Nagra
& Aru
by:
Inggrid Sonya & Jenny Thalia
Aru: Hari pertama
masuk sekolah kusambut dengan riang gembira, untuk kusapa calon imamku;
NAGRAAA! Pertama kali aku bertemu dengannya saat MOS di jam istirahat, dimana
kudapati dia tengah bersandar di pilar di sudut kantin sambil memakan es batu.
Nagra: Setibanya
di sekolah, aku menawarkan diri untuk mengantarkan Tasya (adik kelas) ke
kelasnya, yang awalnya ditolak. Di kelas IPS 3, Alex, teman sebangkuku
menyapaku dengan sengit, diikuti dengan sapaan Aru yang membuatku merinding.
Aurora Savira telah mengejar-ngejarku sejak kelas 10, dan sekarang ia duduk di
depanku, kembali menceritakan kisahnya disertai gombalan-gombalan. Setelah bel
istirahat, aku yang bermaksud pergi ke kantin, segera pergi membantu untuk
memabantu Igo setelah mendapati informasi dari Alex bahwa guru BK, Pak Darman,
tengah melakukan inspeksi.
Aru: Sementara aku
dan Papa menyukai bubur ayam tidak diaduk, Mama dan Abang menyukai bubur ayam
diaduk, dan sekarang aku berada di kantin bersama Fera, Rini, dan Olli, yang
lebih memilih makan mi instan. Setelah makanan habis, kabar perkelahian Nagra
dan Igo terdengar, dan aku pun harus berhadapan dengan seminggu kelabu setelah
dua minggu kelabu berlalu.
Nagra: Setelah
terpaksa melanggar prinsip “bodo amat”, aku kembali masuk sekolah setelah
seminggu, dimana Alex dkk menyambut kedatanganku bagaikan seorang Avatar. Kami
pun merayakannya dengan mengunjungi siswi kelas 10, dan aku menyapa Aeril,
seorang adik kelas yang palign alim dan manis. Kami kemudian bertemu dengan Igo
dkk--komplotan dewa sekolah--yang menerima sindiranku dengan baik, diikuti
dengan sapaan Aru di kelas, yang mengurungkan niatku masuk ke kelas.
Aru: Seminggu
berlalu sejak insiden Nagra-Igo, dan aku pun menyapa Nagra yang menanyakan
padaku apakah aku salah bantal (Oh Tuhan..). di jam kosong sebelum jam
olahraga, aku memutuskan untuk tetap di kelas karena keasyikan baca webtoon,
dimana sempat kudapati sosok Igo tengah mengawasi.
Nagra: Hari
ini ada jam Pelajaran olahraga, mata Pelajaran yang paling aku suka, dan kami
melakukan loma lari estafet, dimana Aru berhasil meyakinkan Alwi supaya bisa
satu tim denganku. Meskipun sudak kuperingatkan, Aru dengan percaya diri
mengisi garis keempat melewati perkampungan di belakang sekolah, dan tiba
paling akhir dengan celana kotor dan sedikit sobek.
Aru: Di saat
anak-anak cowok sholat jum’at, aku sebagai anak cewek mendapatkan giliran untuk
piket, dan pergi membuang sampah setelah sempat mager membaca webtoon. Saat
melewati gudang, kusadari keberadaan Igo dkk di gudang, dan aku pun melabraknya
hanya untuk mendapati Igo menertawakanku.
Nagra: Bersama
dengan yang lainnya, aku menerima teguran dari Pak Ustaz karena bermain di
masjid. Setibanya di kelas, aku harus menemani Aru piket dan terkejut
mengetahui dia berurusan dengan Igo, dimana telpon dari Wulan membuatku segera
pergi meninggalkannya.
Aru: Setibanya di
rumah, kakakku mengungkapkan bahwa Igo menitipkan salam padaku, mengingatkanku
pada Nagra yang menolak pernyataan cintaku di bulan Agustus lalu. Pagi harinya,
aku yang awalnya hendak pergi ke sekolah bersama kakakku, mendapati Igo datang menjemput.
Nagra: Setelah
kehilangan ayah di kelas 6 SD, aku berkenalan dengan Wulan, yang juga
kehilangan ibunya, dan kami pun berhubungan dekat hingga ia pergi tanpa kabar
saat kelas 9 disertai sebuah surat. Wulan menceritakan apa yang terjadi setelah
makan empek-empek dan pergi ke Ancol. Keesokan paginya, dengan penuh
kebahagiaan, aku membonceng Wulan ke sekolah dan mendapati Igo menyapa dengan
membonceng Aru.
Aru: Aku
berterimakasih pada Igo dan mengajaknya untuk trial and error pedekatean dalam
rangka pedekate dengan Nagra, dimana Igo mengantarkanku ke kelas, dan Nagra pun
segera mempertanyakan sikap Igo, yang menjawabnya dengan tegas. Aku pun
kemudian berkenalan dengan Wulan, yang sempat mematung.
Nagra: Setelah
sadar meninggalkan Wulan, aku kembali menemuinya yang tengah berbicara dengan
Aru dan mengantarkannya ke kelasnya, yang ternyata sekelas dengan Igo.
Anak-anak kelas Igo segera bersorak mendapati kedatanganku bersama Wulan. Dan
aku pun tak mampu menahan diri mendengarkan perkataan mereka terhadap Wulan,
sehingga aku pun mengajak Igo ke gudang setelah meleparkan kursi ke belakang.
Aru: Mengetahui kedekatanku
dengan Igo, Fera segera memberikan teguran, sementara Rini dan Olli tak terlalu
ambing pusing. Di jam istirahat, kami pun pergi ke kantin dan mendapati Igo dkk
menemani, dimana Igo memastikan traktiranku. Kantin yang awalnya penuh, menjadi
senggang dengan kedatangan Igo, dan kami pun makan bubur bersama. Tak lama
kemudian, Nagra tiba bersama Wulan dan menyapa dengan tegas, mempertanyakan
sikap Igo secara tersirat.
Nagra: Situasi
kelas 11 IPS 3 kacau karena jam kosong, dimana aku tertawa sendiri mendapati
sikap Aru yang sibuk mencari keberadaan Flash Disk-nya. Malam harinya, aku yang
mengantuk menerima telepon dari Wulan, yang mempertanyakan hubunganku dengan
Igo, dimana aku kemudian kepikiran Aru saat melihat Flash Disk-nya yang lupa
aku kembalikan.
Aru: Aku berangkat
sekolah lebih siang karena adanya pestas budaya di sekolah, dan aku pun meminta
Bang Gani untuk mengantarkanku, tak lupa kutanyakan apakah dia tahu keberadaan
flash disk-ku. Mengikuti keinginan Olli, aku, Fera, dan Rini, pergi kantin
sebelum melihat-lihat, dimana aku yang memasuki rumah honai seorang diri
bertemu dengan Nagra yang mengembalikan flash disk-ku disertai ungkapan penolakan
tegas.
Nagra: Saat
hendak menanggapi ledekan teman-temannya perihal hubungannya dengan Wulan dan
hubungan Aru dengan Igo, aku menerima telepon dari Mas Elang yang memintaku
untuk langsung pulang sepulang sekolah. Tidak mendapati waktu yang tepat untuk
mengembalika falsh disk Aru, aku mendengar informasi perihal Wira yang membawa
Igo ke KP dan segera pergi ke sana setelah menelpon Alex. Setibanya di rumah,
Dimas memukulku karena Ibu drop, dan aku memukulnya balik setelah mengetahui
Ibu baik-baik saja di rumahsakit. Setelah mengirim pesan pada Mas Elang, aku
pergi ke rumah Igo untuk menginap, dan sekaligus merawatnya, dimana aku pun
membalaskan pesan Aru untuknya. Keesokan harinya, di acara budaya, Aku
memberikan penegasan pada Aru yang memasuki rumah honai, diikuti dengan pengumuman
di depan kelas bahwa aku berpacaran dengan Wulan.
Aru: Di tengah
kegalauan yang disadari oleh Mama, aku mendapati Igo berada di rumah saat
malam, dimana Mama dengan telaten mengobati luka-lukanya. Menyadari
kegalauanku, Igo yang tengah babak beluar menawarkan pundaknya sebagai
sandaran.
Nagra: Setelah
lelah bermain futsal, aku menghampiri Wulan yang menungguku di salah satu
warung kopi, dimana aku berbicara panjang lebar perihal Aru ketika Wulan berbicara
tentangnya. Saat penilaian olahraga di kolam renang umum, aku yang mengkhawatirkan
Aru, seringkali memperhatikannya, dan segera menolongnya yang hampir tenggelam
tanpa mampu meminta tolong terlebih dahulu. Mendapati Aru menggunakan pakaian
basah, aku pun memberikan kaus poloku padanya, dimana Igo datang kemudian. Aku
mengajak Wulan ke angkringan di pinggiran flyover, dimana di Wulan
mempertanyakan apa yang terjadi pada Aru dan memutuskan untuk hanya berteman
denganku.
Aru: Setelah diantar
Igo semalam, aku bangun kesiangan dan terlambat ke sekolah, dimana kudapati
Nagra ikut memanjat dinding bersamaku. Karena merasa kurang enak badan, aku pun
pergi ke UKS di jam istirahat, dimana Igo datang menjenguk. Aku terbangun satu
jam setelah bel pulang, dimana kudapati Nagra tertidur di kursi guru dan
kemudian menyerahkan tasku, dan depan gerbang, Igo telah syiap mengantarkanku
pulang.
Nagra: Setelah
putus, benar-benar putus dari Wulan, aku berusaha menyibukkan diri dengan
bermain, namun tetap susah tidur, sehingga bangun kesiangan. Sialnya, aku melah
bertemu Aru saat hendak memanjat tembok, dimana aku kemudian tertawa kecil
mendapati tingkah Aru di kelas, mengingatkanku pada ucapan Wulan. Mendapati
keadaan Aru yang kurang sehat dan berada di UKS, aku pun pamit di jam pelajara
Bahasa Inggris untuk menjenguktnya. Aku baru putus dengan Wulan semalam tapi
sibuk memikirkan Aru, aku bahkan menungguinya dan mengikutinya ke luar kelas
hingga Igo tiba untuk mengantarkannya pulang.
Aru: Setelah dua
hari izin sakit, aku menerima informasi dari Fera bahwa Nagra telah putus dari
Wulan, dan aku menanggapinya dengan enggan, dimana beberapa hari ini Nagra
menanyakan keadaanku melalui chat. Di jam Pelajaran BK, Nagra ikut tertawa
mendapati curhatanku pada teman-teman, yang diikuti dengan sindiran-sindiran.
Guru BK, Bu Nina, meminta kami untuk melihat kembali peta kehidupan yang kami
buat saat kelas 10 dulu, dan kudapati Nagra berada di sana. Sepulang sekolah,
kudapati Igo tengah bersama kakak-kakak kelas berandalan, dan Nagra tiba untuk
membawanya padaku.
Nagra:
Perasaanku pada Wulan beda dengan perasaanku pada Aru, dan aku barus menyadari
perasaan itu saat dia jauh dari jangkauan. Di jam geografi Pak Ruhdin, aku yang
mendapati Aru lupa membawa buku cetak, mengajukan diri untuk menerima hukuman,
dan kemudian menghubungi Igo setibanya di kantin. Aku tersenyum sendiri
mengetahui namaku ada di peta hidup Aru, dimana kudapati Aru melihat Igo
bersama rombongan Wira. Selepas maghrib, aku pergi ke rumah Igo dan mendapati
kedua orangtuanya pergi dengan mobil masing-masing, dimana kudapati Igo tengah memulai
ritual haramnya.
Aru: Pagi hari saat
hendak berangkat sekolah, kudapati Nagra datang menjemputku, yang ternyata
saran dari Igo. Sementara jam istirahat masih satu jam lagi, aku menemani Rini
ke toilet sekaligus mampir ke kantin. Dalam prosesnya, aku bertemu dengan
Wulan, diikuti dengan kedatangan gerombolan Wira Fahrezi.
Nagra:
Mengetahui Aru tengah bersama komplotan Wira di gudang sekolah, Aku yang tengah
bersama satpam sekolah, Bang Nahar, berhasil menemukan ide untuk menghabisi
Wira melalui pamannya. Aku mengantarkan Aru yang kaku mempertanyakan tentang
Igo, sehingga aku pun mengantarkannya menemui Igo sebelum mengantarkannya
pulang. Sebelum pergi, aku meminta Aru untuk menerima jika nanti aku bersikap
aneh.
Aru: Pelukan Igo
terasa menyakitkan setelah mengetahui bahwa dia pengguna narkoba, dimana aku
berusaha membantunya melalui rehabilitasi, dan Igo pun melakukan rehabilitasi
di RSKO—di Jakarta Timur.
Nagra: Berkat
tekadnya, Igo bisa keluar dari rumah sakit beberapa minggu lagi, dimana dia
menanyakan keberadaan kelas Aru yang ternyata berbeda dengannya. Dengan
perbedaan kelas, aku tetap mencoba mengawasi Aru yang tetap sering ceroboh,
dimana aku yang membawakannya paying saat memfotokopi, mendapati Aru mengajakku
menemaninya ke MKG. Dengan kegirangan, aku mempersiapkan diri sebaik mungkin
hanya untuk mendapati Aru mengungkapkan bahwa ia meminta bantuanku untuk
memilih hadiah untuk Igo. Kudapati Aru berdandan sangat cantik untuk menyambut
kedatangan Igo, yang menerima sambutan Aru dengan hangat, sementara aku
berusaha untuk baik-baik saja hingga kudapati keduanya hendak berciuman.
Aru: Selama
direhabilitasi, Igo tak mau aku menghubunginya, dan aku menerima semua
informasi dari Nagra, yang bersikap sungguh berbeda padaku. Dengan penuh
kebahagiaan, aku menyambut kedatangan Igo ditemani Nagra, yang menghilang
secara tiba-tiba. Besoknya, Igo mengantarkanku ke sekolah, dimana kusapa Nagra
yang menjawabku seadanya.
Nagra: Aku
yang berusaha menghindari Aru berusaha untuk terlihat biasa dengan sikap Aru,
apalagi dengan keadaan Igo yang membaik. Dalam rangka menghindari Aru yang
tengah bersama Igo, aku kembali ke kelas dan mendapati Wulan merendahkan
sikapku dengan menyerahkan kertas ulangan. Perkataan Wulan membuatku menyadari
keadaan Ibu dan menangis di pelukannya. Aku pun membulatkan tekad untuk ikut
Akmil, bahkan memberitahukan hal itu pada Aru.
Aru: Setelah hari
itu, Nagra tak mengatakan apa pun lagi, dimana aku disibukkan dengan persiapan
UN. Igo pun menanyakan jawaban dari pertanyaannya yang belum kujawab.
Nagra: Dalam
rangka mengikuti tes Secaba, aku berlatih dibawah arahan Pak Wayan dan hanya
memfokuskan diri pada latihan, yang sebenarnya merupakan bentuk dari pelarian. Menanggapi
UN pun, aku belajar gila-gilaan, diikuti dengan latihan tanpa henti dan
berhasil baik. Aku pun menelpon Aru untuk mengungkapkan keberhasilanku, namun
kuurungkan hanya untuk mendengarkan suaranya. Di pesta kelulusan sekolah, aku
yang bermaksud mengungkapkan hal itu secara langsung pada Aru, mendapati Igo
mengungkapkan bahwa ia telah berpacaran dengan Aru.
Aru: Ujian Nasional
tinggal tiga bulan lagi, dan di hari terakhir pameran budaya, kudapati Nagra di
depan rumah honai buatan kelasku. Aku pun sering belajar bersama Igo di
rumahku, dimana Bang Gani mempertanyakan perihal Igo di RSKO tanpa menyadari
Igo telah datang. Saat sedang marathon drakor, aku terkejut mendapati Nagra
menelpon. Di peste kelulusan, Igo membawaku berkeliling menuju Gedung B dan mengungkapkan
bahwa ia tidak bisa lagi berteman denganku.
Nagra: Aku
dinyatakan masuk seleksi Secaba Angkatan 2017 dan akan berangkat ke Rindam
VI/Diponegoro, Magelang, dimana Wulan datang berkunjung, begitu juga Igo
kemudian. Setelah bercanda lepas, Igo mengungkapkan bahwa ia mengetahui
perasaanku pada Aru dan memberikanku satu hari. Meskipun awalnya menolak, aku
pun memutuskan untuk pergi setelah melihat video Aru Caca Marica dan hadiah
yang belum kuberikan. Pagi-pagi aku sudah berada di depan rumah Aru untuk
mengajaknya jalan-jalan naik bus di Terminal Rawamangu menuju Terminal
Leuwipanjang dalam rangka menghadapi traumaku. Dengan menyewa Jeep, kami
berkeliling Bandung, mengunjungi alun-alun Bandung, Lembang, lalu ke Jalan
Braga, dimana di sana aku menyanyikan lagu Dan – Sheila on 7 untuknya.
Destinasi terakhir adalah Bukit Bintang, di sana aku mengungkapkan semuanya
dengan memberikan hadiah itu. Setibanya di depan rumah Aru, aku pun
menyampaikan pesan terakhir.
Aru: 3 tahun telah
berlalu sejak kepergian Nagra, dan aku yang tengah menaiki bus menuju
universitas terlibat perselisihan dengan Theo di telepon dan berakhir putus,
dimana hubunganku dengan Igo berakhir sebelum genap dua tahun. 4 tahun
kemudian, aku sudah menjadi guru di sebuah SD swasta, dan Gerombolan Boros
sering ngumpul di rumah Fera, yang kali ini mengumumkan hendak menikah dengan
Roji, dan Nagra hadir dalam acara tersebut.
Nagra: Aku
pulang ke rumah mewah keluarga, semenjak kesuksesan Mas Elang, tanpa Ibu, yang
telah meninggal dua tahun lalu. Di kamar kucek surat-surat yang datang,
termasuk undangan dari Roji, juga Igo, yang segera kutelpon dan kemudian
bertemu di sebuah kafe. Di acara resepsi Roji, aku bertemu kembali dengan
teman-teman SMA, namun tak juga menemukan keberadaan Aru hingga suaru itu
terdengar kembali.
Aru: Aku tak pernah
berpikir bisa bertemu dengannya seperti sekarang, dengan godaan dari
teman-teman yang kemudian menyanyikan lagu Jadikanlah Aku Pacarmu, sementara
Nagra mengajakku untuk duduk. Igo dan Fanya datang menyapa, dan Nagra pun mengajakku
pergi.
Nagra: Diiringi
lagu Isyana, aku berkendara bersama Aru, dan menawarinya telur puyuh, dimana
akhirnya kuungkapkan kerinduanku padanya setelah ia mengungkapkan bahwa ia suka
naik bus. Di rumah Aru, keluarga Aru menyambutku dengan baik dan menggodai Aru.
Esok harinya, aku yang mengantarkan Keylen ke sekolah, kembali bertemu dengan
Aru, dimana kutanyakan apakah dia bersedia menjadi Ibu Persit?
Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.
0 comments:
Post a Comment