Friday, June 16, 2023

Sinopsis "Gadis Kretek - Ratih Kumala" Bahasa Indonesia

 Gadis Kretek
by: Ratih Kumala

Setelah Sembilan tahun stroke, Romo mengucapkan sebuah nama: Jeng Yah, yang tentu saja membuat Ibu cemburu sekaligus marah. Bermaksud mengajukan proposalku pada Mas Tegar, kami terlanjur membahas Jeng Yah, mengarahkanku menanyakan nama itu pada Romo saat berjaga malam. Setelah menunjukkan proposalku pada Mas Karim, aku menemui Mas Tegar di kantornya, dan menerima penolakan tegas. Penuturan Romo perihal Jeng Yah, mengarahkanku pergi ke Kudus, tempat kelahiran Kretek Djagad Raja.

Di Ciriben, Lebas mengunjungi Erik, salah satu temannya saat ke Jamaika sebagai penggemar Bob Marley, dimana ia pindah ke jurusan musik setelah bosan di jurusan perfilman. Lebas mengungkapkan perihal filmnya, dan Erik dengan santai bersedia membantu. Tegar tiba di bandara Jakarta-Cirebon tanpa bisa menghubungi Lebas, sehingga ia mencari hotel dan melepaskan lelah, dimana Lebas kemudian mengungkapkan bahwa ia tengah berada di studio musik Erik dan pergi menjemputnya. Belum genap 16 tahun, Tegar ditunjuk Romo sebagai penurus pabrik, dimana Tegar diajara semua tentang pabrik ketika libur sekolah, bahkan membawanya ke Desa Legoksari di Temanggung untuk membeli tembakau dan cengkeh. Dalam perjalanan, Tegar berusaha berbicara dengan Lebas dan mengungkapkan hasil temuannya perihal Jeng Yah dari sang ibu.

Idroes Moeria telah mendengar ramalan Djojobojo, sehinga ia menaikkan derajatnya dari sekadar buruh klobot Trisno menjadi pemilik usaha kecil, dimana ia jatuh cinta pada anak Juru Tulis, Roemaisa. Dalam hal ini, ia bersaing dengan Soedjagad, yang mengujungi Pak Trisno di hari Belanda pergi. Dalam kekalutan, Idroes mendapati Roemaisa memintanya belajar membaca, mengarahkannya membeli sisa klobot Pak Trisno yang sudah gulung tikar. Sambil belajat membaca pada Pak Trisno, Idroes memulai merintis usaha klobotnya dengan nama Klobot Djojobojo, dimana beberapa hari kemudian ia mendapati keberadaan Klobot Djagad.

Bersama dengan Simbok, Idroes Moeria pergi melamar Putri san Juru Tulis, dimana Juru Tulis mensyaratkan baca tulis dan kebersediaan Roemaisa untuk dipersunting. Idroes kemudian pindah ke rumah orantua Roemaisa, dan berisi dua bulan kemudian, dimana Idroes yang pergi mencetak foto untuk lambang Klobot Djojobojo-nya, dibawa oleh tantara Jepang ke Soerabaia. Benar-benar tertekan, Roemaisa kehilangan cabang bayinya, dimana setahun kemudian ia meneruskan usaha sang suami. Roemaisa kembali menjadi kembang, dan Soedjagad kembali mengajukan lamaran yang ditolak dengan tegas oleh Roemaisa, dimana Idroes kembali dua tahun kemudian.

Idroes memutuskan untuk mengganti nama Klobotnya menjadi “Merdeka!”, juga racikan tembakaunya menjadi kretek; ‘Rokok Kretek MERDEKA!’. Dalam waktu singkat, Rokok Kretek Merdeka! Popular di Kota M, sehingga Idroes memiliki beberapa pekerja, membangun rumah untuk ibu dan juga mertuanya, diikuti dengan Roemaisa berbadan dua. Namun, Idroes kemudian mendapati Rokok Kretek Proklamasi hadir, dikeluarkan oleh Pabrik Soedjagad.

Mak Iti’ membantu Roemaisa melahirkan sang bayi, dimana Roemaisa mengusir orang-orang yang datang untuk lek-lek’an dengan mengepulkan asap rokok sementara sang suami sendirian menjaga ari-ari. Idroes Moeria pergi menemui tetuah tetangga untuk meminta maaf dan mendapati ari-ari bayinya hilang. Mengetahui itu, Mak Iti’ menunggui rumah keluarga tersebut dan meminta Idroes untuk mendapatkan Kretek Mendak. Setelah tujuh hari menjalankan ritual, Mak Iti’ mengungkapkan apa yang terjadi.

Satu tahun setelah kejadian itu, Idroes Moeria memenuhi undangan pernikahan Djagad, dengan seorang wanita asal Madura, dimana Idroes mendapati wanita tersebut menggunakan banyak sekali perhiasan. Beberapa bulan kemudian, Idroes membawa Roemaisa dan Dasiyah menghadiri acara mitoni kehamilan istri Djagad. Bermaksud memasarkan kretek-nya hingga Jogjakarta, Idroes memasang iklan di koran Jogja setelah memasok Kreteknya di daerah tersebut, dimana Kretek Proklamasi segera melakukan hal yang sama. Dasiyah berusia sepuluh tahun dan mahir melinting kretek, yang diikuti oleh adiknya, Rukayah, dimana Dasiyah juga mengikuti kebiasaan sang ayah untuk membuat kretek tingwe. Menerima pujian dari sang ayah perihal kretek tingwe buatannya, Dasiyah memberikan hadiah pada Idroes.

Total ada enam nama dagang kretek baru yang dibuat Idroes Moeria setelah Kretek Merdeka. Dasiyah yang telah dipercaya memegang pembukuan Kretek Merdeka, mengungkapkan bahwa ia tidak bisa lagi memodali eksperimen sang Ayah, dan mengarahkan Idroes untuk mendapatkan pemodal. Idroes pun kemudian berkenalan dengan Pak Joko dan iparnya, yang bersedia menjadi pemodal dengan syarat jatah suplai tingwe. Atas saran si pemodal, Idroes pergi ke Gunung Kawi dan memimpikan putrinya di malam ketujuh. Dengan bantuan putrinya, Idroes meracik Kretek Gadis yang sukses di pasaran, diikuti dengan Kretek Garwo Kulo milik Soedjagad yang gagal. Dalam acara pasar malam, Dasiyah, yang lebih dikenal sebagai Jeng Yah, juga membuka stand, dan bertemu dengan Raja Soeraja.

Aku dan Mas Tegar tiba di Kudus dan pergi ke pabrik Kretek Djagad Raja untuk menemui Mbok Marem yang kemudian menceritakan perihal Jeng Yah, mengarahkan kami ke Kota M, tempat kelahiran Mbah Kakung kami. Dalam prosesnya, Aku berkenalan dengan Mira, dimana Mas Tegar dengan tegas memperingatkanku, diikuti dengan kedatangan tunangan Mira yang merupakan rentenir.

Selesai pasar malam, Dasiyah mengajak Soeraja bekerja dan tinggal di kediamannya, dimana Idroes menunjukkan ketidaksetujuannya. Dalam hati, Dasiyah telah menyimpan rasa suka pada Soeraja dan seringkali mencari waktu untuk berduaan dengannya, hingga memberikan kretek tingwe padanya. Tak mampu menahan kecurigaan, Idroes pun memanggil keduanya untuk menanyakan hubungan mereka.

Dalam perjalanan menuju Kota M, Karim yang menyetir memutuskan untuk turun mendapati sikap Tegar dan Lebas. Sementara Lebas menyetir, Karim menceritakan kisah Mbah Djagad.

Mendapati gunjingan para pekerja, Raja mulai merasa tidak nyaman, dan lamaran dari Sentor, putra dari pemilik Kretek Bukit Klapa, membuat Raja mengungkapkan keinginannya untuk memulai usaha sendiri pada Jeng Yah. Dengan izin dari Idroes, Raja memulai usaha yang tidaklah mudah, sehingga ia pun kembali membantu Jeng Yah nyampur saus. Melalui Pak Mlojo, pemilik percetakan, Soeraja berkenalan dengan orang-orang partai, yang kemudian bersedia menjadi pemodal.

Keberhasilan Soeraja sebagai pemilik Kretek Arit Merah, mengarahkannya mengajukan lamaran resmi pada Jeng Yah. Namun kejadian G30S, membuat Seoraja harus melarikan diri, sementara Jeng Yah dan Idroes ditangkap karena hubungan mereka dengan Soeraja. Berkat Sentot, yang menjadi sersan muda, Jeng Yah dibebaskan, begitu juga Idroes yang kemudian hidup murung karena tidak bisa lagi memproduksi Kretek Merdeka. Soeraja hanya berlari meninggalkan semuanya hingga ia tiba di sebuah Gudang tembakau dan ditemukan oleh Purwanti, putri Pak Djagad, pemilik Kretek Djagad yang sekarang beroperasi di Kudus. Dengan kemampuan yang telah dimilikinya, Djagad berhasil mendapati kepercayaan dari Djagad, bahkan mendapatkan cinta Purwanti.

Sesampainya di rumah Mbah Djagad, Paidi menyambut kami, dimana kami kemudian berhasil menemukan Kretek Gadis di sebuah warung kecil di ujung pasar, mengarahkan kami ke kota Magelang. Di tempat pembuatan Kretek Gadis, kami disambut Jeng Yah (Rukayah), adik dari Dasiyah, yang kemudian menceritakan apa yang terjadi, dimana aku pun berkenalan dengan Arum Cengkeh, putri dari Jeng Yah (Dasiyah).

Romo sekarat dan meninggal tak lama kemudian, dan aku pun mencoba Kretek Gadis dan menyadari sesuatu, segera memberitahukan hal itu pada Mas Lebas dan Mas Karim. 40 hari setelah kematian Romo, Mas Lebas mengirimku kembali menemui Jeng Yah II untuk menyerahkan amplop.


Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.


0 comments:

Post a Comment

 
;