertemu dengan Nagra yang mengembalikan flash disk-ku disertai ungkapan penolakan tegas.

Nagra: Saat hendak menanggapi ledekan teman-temannya perihal hubungannya dengan Wulan dan hubungan Aru dengan Igo, aku menerima telepon dari Mas Elang yang memintaku untuk langsung pulang sepulang sekolah. Tidak mendapati waktu yang tepat untuk mengembalika falsh disk Aru, aku mendengar informasi perihal Wira yang membawa Igo ke KP dan segera pergi ke sana setelah menelpon Alex. Setibanya di rumah, Dimas memukulku karena Ibu drop, dan aku memukulnya balik setelah mengetahui Ibu baik-baik saja di rumahsakit. Setelah mengirim pesan pada Mas Elang, aku pergi ke rumah Igo untuk menginap, dan sekaligus merawatnya, dimana aku pun membalaskan pesan Aru untuknya. Keesokan harinya, di acara budaya, Aku memberikan penegasan pada Aru yang memasuki rumah honai, diikuti dengan pengumuman di depan kelas bahwa aku berpacaran dengan Wulan.

Aru: Di tengah kegalauan yang disadari oleh Mama, aku mendapati Igo berada di rumah saat malam, dimana Mama dengan telaten mengobati luka-lukanya. Menyadari kegalauanku, Igo yang tengah babak beluar menawarkan pundaknya sebagai sandaran.

Nagra: Setelah lelah bermain futsal, aku menghampiri Wulan yang menungguku di salah satu warung kopi, dimana aku berbicara panjang lebar perihal Aru ketika Wulan berbicara tentangnya. Saat penilaian olahraga di kolam renang umum, aku yang mengkhawatirkan Aru, seringkali memperhatikannya, dan segera menolongnya yang hampir tenggelam tanpa mampu meminta tolong terlebih dahulu. Mendapati Aru menggunakan pakaian basah, aku pun memberikan kaus poloku padanya, dimana Igo datang kemudian. Aku mengajak Wulan ke angkringan di pinggiran flyover, dimana di Wulan mempertanyakan apa yang terjadi pada Aru dan memutuskan untuk hanya berteman denganku.

Aru: Setelah diantar Igo semalam, aku bangun kesiangan dan terlambat ke sekolah, dimana kudapati Nagra ikut memanjat dinding bersamaku. Karena merasa kurang enak badan, aku pun pergi ke UKS di jam istirahat, dimana Igo datang menjenguk. Aku terbangun satu jam setelah bel pulang, dimana kudapati Nagra tertidur di kursi guru dan kemudian menyerahkan tasku, dan depan gerbang, Igo telah syiap mengantarkanku pulang.

Nagra: Setelah putus, benar-benar putus dari Wulan, aku berusaha menyibukkan diri dengan bermain, namun tetap susah tidur, sehingga bangun kesiangan. Sialnya, aku melah bertemu Aru saat hendak memanjat tembok, dimana aku kemudian tertawa kecil mendapati tingkah Aru di kelas, mengingatkanku pada ucapan Wulan. Mendapati keadaan Aru yang kurang sehat dan berada di UKS, aku pun pamit di jam pelajara Bahasa Inggris untuk menjenguktnya. Aku baru putus dengan Wulan semalam tapi sibuk memikirkan Aru, aku bahkan menungguinya dan mengikutinya ke luar kelas hingga Igo tiba untuk mengantarkannya pulang.

Aru: Setelah dua hari izin sakit, aku menerima informasi dari Fera bahwa Nagra telah putus dari Wulan, dan aku menanggapinya dengan enggan, dimana beberapa hari ini Nagra menanyakan keadaanku melalui chat. Di jam Pelajaran BK, Nagra ikut tertawa mendapati curhatanku pada teman-teman, yang diikuti dengan sindiran-sindiran. Guru BK, Bu Nina, meminta kami untuk melihat kembali peta kehidupan yang kami buat saat kelas 10 dulu, dan kudapati Nagra berada di sana. Sepulang sekolah, kudapati Igo tengah bersama kakak-kakak kelas berandalan, dan Nagra tiba untuk membawanya padaku.

Nagra: Perasaanku pada Wulan beda dengan perasaanku pada Aru, dan aku barus menyadari perasaan itu saat dia jauh dari jangkauan. Di jam geografi Pak Ruhdin, aku yang mendapati Aru lupa membawa buku cetak, mengajukan diri untuk menerima hukuman, dan kemudian menghubungi Igo setibanya di kantin. Aku tersenyum sendiri mengetahui namaku ada di peta hidup Aru, dimana kudapati Aru melihat Igo bersama rombongan Wira. Selepas maghrib, aku pergi ke rumah Igo dan mendapati kedua orangtuanya pergi dengan mobil masing-masing, dimana kudapati Igo tengah memulai ritual haramnya.

Aru: Pagi hari saat hendak berangkat sekolah, kudapati Nagra datang menjemputku, yang ternyata saran dari Igo. Sementara jam istirahat masih satu jam lagi, aku menemani Rini ke toilet sekaligus mampir ke kantin. Dalam prosesnya, aku bertemu dengan Wulan, diikuti dengan kedatangan gerombolan Wira Fahrezi.

Nagra: Mengetahui Aru tengah bersama komplotan Wira di gudang sekolah, Aku yang tengah bersama satpam sekolah, Bang Nahar, berhasil menemukan ide untuk menghabisi Wira melalui pamannya. Aku mengantarkan Aru yang kaku mempertanyakan tentang Igo, sehingga aku pun mengantarkannya menemui Igo sebelum mengantarkannya pulang. Sebelum pergi, aku meminta Aru untuk menerima jika nanti aku bersikap aneh.

Aru: Pelukan Igo terasa menyakitkan setelah mengetahui bahwa dia pengguna narkoba, dimana aku berusaha membantunya melalui rehabilitasi, dan Igo pun melakukan rehabilitasi di RSKO—di Jakarta Timur.

Nagra: Berkat tekadnya, Igo bisa keluar dari rumah sakit beberapa minggu lagi, dimana dia menanyakan keberadaan kelas Aru yang ternyata berbeda dengannya. Dengan perbedaan kelas, aku tetap mencoba mengawasi Aru yang tetap sering ceroboh, dimana aku yang membawakannya paying saat memfotokopi, mendapati Aru mengajakku menemaninya ke MKG. Dengan kegirangan, aku mempersiapkan diri sebaik mungkin hanya untuk mendapati Aru mengungkapkan bahwa ia meminta bantuanku untuk memilih hadiah untuk Igo. Kudapati Aru berdandan sangat cantik untuk menyambut kedatangan Igo, yang menerima sambutan Aru dengan hangat, sementara aku berusaha untuk baik-baik saja hingga kudapati keduanya hendak berciuman.

Aru: Selama direhabilitasi, Igo tak mau aku menghubunginya, dan aku menerima semua informasi dari Nagra, yang bersikap sungguh berbeda padaku. Dengan penuh kebahagiaan, aku menyambut kedatangan Igo ditemani Nagra, yang menghilang secara tiba-tiba. Besoknya, Igo mengantarkanku ke sekolah, dimana kusapa Nagra yang menjawabku seadanya.

Nagra: Aku yang berusaha menghindari Aru berusaha untuk terlihat biasa dengan sikap Aru, apalagi dengan keadaan Igo yang membaik. Dalam rangka menghindari Aru yang tengah bersama Igo, aku kembali ke kelas dan mendapati Wulan merendahkan sikapku dengan menyerahkan kertas ulangan. Perkataan Wulan membuatku menyadari keadaan Ibu dan menangis di pelukannya. Aku pun membulatkan tekad untuk ikut Akmil, bahkan memberitahukan hal itu pada Aru.

Aru: Setelah hari itu, Nagra tak mengatakan apa pun lagi, dimana aku disibukkan dengan persiapan UN. Igo pun menanyakan jawaban dari pertanyaannya yang belum kujawab.

Nagra: Dalam rangka mengikuti tes Secaba, aku berlatih dibawah arahan Pak Wayan dan hanya memfokuskan diri pada latihan, yang sebenarnya merupakan bentuk dari pelarian. Menanggapi UN pun, aku belajar gila-gilaan, diikuti dengan latihan tanpa henti dan berhasil baik. Aku pun menelpon Aru untuk mengungkapkan keberhasilanku, namun kuurungkan hanya untuk mendengarkan suaranya. Di pesta kelulusan sekolah, aku yang bermaksud mengungkapkan hal itu secara langsung pada Aru, mendapati Igo mengungkapkan bahwa ia telah berpacaran dengan Aru.

Aru: Ujian Nasional tinggal tiga bulan lagi, dan di hari terakhir pameran budaya, kudapati Nagra di depan rumah honai buatan kelasku. Aku pun sering belajar bersama Igo di rumahku, dimana Bang Gani mempertanyakan perihal Igo di RSKO tanpa menyadari Igo telah datang. Saat sedang marathon drakor, aku terkejut mendapati Nagra menelpon. Di peste kelulusan, Igo membawaku berkeliling menuju Gedung B dan mengungkapkan bahwa ia tidak bisa lagi berteman denganku.

Nagra: Aku dinyatakan masuk seleksi Secaba Angkatan 2017 dan akan berangkat ke Rindam VI/Diponegoro, Magelang, dimana Wulan datang berkunjung, begitu juga Igo kemudian. Setelah bercanda lepas, Igo mengungkapkan bahwa ia mengetahui perasaanku pada Aru dan memberikanku satu hari. Meskipun awalnya menolak, aku pun memutuskan untuk pergi setelah melihat video Aru Caca Marica dan hadiah yang belum kuberikan. Pagi-pagi aku sudah berada di depan rumah Aru untuk mengajaknya jalan-jalan naik bus di Terminal Rawamangu menuju Terminal Leuwipanjang dalam rangka menghadapi traumaku. Dengan menyewa Jeep, kami berkeliling Bandung, mengunjungi alun-alun Bandung, Lembang, lalu ke Jalan Braga, dimana di sana aku menyanyikan lagu Dan – Sheila on 7 untuknya. Destinasi terakhir adalah Bukit Bintang, di sana aku mengungkapkan semuanya dengan memberikan hadiah itu. Setibanya di depan rumah Aru, aku pun menyampaikan pesan terakhir.

Aru: 3 tahun telah berlalu sejak kepergian Nagra, dan aku yang tengah menaiki bus menuju universitas terlibat perselisihan dengan Theo di telepon dan berakhir putus, dimana hubunganku dengan Igo berakhir sebelum genap dua tahun. 4 tahun kemudian, aku sudah menjadi guru di sebuah SD swasta, dan Gerombolan Boros sering ngumpul di rumah Fera, yang kali ini mengumumkan hendak menikah dengan Roji, dan Nagra hadir dalam acara tersebut.

Nagra: Aku pulang ke rumah mewah keluarga, semenjak kesuksesan Mas Elang, tanpa Ibu, yang telah meninggal dua tahun lalu. Di kamar kucek surat-surat yang datang, termasuk undangan dari Roji, juga Igo, yang segera kutelpon dan kemudian bertemu di sebuah kafe. Di acara resepsi Roji, aku bertemu kembali dengan teman-teman SMA, namun tak juga menemukan keberadaan Aru hingga suaru itu terdengar kembali.

Aru: Aku tak pernah berpikir bisa bertemu dengannya seperti sekarang, dengan godaan dari teman-teman yang kemudian menyanyikan lagu Jadikanlah Aku Pacarmu, sementara Nagra mengajakku untuk duduk. Igo dan Fanya datang menyapa, dan Nagra pun mengajakku pergi.

Nagra: Diiringi lagu Isyana, aku berkendara bersama Aru, dan menawarinya telur puyuh, dimana akhirnya kuungkapkan kerinduanku padanya setelah ia mengungkapkan bahwa ia suka naik bus. Di rumah Aru, keluarga Aru menyambutku dengan baik dan menggodai Aru. Esok harinya, aku yang mengantarkan Keylen ke sekolah, kembali bertemu dengan Aru, dimana kutanyakan apakah dia bersedia menjadi Ibu Persit?


Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.


0 comments:

Post a Comment

 
;