Friday, February 10, 2023

Sinopsis " Jakarta Sebelum Pagi - Zeszyazeoviennazabrizkie Zigg" Bahasa Indonesia

 Jakarta Sebelum Pagi
by: Zeszyazeoviennazabrizkie Zigg

Meskipun ada mayat di dalam lubang kubur, tetap sulit menentukan siapa yang baru saja mati.

Yan pi (makanan Tiongkok) merupakan gambaran dari masyarakat working classs di Jakarta. Aku pun menceritakan pada Nissa perihal ‘Babi’ (animal farm) yang mengirimkan bunga hyacith dengan balon padaku. Nissa dengan tegas memperingatkanku untuk tidak mencaritahu identitas  ‘babi’ tersebut.

Namaku Emina, didapat dari album folk song Yugoslavia, yang dalam bahasa arab adalah Aminah. Aku pergi ke Rumah Para Jompo (Nenek), disambut oleh Nin (adik perempuan Datuk, dan menemui Pak Meneer untuk mengembalikan buku “Animal Farm”, dimana kudapati bunga hyacinth di sana. Pak Meneer pun menceritakan perihal cucu laki-lakinya yang telah kembali dari sekolah di luar negeri.

Aku kembali ke apartement dan mengungkapkan kecurigaanku tentang putra Pak Meneer pada Nissa, dimana aku kemudian mengunjungi toko bunga di depan apartement untuk mendapatkan petunjuk. Seorang anak perempuan (Suki, adik Keiko) mengenaliku dan menawarkan teh, dimana ia memilihkan menu yang mahal untukku; white tea dari China, Baihao Yinzhen. Keesokan harinya, aku berangkat lebih pagi ke toko bunga dan mendapati dua wanita di sana, diikuti kedatangan Suki tak lama setelah aku tiba, dimana Suki menawariku hidangan gratis disertai sesi tanya jawab.

Suki membawaku ke apartemennya yang besar, dengan beberapa hewan peliharaan ada di sana, dimana Suki mengakui bahwa dialah yang mengirimkan bungan hyacinth setiap harinya. Kami pun kembali ke dalam sesi tanya jawab, m3ngarahkanku mengungkapkan alasan pewarnaan rambutku yang baru, dan Suki memberitahukan siapa yang menyuruhnya mengirim bunga tersebut.

Tak juga mampu menemui sang stalker, aku menghubungi Nissa, yan pi tipis yang ngidam pecel lele untuk mendengarkan ocehannya. Aku pun akhirnya mengetuk pintu itu dan terdengar suara kursi jatuh, diikuti kemunculan Suki yang dengan tegas memerintahkanku masuk ke kamarku.

Pagi ini, bunga hyacinth datang bersama selembar surat, dan aku pun pergi menemui Suki, yang memberikan penjelasan bahwa si stalker (benar cucu Pak Meneer) memiliki pobia suara dan pobia sentuhan, dia merupakan korban Perang Saudara Aljazair.

Pembalasan surat mengarahkanku berhadapan dengan Babirusa (Abel) dan kami pun terlibat percakapan karena aku berusaha mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dimana ia bekerja sebagai freelancer dan kembali ke sini pertengahan tahun lalu karena kematian orangtuaku.

Sebagaimana Hawa yang mengetahui kabar kematian Habil, Akupun menangis sesenggukan mengetahui kematian orangtuaku. Aku dan Abel Fergani terlibat perbincangan yang cukup menyenangkan setelah ia menghidangkan teh macha untukku. Kami bercerita satu sama lain, dimana aku mengajaknya untuk mengunjungi Pak Meneer, sementara ia mengajakku ikut hadir dalam upacara minum teh mingguan Suki.

Dalam upacara minum teh, kudapati Abel dan Suki mengenakan kimono, dimana tempat acara ditata dengan rapi dengan lukisan tatejiku. Upacara berlangsung lambat antara Abel dan Suki, sementara aku mematung hingga waktu makan tiba, dimana Suki menyuguhkan susu dan madu untuk matcha-ku. Selesai upcara, kusadari bahwa Suki menyukai upacara minum teh, dan aku pun Kembali ke apartement Bersama Abel, dimana kami membahas perihal kunjungan ke Pak Meneer.

Aku Kembali menerima surat tanpa balon dan bermaksud untuk sarapan di tempat Suki hanya untuk mendapati Abel mengungkapkan bahwa toko Suki dipenuhi orang. Kutolak tawaran Abel untuk makan di tempatnya sementara ia sedang bekerja dan menelpon Nin sambal menunggu makanan datang. Menyadari keberadaanku, Keiko menggantikan Suki sebentar dan aku pun meminta nomor telepon Abel, dimana Abel membawakanku makan malam (kare) disaat aku memikirkan tentang apa yang aku sukai (hobi).

Jam tiga dini hari, Aku dan Abel tiba di tempat yang dituliskan dalam surat, yakni kantor Asuransi Jiwasraya (Nillmij). Dimana kami duduk di bangku taman dengan segelas coklat hangat. Kami saling bercerita satu sama lain hingga Abel pun mengungkapkan perihal phobia-nya akan suara dan sentuhan. Mendapati hal itu, aku spontan berusaha menyentuhnya yang terlihat gemetar mendapati tanganku hendak menyentuh pundaknya, dimana ia kemudian menyentuhkan ujung jarinya ke ujung jariku.

Aku hanya ternganga mendapati penuturan Nissa (Yan Pi) bahwa ia tengah hamil, dimana ia bermaksud untuk keluar dari perusahaan dan mengkhawatirkanku. Aku pun menceritakan bagaimana hubunganku dengan Abel saat berkunjung ke Rumah Jompo, dimana kami pergi mengunjungi jembatan gantung di Kota Tua setelah berusaha mencaritahu perihal hubungan surat dengan Pak Meneer. Dengan rasa kecemasannya, Nissa mengungkapkan betapa anehnya Abel sehingga aku seharusnya merasa aneh. Namun, aku dengan santai mengungkapkan kenyamananku Bersama Abel disertai ungkapan: Because He’s Cute.

Malam ini aku mengunjungi Suki untuk makan malam (menu high tea), sekaligus menanyakan bagaimana hari pertama sekolahnya, dimana Suki juga menanyakanku perihal Abel, dan aku pun mengungkapkan kekhawatiran Nissa. Dengan adanya hujan petir, aku mengirimkan pesan pada Abel melalui email, dan Abel mengajakku berbincang di tangga darurat, dimana kuungkapkan kekhawatiran Nissa, yang memaksa Abel mengungkapkan kebodohannya dan beranjak pergi.

Telah seminggu lebih aku tidak berbicara dengan Abel, dan Nissa pun berusaha menghibur sekaligus memberikan masukan padaku. Aku mengunjungi Rumah Jompo dan menemui Pak Meneer untuk meminta pendapat perihal hubunganku dengan Abel, tanpa menyadari bahwa aku telah mengungkapkan ketertarikanku pada Abel (cucunya). Dengan metode anak SMA (banyak balon), Abel tiba di kamarku dengan membawa kunci cadangan kamar, dimana aku segera mengungkapkan penerimaanku atas keberadaannya. Mengikuti pesan lainnya, Aku dan Abel pergi ke Planetarium.

Dalam acara minum the minggu ini, Aku menerima banyak pukulan dari Suki, dimana Aku dan Abel telah mengunjungi dua tempat lainnya dalam surat; Ancol dan Kantor Departemen Keuangan (Gedung Concordia). Dalam perjalanan kali ini (jam 3 dini hari), kami dapati Toko Suki masih menyala dan Suki berada di sana, mengungkapkan bahwa orangtuanya resmi bercerai, dimana hak asuh jatuh pada sang ayah, yang menyarankannya untuk ikut bersama sang ibu. Setelah perdebatan hangat antara Abel dan Suki, aku menawarkan Suki untuk menginap di kamarku dan ia menyetujuinya.

Abel masuk ke apartement-ku sementara Suki masih tidur, dimana kami hendak pergi ke Kali Krukut, dengan mengajak Suki. Sementara Suki mandi, aku mengambilkan bajunya dan berbicara dengan Kak Keiko yang menanggapi keadaan Suki dengan acuh. Dalam perjalanan menuju pemakaman, Suki memberikanku setopled almond green tea. Di Museum Taman Prasa, aku merasa sedih mendapati beberapa pengunjung yang berfoto-foto ria di hadapan kematian, dimana Suki mengungkapkan bahwa ia mengetahui sesuatu tentang si pengirim surat.

Mengikuti Suki yang menyuguhkan buku Tom’s Midnight Garden, mengarahkan Abel teringat kakeknya, Pak Meneer (Tom Schrijnemakers), dan teman dekatnya Pete (Peter). Kami pun pergi menemui Pak Meneer dan menanyakan siapa pengirim dan penerima surat tersebut, sehingga Pak Meneer pun membawa kami ke hadapan Hetty Pitaloka, sahabat dan kekasihnya di masa muda.

Di hadapan gundukan daging itu, Pak Meneer menceritakan kisah manusia setengah mesin di hadapan kami (Hermaphrodite), berharap aku bisa memberikan bantuan, dimana dalam prosesnya kami dilanda ketakutan serta kesedihan. Para Jompo berusaha menghibur kami setelah mengetahui apa yang terjadi, dan Suki memintaku mengantarnya pulang sementara Abel tetap tinggal.

Nissa terkejut mengetahui apa yang terjadi, dimana ia berusaha menenangkan kekhawatiranku perihal Abel. Mendapati kabar kematian sahabat Pak Meneer, aku pun menghadiri acara pemakaman yang tidak didatangi banyak orang, dimana Abel menyerahkan titipan Pak Meneer: Buku Tom’s Midnight Garden dan mengajakku untuk membakar B.A.R.

Suki memutuskan untuk Kembali ke Jepang dan menyerahkan kunci apartement-nya padaku, dimana Abel kemudian tiba dengan membawa surat-surat. Malam harinya, kami menerbangkan surat-surat tersebut di beberapa tempat dan berakhir di Billmij, dimana Abel mengungkapkan keputusannya dan menanyakan pendapatku.


Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.


0 comments:

Post a Comment

 
;