Saturday, November 24, 2018 0 comments

Sinopsis "Ilmuwan-Ilmuwan Muslim - Ehsan Masood" Bahasa Indonesia

Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
By: Ehsan Masood

Berpindahnya kekaisaran Romawi ke Konstatinopel pada 410M, menimbulkan Mitos Zaman Kegelapan, hingga tibanya zaman Renaissanse 1000 tahun kemudian. Penelitian mengungkapkan bahwa 800 tahun kekosongan tersebut berisi penjelajahan sains oleh Isam zaman pertengahan, yakni penerjemahan hasil karya Yunani kuno ke dalam bahasa Arab pada Zamam Keemasan Islam dibawah Dinasti Abbasiyah abad ke-9. Tulisan arab telah ditemukan di seluruh Eropa mulai abad-8 hingga 10, sehingga sangat tidak pantas membayangkan sains dan teknologi Islam tidak berpengaruh langsung atas pembelajaran Barat. 

Islam sepertinya telah mengubah setiap daerah yang dikunjunginya---mulai dari barat Cina sampai selatan Spanyol dan termasuk sebagian besar Asia, Afrika, juga Timur Tengah. Di awal abad ke-7, Timur Tengah didominasi oleh kekaisaran Sassaniyah dari Persia penganut Zorostrianisme di timur dan Byzantium penganut Kristen di barat. Sementra itu, Mekkah yang tak dihiraukan memiliki Kak’bah, Hajar Aswad, juga Sumur Zamzam, diikuti oleh kelahiran Muhammad S.A.W yang menerima wahyu pada 610M. Sepeninggal Muhammad, terjadi perpecahan diantara umat muslim, dan sepeninggal Ali (661), Bani Umayyah memindahkan kekhalifahan ke Damaskus hingga Bani Abbasiyah mengambil alih (750). 

Dibawah kekhalifahan Bani Umayyah bernama Muawiyah (661), setelah beberapa peperangan melawan Persia dan Byzantium, kekhalifahan disibukkan dengan mempertahankan diri hingga tidak sampai 10% penduduknya yang beragama Islam. Selama 40 tahun pertama di Damaskus, umat Muslim beribadah di gereja kecil bersama umat Kristen hingga khalifah al-Walid membangun masjid. Revolusi pertanian (rotasi tanaman dan naura), mengarahkan Musa al-Khawarizmi mendemonstrasikan teknik aljabarnya yang baru. Pada 690-an, Khalifah Abdul Malik menetapkan bahasa Arab untuk semua dokumen resmi, diikuti pembuatan uang logam sendiri, yang mengarahkan pada penerjemahan buku sains ke dalam bahasa Arab. Pada 747, bendera hitam revolusi Bani Abbasiyah berhasil mengalahkan Dinasti Umayyah yang berada dibawah kepemimpinan Marwan.

Dinasti Abbasiyah menjadi Zaman Keemasan ilmu pengetahuan Islam dengan ibukota Baghdad yang mendirikan kota bundar. Pergerakan penerjemahan karya-karya Yunani berlangsung lambat di zaman al-Mahdi (775-786) dan Harun ar-Rasyid (786-809), namun berlangsung pesat di masa al-Ma’mun. Dimana buku dari bahasa lain (seperti dari Asia Selatan) juga diterjemahkan. Para penerjamah pun bukan hanya sekedar menerjemahkan, namun juga memberikan pendapat mereka, seperti yang dilakukan oleh Hunayn, Qusta dan Thabit, juga al-Kindi. Penerjemahan tersebut berlangsung lebih dari dua dasawarsa sebelum berangsur-angsur menghilang. 

Puncak zaman keemasan berada dibwah kekhalifahan al-Ma’mun (813-833), yang memenangkan perang saudara dan berhadapan dengan Byzantium. Pertemuannya dengan Aristoteles dalam mimpi, mengarahkan al-Ma’mun untuk membangun Baitul Hikmah. Al-Ma’mun sendiri merupakan seorang yang ambisius, terbukti dari pengumuman perang terhadap Byzantium pada 830. Sebagai penganut Muktazilah, al-Ma’mun memaksakan pemikiran bahwa ‘al-Qur’an diciptakan’ pada masyarakat, sehingga timbul perlawaanan dari para Ulama’ termasuk Imam Ahmad bin Hambal. 

Revolusi Abbasiyah di tahun 750 membantu terciptanya jurang pemisah antara timur dan barat setelah pembantaian keluarga Umayyah dalam makan malam rekonsiliasi di Damaskus. Abdur Rahman, pangeran Umayyah yang selamat, berhasil memproklamirkan dirinya sebagai penguasa Cordoba dan berusaha menyaingi Baghdad yang dideklarasikan pada 929. Salah satu ilmuan Andalusia di periode ini ialah Abbas bin Firnas (pelopor penerbangan). Di abad ke-12, di Toledo, al-Zarqali berhasil membuat desain astrolab dan jam air rumit, bahkan berkontribusi untuk buku Tables of Toledo. Salah satu dokter Andalusia yang paling popular adalah Ibnu Shuhaid. Terdapat tiga filsuf ternama; Ibnu Rusyd, Ibnu Arabi, dan Musa bin Maymun. Pada abad ke-11 kendali Bani Umayyah mulai surut dan di tahun 1090, Cordoba dikuasai oleh Dinasti Almoravid, yang bertahan satu abad dan diikuti oleh Dinasti al-Muwahiddun, yang memerintah mulai dari 1130 M sampai 1269 M. Dimana periode ini telah meghasilkan dua orang ahli geografi dan petualang Islam yang paling terkenal: al-Idrisi dari Cordoba dan Ibnu Battuta. 

Lemahnya Finasti Abbasiyah, mengarahkan Bani Fatimiah mendeklarasikan kekhalifahan sendiri di Afrika Utara pada 909, diikuti oleh pemimpin Bani Umayyah di Cordoba 20 tahun kemudian. Dengan Kairo sebagai ibukota, Bani Fatimiah memerintah hingga tahun 1171 dengan menganut aliran Ismailiyah dan mewariskan Al-Azhar, juga melahirkan ilmuwan seperti Ibnu Sina dan Hassan ibnu al-Haitham. Kairo juga memiliki rumahsakit-rumahsakit dengan fasilitas modern. Tahun 1219, pasukan Mongol dibawah pimpinan Jenghis Khan menghancurkan kota-kota Islam setelah menaklukkan China, diikuti Hulaku (cucu Jengis Khan) pada 1256 & 1258, ditambah invasi pasukan Tartar pada 1384. 

Karunia terbaik dari Allah adalah kesehatan, dimana berbagai pemikiran Yunani kuno menjadi inti pengobatan Islam. Seperti buku-buku karya Galenus (abad 1) yang diperbarui oleh al-Razi (abad 9). Lahir di tahun 980, Ibnu Sina dengan keahlian sebagai dokter yang melegenda dengan karya al-Qanun fi al-Thibb, hidup dalam kekacauan politik yang membuatnya selalu berpindah-pindah. Ahli bedah terhebat di masa Islam adalah Abul-Qasim Al-Zahrawi, diikuti Ibnu al-Nais sebagai dokter jantung. Sufisme mulai berkembang dengan mengutaman Zuhud, diikuti oleh al-Thibb al-Nabawiyah (Ilmu Pengobatan Nabawi) karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. 

Datangnya Islam telah menempatkan ilmu astronomi ke posisi yang terhormat, dipicu oleh ketepatan waktu sholat,  menghadap Kakbah, dan kalender Qomariyah, yang menciptakan observatorium-observatorium dan ahli-ahli astronomi. Salah satu ahli astronomi awal adalah Ibrahim al-Fazari, pembuat astrolab pertama di dunia Islam, yang mengarahkan pembuatan zij, sementara observatorium pertama didirikan pada tahun 820-an oleh al-Ma’mun di Baghdad dan di Gunung Qasiyun dekat Damaskus. Disaat Alamut ditaklukkan oleh Hulaku (cucu Jengis Khan), al-Thusi menjadi ahli astrologi pribadi Hulaku dan mendirikan observatorium terbesar di Malagha, Persia, sehingga ditemukan teori Kopel Thusi yang mengarahkan ditemukannya teori Copernicus. 

Perkembangan dari aritmetika ke aljabar merupakan langkah dari ada ke ”menjadi”, dari dunia Yunani ke dunia Islam yang hidup melalui al-Khawarizmi dengan penghitungan linear dan kuadratika-nya. Di awal abad ke-11 di Kairo, Hassan ibnu al-Hai-tsam, meletakkan sejumlah prinsip dasar kalkulus integral, diikuti penemuan solusi atas tiga belas jenis perhitungan kubik oleh Umar Khayyam setengah abad kemudian, yang juga mencoba membuktikan apa yang disebut sebagai Postulat Kelima Euklides.  Desain geometri menghiasi sejumlah masjid paling terkenal dunia berkat al-Farabi (abad 9) dan Abul Wafa (abad 10). Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan keagamaan telah mendorong pendalaman ilmu. 

Tidak ada ahli kimia yang lebih tersohor pada zaman Islam di-bandingkan Jabir bin Hayyan, yang dalam bahasa Latin dikenal sebagai Geber, yang kitab-kitabnya mewakili keberhasilan ilmiah yang luar biasa dan telah meletakkan berbagai dasar ilmu kimia modern. Sekitar satu abad setelah Jabir, al-Razi mulai melanjutkan apa yang telah ditinggalkan Jabir.

”Banu Musa bersaudara”: Ja’far Muhammad, Ahmad, dan al-Hasan, tinggal di Baghdad semasa pemerintahan Khalifah al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah di awal abad ke-9, menghasilkan karya Kitab al-Hiyal (Kitab Alat-Alat) pada tahun 830-an. Pada abad ke-11, al-Zarqali membuat jam air di Toledo diikuti karya The Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices (1206). 

Ilmuwan Islam (seperti Hunayn) juga mendukung teori Extramission yang didukung Plato dan dikritik Aristoteles yang mendukung teori Intromission, yang juga didukung oleh al-Razi dan Ibnu Sina, diikuti Ibnu al-Haitsam dengan Kitab al-Manazir (Kitab Optika), yang memberikan pengaruh besar pada Johannes Kepler. Hal ini menunjukkan bahwa universitas Islam menjadi pelopor untuk universitas di Eropa. Semua itu menunjukkan bahwa pengetahuan cendikiawan Islam tentang optika, astronomi, ilmu kedokteran, dan berbagai ilmu lainnya telah di-kembangkan di tempat lain, khususnya di India dan Yunani kuno, yang kemudian dikerjakan di Eropa pada abad ke-15 dan 16-an. 

Menipisnya bukti sains yang maju pada zaman Islam berbarengan dengan abad-abad terakhir kekuasaan Islam dan bangkitnya negara-negara Eropa Barat sebagai kekuatan militer dan perdagangan. Bangsa Utsmaniyah pun mulai menggunakan teknologi Barat dan Eropa jauh sebelum abad ke-19, diikuti sistem pendidikannya. Penemuan bahasa Hindustani (urdu) oleh John Gilchrist, membuat warisan ilmiah zaman Mughal terlupakan, diikuti penutupan sekolah-sekolah, hingga pendirian negara Pakistan. Sayyid Ahmad Khan mencontoh Oxford dan Cambridge dengan analogi atas Baghdad di abad ke-9. Namun seperti wabah yang menjangkit India di akhir abad ke-19, ilmuwan tradisional cenderung menolak ilmu pengetahuan baru. Imperium Inggris dan Islam memiliki banyak kesamaan, seperti memerintah di daerah yang hampir sama, mendorong masyarakat untuk menganut ke agama yang mereka anut, serta menggunakan sains dan teknologi untuk memenuhi berbagai kebutuhan kompleks imperium yang terus berkembang. 

Penjajahan di banyak negara berkembang ikut berperan dalam mempercepat kemerosotan sains dan pendidikan di dunia Islam. Sains di dunia Islam tidak lagi berkembang disebabkan sains diasosiasikan dengan penguasa otoriter. Pelajaran penting dari masa lalu adalah masyarakat Islam bersedia mendengar dan mendiskusikan berbagai pemikiran baru bahkan bila me-reka tidak setuju dengannya.

 

Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat]
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.
Saturday, November 17, 2018 0 comments

Sinopsis "Dilan: Dia adalah Dilanku tahun 1991" Bahasa Indonesia

 

Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1991 
By: Pidi Baiq

Aku Milea Adnan Hussain. Kepindahanku ke Bandung, membuatku bertemu dengan Dilan dan akhirnya resmi berpacaran pada 22 Desember tahun 1990.

Dilan mengantarku pulang melalui jalan Buah Batu, dimana kami saling tertawa dibawah guyuran hujan. Setibanya di depan rumah, Dilan mengajakku untuk berciuman, yang tentu saja kutolak dengan senyuman.

Setelah makan di warung mi kocok Mang Dadeng, Wati dan Piyan main ke rumahku, dimana kami saling bercerita tengtang Dilan yang membuat kami saling tertawa. Di tengah-teengah percakapan, aku menerima telepon dari Dilan dan terlibat percakapan singkat. Malam harinya, aku tetap dilanda kekhawatiran atas kemungkinan Dilan dikeluarkan dari sekolah. Setelah menerima telepon dari Kang Adi, kutelpon Dilan, dimana aku juga bertelponan dengan Bunda. Di akhir percakapan, kuterima ajakan Dilan untuk tidur bareng di jam 21.00.

Keesokan harinya, sesuai janji, Dilan menjemputku untuk berangkat ke sekolah. Dan di tengah-tengah jam Istirahat kudapati Dilan terluka akibat dikeroyok oleh beberapa orang yang Dilan sebut sebagai agen CIA. Karna sekolah sedang jam bebas, aku menerima ajakan Dilan untuk langsung pulang dan membawanya ke rumahsakit. Setibanya di rumah, Bibi memberikan surat padaku, dari Beni, yang meminta untuk berbaikan.

Saat malam minggu, aku yang sedang telponan dengan Dilan, mendapati kedatangan Kang Adi, dan Dilan menyarankanku untuk pura-pura marah. Tak lama berbincang-bincang dengan Kang Adi, Dilan datang bersama teman-temannya, mengungkapkan padaku bahwa ia hendak mrayakan hari jadian kami, dengan Kang Adi sebagai saksinya. Saat Dilan pamit pulang, aku meminta ikut, sehingga Dilan membawaku berkeliling bersama geng motornya.

Aku dijemput Bang Fariz menuju rumah Tante Anis, dimana Ayah, Ibu, dan juga Airis sudah terlebih dahulu berada disana. Tante Anis memberikan sambutan hangat padaku, disusul dengan terus-terusan menjodohkanku dengan Yugo. Aku hanya menanggapi sekenanya karna tak ingin merusak suasana.

Malam harinya, saat Yugo datang berkunjung ke rumah, kuterima informasi dari Piyan bahwa Dila  hendak melancarkan serangan balasan. Mendapati hal itu, aku segera pergi ke Trina untuk mencegah Dilan dengan diantarkan oleh Yugo. Sekembalinya di rumah, aku terus menerus dilanda kekhawatiran mengenai keadaan Dilan, dimana aku harus menemani Yugo yang memutuskan untuk tidak langsung pulang.

Aku bangun cukup pagi dan segera kepikiran keadaan Dilan di hari libur Natal ini. Mendapati ayah dan ibu hendak pergi ke Cicendo terus ke BIP, aku setuju untuk ikut, dimana Yugo yang datang berkunjung juga ikutserta. Mendapati suara telepon berdering, segera kuangkat hanya untuk mendapati Beni yang menelpon, mengungkapkan ia sedang ada di dekat rumah dan bermaksud untuk mampir.

Dari BIP, Ibu, Ayah, dan Airin pergi ke daerah Purnawarman, sementara Aku menemani Yugo yang memutuskan untuk jalan-jalan, bahkan mengajakku menonton bioskop. Aku mengiyakan ajakan Yugo hanya untuk mendapati Yugo berusaha menciumku dalam bioskop. Dipenuhi kekesalan dan kemarahan, kutinggalkan Yugo dan kutelpon rumah Dilan hanya untuk mendapat informasi bahwa Dilan tengah berada di penjara.

Ditemani oleh Piyan dan Wati yang datang untuk menghibur, aku kemudian menelpon Bunda yang menjelaskan bgaimana  Dilan. Dengan kedatangan Ayah dan Ibu, yang kemudian disusul oleh Yugo, aku menjelaskan pada Ibu tentang perlakuan Yugo dan beranjak ke kamar ditemani Wati untuk menghindari Yugo.

Aku berangkat ke sekolah bersama Ibu untuk menerima rapor. Di sana kami bertemu dengan Bunda, Piyan dan Wati yang juga bersama ibu mereka. Aku memutuskan untuk pulang belakangan bersama Bund, dimana kami kemudian berhadapan dengan Ibunya Anhar. Dalam perjalanan pulang, aku mampir terlebih dahulu ke rumah Bunda dan berkenalan dengan Ayahnya Dilan.

Kamis, 27 Desember 1990, acara Porseni sekolah dimulai, dan aku ditunjuk sebagai seksi acara lomba melukis dan pembacaan puisi.

Sepulang sekolah, kujenguk Dilan di penjara dengan membawa roti isi buatan ibu. Di sana, aku terlibat perbincangan dengan Dilan, dimana kujelaskan perihal Yugo padanya.

Di hari penutupan Porseni, Pak Dedi, salah satu juri yang akan manggang di sekolah, bersikap berlebihan padaku, dimana hal itu kuceritakan pada Wati.

Malam ini Tante Anis dan Yugo berlunjung ke rumah, dimana Tante Anis memintaku untuk memaklumi dan memaafkan Yugo. Tak lama kemudian, kudapati Dilan datang dan kutunjukkan pada semuanya dengan penuh emosi bahwa Dilan adalah pacarku.

Malam tahun baruan dirayakan bersama Dilan dan teman-temannya di rumahku. Dengan gaplek dan bakar-bakar jagung, sosis, dan sate, sebagai pengisi waktu. Saat hampir tengah malam, kuterima telpon dari Bunda, yang kemudian datang ke rumah.

Hari ini Dilan datang ke sekolah, ternyata untuk berpamitan pada guru-guru. Dari warung Bi Eem, aku mengajak Dilan jalan-jalan, dan ia mengajakku mampir ke Warung Kang Ewok. Lalu kuajak Dilan nonton film di Kiara 21.

Saat mengajar di kelas, Pak Dedi lebih banyak membanggakan diri dan berusaha mendapatkan perhatianku, dimana ia kemudian menyerahkan sebuah puisi padaku. Puisi itu kutunjukkan pada Dilan yang kemudian membacakannya untuk Bi Eem. Di hari lain, Pak Dedi bergabung bersama kami di kantin untuk menunjukkan karya vignette-nya.

31 Juli 1191, setibanya di sekolah Wati memberitahuku bahwa Akew meninggal dikeroyok. Aku pun langsung cemas dan Dilan datang ke sekolah berusaha menenangkanku. Menyadari bahwa geng motor adalah penyebab kematian Akew, aku memutuskan untuk bersikap dingin pada Dilan yang masih ikut-ikutan geng motor.

Mendengar kabar bahwa Dilan kembali ditangkap polisi karna melakukan pengeroyokan terhadap kelompok yang diduga mengeroyok Akew, membuatnya diusir dari rumah, aku segera pergi menemuinya yang saat itu berda di rumah Burhan untuk mengungkapkan akhir hubungan kami. Bunda yang mengetahui bahwa Dilan tidak tinggal di rumah Piyan, mengajakku untuk pergi menemui Dilan dan mengajaknnya ke Dago Thee Huis. Bunda memarahi Dilan habis-habisan sehingga Dilan kemudian tinggal di rumah Piyan.

Hari-hari tanpa Dilan berjalan begitu hampa, meskipun kadang aku mengobrol dengan Budan dan juga Piyan untuk mengetahui keadaan Dilan. Waktu berlalu dan aku diterima di UI, dimana aku kemudiaan berpacaran dengan Mas Herdi. 35 Juli 1992, aku kembali ke Bandung untuk menghadiri acara pemakaman Ayah Dilan.

7 Juni 1997, saat acara ulangtahun atasan Mas Herdi, aku bertemu Dilan di kantor Mas Herdi. Setelah saling menyapa, aku terpaksa menemani Mas Herdi untuk menghadiri acara. Namun pikiranku tak berhenti memikirkan Dilan, membuatku kembali untuk mencari keberadaan Dilan.

Jatuhnya Suharto, membuat ayah kembali ditugaskan di Jakarta, sehingga rumah di Bandung dijual. Kebereskan barang-barang yang kembali mengingatkkanku akan kenangan bersama Dilan, dan aku pun pergi meninggslkan Bandung dengan ucapan selamat tinggal pada semuanya.

Dilan, ketika aku akhirnya menikah dengan Mas Herdi, aku masih selalu ingat dirimu.

 

Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat]
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.
Saturday, November 10, 2018 0 comments

Sinopsis "Kematian Sebuah Bangsa - Kahlil Gibran" Bahasa Indonesia

Yusif El Fakhri adalah seorang gila yang menarik perhatianku. Dengan adanya badai prahara yang menerpa, aku berusaha singgah di pertapaan Yusif yang ternyata tengah memegang seekor burung sekarat dan menerima kedatanganku dengan baik. Menyadari kesangsianku mendapati hidangan perjamuannya, Yusif mengungkapkan bahwa ia menyendiri bukan untuk beribadah melainkan untuk menghindari manusia. Yusif juga mengungkapkan bahwa tak seorang pun di bumi ini yang bisa menyelamatkan manusia yang mencintai kesia-siaan dan tak menyadari betapa pentingnya kebangkitan jiwa. Satu jam kemudian, Yusif yang bermaksud keluar untuk merasakan akrabnya ekspresi alam, mengharapkanku untuk belajar mencintai prahara.

Manusia adalah budak kehidupan, penyakit abadi yang diwariskan tiap generasi kepada penggantinya. Kutemukan perbudakan buta, bisu, tuli, lumpuh, buruh, halus, membelit, bengkok, dan hitam, dengan mayat sebagai sosok kebebasan.

Putri-putri laut mengerumuni mayat seorang pemuda dan menebak-nebak apa gerangan yang menimpa si pemuda hingga mereka mendapati sepucuk surat cinta dari sang kekasih di saku pemuda tersebut.

Kamilah putra-putra penderitaan, sedang kalian putra-putra keriaan. Kalian putra pengejar surga dunia, yang tinggal di rumah kebodohan. Kami menangis, menaruh simpati pada si miskin, pada isakan dan ratapan si lemah yang tertindas. Kamilah putra penderitaan, sedang kalian putra keriaan. Kalian telah menegakkan piramida dan mendirikan Babilonia. Dan sejarah berulang kembali pada bangsa-bangsa yang merestui kami, namun menghujat kalian. Kami menghampiri sebagai teman, tapi kalian menyerang kami sebagai musuh. Kami tegakkan istana kalian, tapi kalian gali kuburan kami. Sejak hari alastu, kalian memerangi kekuatan kami yang lembut dengan kelemahan kalian yang kasar. Kamilah putra penderitaan, dan derita adalah mega keemasan, menyirami umat manusia dengan pengetahuan dan kebenaran.

Musim semi 116 SM, ditengah-tengah doa dalam kuil Ishtar, Nathan menerima kabar bahwa kekasihnya telah siuman hanya untuk mendapati sang kekasih mengucapkan salam perpisahan. Musim semi 1890 M, Ali El Hosseini, seorang pengembala domba di Lembah Ngarai, menatap langit bagai seorang filosof yang memuji dan merenungi rahasia-rahasia Alam Semesta hingga ia disadarkan dengan kehadiran seorang dara jelita di seberang parit.

John mempelajari Injil Perjanjian Baru disaat para pendeta menolak membaca Kitab Suci disertai ancaman pengucilan bagi pemilik-Nya. John membawa lembunya untuk merumput dan asyik menyerapi al-Kitab, membuatnya kehilangan si lembu dan menemukannya terikat di biara St. Elija dikarenakan lembu tersebut telah merusak perkebunan. Dengan penuh keibaan, John meminta maaf berulang kali hanya untuk mendapati Kepala Pendeta bersikeras agar John mengganti kerugian atas nama Tuhan, membuat John mengeluarkan Injil-nya dan memberikan kata-kata balasan. Mengetahui anaknya dipenjara, Sang Ibu, Sara, pergi menemui Kepala Pendeta yang kemudian mengatakan: “Kami akan mengampumi putramu karena kegilaannya”. Paskah tiba, dan gereja baru di kota Besharri berdiri megah diantara gubuk-gubuk orang miskin. Pendeta tinggi tiba dengan arak-arakan kebesaran, memaksa John untuk berbicara demi kepentingan si miskin yang tertindas.

Ke manakah kau akan membawaku, O Bidadariku yang mempesona! Berhentilah sejurus dan dengarlah daku! Aku bak sebuah pikiran, sebuah mimpi… Kemudian kau menangkap khayalanku… Aku pun menjadi mabuk… Kebebasanku telah pulih dan aku siap untuk melayang… Akankah kau menerima sebuah hati yang mencinta, namun tak pernah memberi?

Rachel bersiap untuk menyongsong matahari, didampingi seorang pendeta yang mendoakan dan mengarahkan sang suami yang sangsai untuk beristirahat. Pendeta tersebut terdera konflik aneh dan mengungkapkan penderitaanya pada Rachel yang diiringi penyesalan, sehingga ia segera memohon pengampunan Tuhan.

Bangsaku berlalu, tapi aku tetap ada… Bangsaku mati dalam kesakitan, disini aku hidup makmur dan damai… Apa yang dapat dilakukan seorang putra terbuang untuk bangsa yang mati kelaparan!? Ya, tapi kematian bangsaku adalah dakwaan diam. Bangsaku mati di tiang salib… Apa yang dapat diperbuat untuk mereka yang sekarat!? Penderitaan kita tidak akan memuaskan kelaparan mereka.

Setangkai Violet hidup tenteram hingga ia melihat setangkai Mawar yang tinggi. Mengetahui hal itu, sang Mawar berusaha menasehati, begitu juga sang Alam, yang terpaksa memenuhi keinginan sang Violet. Prahara tiba untuk menghujam bumi, menyisakan sekelompok violet-violet kecil. Ratu Violet mengajak keluarganya merenungi Ketamakan sang Violet yang telah menjadi sang Mawar), dan mendapati sang Mawar yang sekarat dengan bangga mengungkapan: “Cita-cita di seberang eksistensi adalah tujuan utama dari kemakhlukan kita.”

Pada hari ini dari tiap-tiap tahun, jiwa-jiwa Kristen menunggang di atas sayap kenangan dan kemanusiaan berdiri meratap dibawah penderitaan Orang Nazareth. Seni Engkau, pada Tiang Salib, lebih mulia dan bermartabat daripada seribu raja di atas seribu singgasana di dalam seribu kerajaan. Ampunilah si lemah, karena tak tahu bahwa setiap hari adalah hari-Mu.

Di malam pesta perayaan, aku menghindari kerumunan, dan menemukan seorang pria yang juga merasa terkucil. Ia menyapaku dan mengungkapkan bahwa ia adalah orang asing di kota ini dan setiap kota. Ia telah mengetuk pintuku dan semua pintu seribu kali, dan tak memperoleh jawaban. Aku pun berusaha menenangkan diri dan menyadari bahwa nyanyian hati adalah suara dari surga.

Di kesunyian malam yang mengerikan, hantu-hantu berjingkrakan di sekitarku bersama kengeriannya. Dengan suara menggelegar, Ia mengatakan bahwa pekerjaan penggali kubur bagus untukku, mengingat banyaknya orang yang mati, dimana kata-kata kosong (ketuhanan) di tempatkan di bibir-bibir mereka oleh masa lalu dan bukan oleh pengetahuan.

Pabila kedua belas dari suatu masa yang berabad-abad telah tiba, tiga Dewa muncul di atas pegunungan. Mereka berkata: Rasa bosan adalah semangatku atas semua yang ada, dan semua yang kulakukan hampa dan sia-sia. Meski demikian, sebagai santapan untuk dewa-dewa manusia kan menjadi selera dewata. Manusia tak bernyali, jadi berani karena keinginan kami. Dan kesengsaraan diatas kesengsaraan menanduskan bumi yang sia-sia. O, Jiwaku, keheningan adalah wajahmu. Tangan siapa yang akan membebaskan kau dari penjaramu? Aku berbicara sungguh-sungguh, dan kau hanya mendengar kata-katamu sendiri. Tapi cinta akan tetap tinggal, dan bekas-bekas jarinya takkan terhapus.


Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat]
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.
Saturday, November 3, 2018 0 comments

Sinopsis "Misteri Ramadhan" Bahasa Indonesia


Misteri Ramadhan
By: Sa’îd bin Musaffar al-Qaththâni

Target utama puasa ialah untuk membangkitkan kataqwaan, yang membuat kita semakin sadar akan muraqqabah, sehingga kita semakin taat dalam kebaikan dan tercegah dari kemungkaran, dimana puasa juga menimbulkan rasa empati terhadap sesama, terutama fakir miskin. Dari itu, berpuasalah dengan diiringi membaca Al-Qur’an, Qiyamullail, sedekah, mendermakan makanan, berdakwah, bertaubat, berzikir, berdoa, berbakti kepada orangtua, mencari malam Lailatul Qadar, Umrah di bulan Ramadhan, berperilaku baik, mengefisienkan waktu, mengeluarkan zakat, beri’tikaf, dan menunaikan zakat fitrah.

Secara umum ibadah puasa mendidik keikhlasan dan beramal hanya untuk Allah semata (tidak riya’). Selayaknya firman Allah dalam hadist Qudsy; “Puasa itu milikku”.

Puasa membawa pelajaran berharga tentang disiplin dan hidup teratur, juga mengajarkan kita untuk menghargai detik demi detik perjalanan waktu.

Puasa memutuskan semua faktor penghambaan kepada selain Allah dan akan mewariskan kemerdekaan dari perbudakan syahwat.

Bulan Ramadhan merupakan kesempatan besar untuk mengadakan perubahan sebagai obat mujarab bagi kebiasaan-kebiasaan buruk yang sulit ditinggalkan, sehingga kita menjadi semakin lebih baik.

Tidak diragukan lagi bahwa puasa merupakan ajang pendidikan dan pelatihan bagi kesabaran dan ketabahan. Jalan kesabaran adalah ibadah, kuat dalam beribadah, pandai memanfaatkan waktu untuk kebajikan, ikhlas dalam beramal, dan konsisten menjalankannya.

Puasa membina akhlak dan perilaku, mengarahkan pelakunya untuk menjaga perkataan, penglihatan, dan pendengarannya.

Puasa yang benar mampu menjadikan manusia mengenal lebih dalam tentang nikmat Allah dan menjadikannya pandai memanfaatkan nikmat-nikmat tersebut di jalan Allah.

Puasa juga sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh.

Kosongnya perut dari makanan dan minuman, bisa menjadikan hati semakin cemerlang, melembutkannya, dan mengonsentrasikannya untuk berdzikir dan berpikir.

Puasa juga merupakan ibadah yang dapat mengendalikan syahwat.

Orang yang berpuasa otomatis meninggalkan beberapa urusan duniawi, sehingga ia lebih terpacu dalam menggapai pahala dari sisi Allah sebagai bekal akhiratnya kelak.



Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat]
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.

 
;