Friday, February 23, 2024 0 comments

Sinopsis "The Great Shifting - Rhenald Kasali" Bahasa Indonesia

 The Great Shifting
by: Rhenald Kasali

Ketika produk menjadi platform, kita perlu menghadapi serangan ekonomi para platform global dengan platform, bukan dengan produk. Sebagaimana Steve Jobs yang mengembalikan kejayaan Apple dengan iPod, kita harus keluar dari perangkap “produk” menuju platform. Sebagaimana Singapura yang menghadirkan Sea Ltd. (seagroup.com), negara yang salah mengandalkan produk pun bisa saja terjungkal. Sebagaimana Havas yang mengakuisisi Victors & Spoils, kita tengah beralih dari paradigma “produk” dalam bisnis konvensional ke online platform dalam perekonomian digital, begitu pula dengan FuelBand Nike. Platform merupakan sebuah blueprint sharing economy yang bersifat multisided dan menciptakan shifting kehidupan. Sejak revolusi digital yang diperkuat oleh globalisasi dan internet of things, perusahaan-perusahaan dan negara telah berubah menjadi tanpa batas (boundaryless). Dunia digital menghadirkan cara baru yang sifatnya multisided dan melahirkan network effect, dan platform hadir sebagai sebuah struktur yang dijalani sekaligus untuk mempertemukan beragam kebutuhan. Platform-based-economy menhasilkan a winner takes all, sehingga bangsa ini membutuhkan banyak platform untuk mengimbangi serangan platform internasional (bukanlah lebih baik mengendalikannya daripada dikuasai?!).

Jika perilaku manusia pindah ke dunia online, psikologi pun berpindah menjadi cyberpsychology. Bayi yang lahir di abad 21 ini, bisa jadi, dibesarkan dengan pola asuh dan hubungan emosional yang berbeda. Platform juga lahir dalam mempertemukan orang-orang yang dulu hidup di alam yang tidak biasa.  Cyberpsychology mulai menggeliat sejak 1990. Sebagaimana obat-obatan terlarang, manusia juga bisa kecanduan dengan pamakain smart-phhone-nya. Efek cyber lainnya adalah online disinhibition effect (ODE). Dunia digital telah “mempermudah” cyberstalking, yang mengarah pada pemerasan, bahkan berlanjut menjadi cyberbullying, yang dapat memicu korban untuk memutuskan bunuh diri. Online games (internet) juga bisa menimbulkan kecanduan, bahkan guncangan-guncangan kejiwaan yang bisa membahayakan nasib orang lain. Dunia maya juga menjadikan hubungan percintaan semakin mudah (kencan online), namun juga seringkali berbahaya. Go online telah mengurangi kontak mata antara bayi dan orangtua, sehingga merenggangkan kedekatan emosional, yang penting untuk kepercayaan diri dan optimisme anak. Dari itu penting untuk dimengerti bahwa teknologi tidak akan pernah mampu menggantikan cinta manusia.

Cyberspace membuat para pelaku criminal merasa aman bergerak karena mereka dapa menyembunyikan identitas (anonymity), memanipulasi foto atau jati diri, bahkan menggunakan identitas orang lain. Hal ini sebagiamana kasus Dwyer (the master) dan O’Hara (the slave), juga the internet’s first serial killer; Edward Robinso. Hal ini terjadi disebabkan adanya fantasi kekerasan sebagaimana sebuah studi yang mengungkapkan bahwa 50% pria memiliki fantasi kekerasan saat bercinta dan 57% wanita yang menikah mengaku memiliki fantasi diperkosa saat bercinta dengna pasangannya. Hal-hal ini juga menunjukkan kebenaran teori Freud (1899) yang menjelaskan bahwa mimpi yang dialami manusia adalah pemenuhan keinginan (wish fuldillment) dari alam bawah sadar yang ditekan pemiliknya. Fear of missing out (gomo) menjadikan apa yang ada di media sosial berbeda dengan realitasnya, sebagaimana #IWokeUpLikeThis, dan mengarah pada hidup dalam kebohongan. Kisah Lissette Calveiro dan Angela Lee menegaskan bahwa segala hal yang terlihat di lama sosial seseorang kebanyakan adalah kebohongan atau informasi yang dibuat-buat. Kiranya ungkapan “lain di mulut lain di hati” juga berlaku untuk dunia rill dan dunia maya. Powerful-nya big data dalam penggiringan opini publik terbukti dalam insiden penembakan pada Desember 2015.

Waktu merupakan hal terpenting yang menetukan keberhasilan sebuah usaha. Shifting juga tengah terjadi dalam ilmu statistic, dari prinsip time series (time to time) menjadi real time (bergantung pada survei dan sampel). Penemuan Maury(1848) dan Malthus (1826) menunjukkan penggunaan time series, hingga jaringan internet mengubah segala sisi kehidupan manusia. Big data berkembang dalam tiga tahap dan terdiri dari tiga elemen (volume, variety, dan velocity). Kisah Adrian dan Kusno mengungkapkan bahwa internet menggunakan filter buble; menunjukkan sesuatu yang sesuai dengan minat pengguna dan menyembunyikan sudut pandang lain yang berseberangan. Sebagaimana Gojek (heatmap), big data kini dipakai sebagai salah satu “bahan baku” pembuatan system real time. Hampir semua aspek kehidupan bersinggungan dengan teknologi real time; online game & gambling. ramalan cuaca, dan kolaborasi. Teknologi real time akan terus berkembang, sebagaimana AI, machine learning, dan deep learning.

Dalam peradaban digital, kita cukup berbagi peran, aksen, dan jejaring, bukan memiliki semuanya sendiri (dari owning economy ke sharing economy). Pendekatan sharing sesederhana berkantor tanpa gedung (co-working space) carpooling keluarga Pamudjo, RelayRides, power drill, Bookalokal dan EatWith, dimana benturan dengan regulasi merupakan hal yang lumrah. Platform digital melahirkan Gerakan “Do It Yourself” (DIY), seperti Subak di Bali, Song Osong Lombhung di Madura, Paoda di NTT, dan Istana Rakyat Selara Alam di Merapi. Mereka yang berada di puncak tren adalah Uber dan Airbnb. Konsep sharing economy berdiri atas sistem trust, yang memicu tradisi rating, begitu juga dengan Kitabisa.com. kecepatan, kemudahan, akses, dan harga yang lebih murah, menjadi fondasi dari konsep sharing economy, dimana ia juga memberi kesempatan kepada powerless individual untuk memanfaatkan asetnya langsung kepada konsumen tanpa perantara (micro-entrepreneurs).

3D printing akan menibulkan shifting yang lebih besar lagi, sebagaimana Robohand, 3D scanner, Bioprinter, mobile printer 3D. bahkan BIM yang telah berkembang dari 2D ke 7D. Seperti ungkapan Steve Jobs; teknologi yang berkembang sejatinya kembali kepada manusia, apakah manusia mampu menggunakannya untuk hal positif atau malah sebaliknya. Suatu masalah bisa diatasi oleh kehadiran teknologi, tetapi jangan lupa, setiap Solusi selalu menimbulkan masalah-masalah baru.

Kasus ketidakpatuhan dalam berobat—disebabkan waiting game--semakin menurun dengan adanya precision medicine, dimana setiap orang bisa memeriksa kondisi kesehatannya di mana pun dan kapan pun secara real time. Sebagaimana kisah Keluarga Alan, waiting game mempertaruhkan nyawa, dan dr. Viswanathan Mohan menerapkan frugal innovation di India, yang mengubah hubungan impersonal antara dokter dan pasien menjadi personal. Begitu juga halnya dengan CellScope dan fitnees wearable, yang mengarah pada medis autopilot dan self-care; seperti iShrine. Big data berperang penting dalam cara berpikir artificial intelligence merangkai pola berpikir manusia, begitu juga dalam kesehatan, sebagaimana teknologi Mango Mirror.

You can learn anything, for free, for everyone, forever. Sebagaimana entertainment kelas dunia begitu mudah diakses kaum muda (youtube), begitu pula dengan para ilmuwan kelas dunia (ceramah dan riset). Tentu dengan cepat saya mengatakan bukan pekerjaan yang hilang, melainkan job-nya yang berubah, sebagaimana laporan PBB; The Learning Generation. Teknologi dalam Pendidikan dengan sifat yang serba-instan, membuat kemampuan yang dimiliki pun tergolong instan. Sebagaimana metoda “The Power of Yet” di Chicago, ilmu adalah sesuatu yang dinamis. Salah satunya adalah metoda yang dikenal sebagai Massive Open Online Course (MOOC), seperti indonesiax.co.id dan Ruangguru. MOOC menjadikan semuanya tanpa pagar (boundaryless), meruntuhkan batas-batas tempat dan usia. Untuk melakukan shifting di dunia Pendidikan, kita perlu melatih Executive Funcitoning (working memory area, cognitive flexibility, dan inhibitory control) sejak dini (Tk).

Teknologi telah mengubah pikiran, perasaan, dan tindakan manusia, yang memicu kebutuhan akan adanya pengakuan (self-esteem). Dari labor class (pekerja) ke Leisure class (pekerja yang mapan), dan sekarang esteem economy (kumpulan manusia yang rindu pengakuan). Berbeda dengan leisure, esteem seringkali membutuhkan usaha lebih sebagaimana hotel gantung di Tebing Parang dan selfie bawah air di Desa Ponggok. Hal ini sebagaimana Hirarki Maslow perihal kebutuhan manusia: fisik, rasa aman, persahabatan dan cinta, esteem, dan aktualisasi diri. Pencarian pengakuan tersebut telah menciptakan sebuah potensi ekonomi; esteem economy. Tak hanya sektor pariwisata, kuliner pun ikut terkena imbasnya.

Shifting dalam ritual budaya pun bisa terjadi, sebagaimana budaya lobola di Zimbabwe yang menjadi “komersialisasi lobola”. Di Bali, budaya memadik menghadirkan budaya baru; nyentana, dan budaya Ngaben menjadi krematorium. Di era disruption yang membutuhkan kepraktisan, menghadirkan aplikasi kebudayaan seperti Halopkati.com, My Keraton, Lobola Calculator (japuik),

Terlepas dari urbanisasi megacity, Indonesia melakukan shifting ke desa melalui Dana Desa. Hal ini dalam rangka menopang pekerja muda disebabkan hilangnya pekerjaan (shifting teknologi). Esteem Economy mengarahkan BUMDes yang sukses di beberapa Desa, seperti Kalibiru di Kulon Progo, Umbul Ponggok di Klaten, Panggung Lestari di Panggungharjo, juga Jambu Klutuk di Kendal. BUMDes memungkinkan banyak pemuda desa mendapatkan pekerjaan maupun menjadi pengusaha di desanya. Keterlibatan social entrepreneur juga terlihat dari platform Akademi Desa 4.0 yang dikeluarkan Kemendesa, sebagaimana Desa Pujon Kidul.

Internet of things memaksa semuanya berubah, sebagaimana financial technology (fintech). Pelanggan menginginkan proses yang simpel dan biaya yang rendah, dan asuransi menjadi insurtech (insureance technology). Di saat produk asuransi mobil mulai tidak relevan, asuransi kesehatan dan asuransi jasa masih mempunyai prospek yang cerah, sebagaimana smart house dan smart device. Data dan analytics mengubah basis dari kompetisi, sebagaimana Telematik (Telekomunikasi dan Informatika) dalam insurtech. Dari itu, Perusahaan asuransi incumbents harus melakukan shifting, berinovasi atau berkolaborasi sebagaimana Uber Insurance.

Masyarakat semakin terbiasa melakukan berbagai aktivitas keuangannya secara digital; industri fintech mulai menggantikan perbankan. Hal ini sebagaimana Western Union dan Transferwise. Urunan dana (crowdfunding) pun telah shifting  ke fintech, sebagaimana kitabisa.com, contoh nyata perpaduan gotong royong sebagai value Masyarakat kita dengan ekonomi digital di Masyarakat urban. Urunan dana (crowdfunding) pun bisa dipakai untuk membiayai investasi, sebagaimana Kickstarter (dengan contoh Cravar), Indeigogo, dan GoFundme. Fintech memberikan kemudahan untuk mengakses pelayanan finansial, sebagaimana Go-Pay, Amartha, Finansialku, dan Investree. Indonesia sendiri telah memili unicorn (startup dengan nilai valuasi lebih dari 1 miliar dolar AS): Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.

Dalam platform, olahraga dan game menciptakan lapangan baru yang menggeser boneka, kartu, dan permainan tradisional. Terjadi beberapa kali shifting pada cara bermain anak-anak, mulai dari mainan fisik, kemudian Pindak ke game konsol dan game PC, lalu sekarang bermain game di smartphone. Hal ini sebagaimana Barbie karya Mattle (1960) yang kemudian berhadapan dengan Hasbro dan Lego. Video game telah ada sejak 1970-an, dimana pada 2018 nilai pasar game smartphones mencapai 30,2 miliar dolar sementara PC mencapai 34,3 miliar dolar. Saat ini kita bisa menikmati generasi ke-8 dari game konsol, dimana industri game sendiri telah menghasilkan pendapatan sebesar 106,5 miliar dolar pada 2017. “Gamers”, sebutan untuk orang yang bermain game, kini menjadi profesi pekerjaan untuk beberapa orang, dimana pendapatan e-sports bersikisar 456 juta dolar pada 2017.

Periklanan erat hubungannya dengan strategi komunikasi dan pemasaran, riset, karya kreatif, dan penyebarannya melalui media, dan industri periklanan pun tekenapa dampak disruption. Pada tahun 1700 surat kabar mulai dikenal, dan pada 1906 placement sebagian iklan pun shfting ke radio. Tiga puluh tahun kemudian, televisi mulai hadir disusul dengan teknik percetakan berwarna. Dan di awal abad ini perputaran uang dalam bisnis periklanan telah shifting ke platform digital. Kehadiran dunia digital menimbulkan banyak profesi baru: selebgram, youtuber, data analytics, dsb, yang memicu munculnya influencer sebagai digital advertising. Harley Davidson’s Open Road Festival medio 2017 mengajarkan kita bahwa produk boleh lama namun komunikasi harus berbeda, dimana hal ini juga dilakukan oleh Coca-Cola dan Starbucks. App Belgiumize Me menunjukkan potensi multiplatform untuk meningkatkan awereness publik (marketing gamification), begitu juga dengan Coke On dari Coca Cola, My Reward dari Starbuck, dan Magnum Temptation dari MPH. Shifting dalam industri periklanan pun tak terhindarkan karena advertising dan marketing begitu erat dengan banyak aspek kehidupan manusia, sebagaimana perkembangan teknologi virtual reality (VR), teknologi artificial intelligence (AI), dan digital associates.

Sepinya Pasar Glodok (2017) yang pernah menjadi primadona pada masa 1990-an, menunjukkan bahwa selera Masyarakat telah berubah; dari berbelajan di mal menjadi berbelanja di pasar online atau e-commerce. Kemudahan berjualan online membuat jumlah wirausahawan meningkat drastic. Administrasi perpajakan dan bea cukai pun tengah dibenahi, sehingga kita dituntut untuk beradaptasi; dari offline menuju online. Pasar online dapat menghubungan para produsen langsung kepada calon konsumennya di mana pun berada. Pertumbuhan e-commerce di Indonesia dapat dilihat dari peningkatan yang dialami para pebisnis e-commerce sepergi Bukalapak, Blanja.com, dan JNE. Dari website e-commerce, sekarang telah menuju aplikasi e-commerce melalui smartphone sebagaimana Google Wallet, Tokopedia, dan IKEA Place.

Factory Outlet (FO) pun mulai ditinggalkan konsumen, yang diawali dengan tren celana jeans pada 1990-an, diikuti dengan barang sisa ekspor, dan munculnya internet. Perry pun, sebagai salah satu pendiri FO di Bandung, mengungkapkan hal yang sama, namun ia menyadari shifting dan memindahkan usaha ke kawasan wisata di Lembang. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen pun bisa naik kelas dan gaya hidup pun berubah, dimana hal ini menimbulkan blame trap.

Buatlah diri--produk—lembaga Anda tetap relevan. Kisah Barnes & Noble (peritel buku terbesar AS pada 2017) dan Amazon menunjukkan bagaimana bahanya terperangkap DNA lama. Kisah WIKA--yang awalnya dikenal sebagai perusahan jasa B2B—menunjukkan bahwa shifting bisa dilakukan jika SDM di dalamnya dibekali modal kapasitas dan kapabilitas yang mumpuni. Begitu juga dengan Hasbro yang terkenal lewat produk mainan Transformers dan My Little Pony setelah sebelumnya menjadi produsen monopoli dan memulai sebagai pedagang kain perca. Juga Astra International yang didirikan oleh William, bekerjasama dengan pemerintah hingga perusahaan-perusahaan multinasional dan meluncurkan Toyota Kijang. Industri media merupakan contoh industri yang peling terkena dampak disruption dan shifting, dan CNN yang menyadari hal itu mengakusisi Beme. Kompas Gramedia pun mengalami pasang surut, dimana ia lahir dari majalah Intisari (1963). Beigtu pula Lindblad Expeditions (1958), penyedia jasa wisata yang melakukan kesepakatan dengan National Geographic pada 2004.

Manajeman memberikan guidance agar pegawai dan penerus melakukan inovasi berkelanjutan dengan ketekunan untuk memperbaiki diri, dimana keberhasilan tidak pernah bersifat final. Kuncinya: selalu tetap relevan, karena keberhasilan tidak bersifat tetap. Hal ini ditunjukkan oleh IBM—berdiri pada 1911 sebagai produsen alat pemotong keju dan daging—yang selalu berusaha untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Di tanah air sendiri, ada PT Telkom Indonesia—lahir pada 1965—yang sebelumnya dikenal dengan PT Perumtel, juga Astra International. Berbeda dengan natural shifting, the great shifting melakukan langkah-langkah “Tomorrow is Today”: menjadikan diri atau produk relevan sepanjang masa. Sementara perusahaan jamu Nyonya Meneer—berdiri sejak 1919—bangkrut pada 2017, Sido Muncul berkolaborasi dengan YouTubers di tahun yang sama.


Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.


Friday, February 2, 2024 0 comments

Sinopsis "Hatta (Jejak yang Melampaui Zaman) - Tempo" Bahasa Indonesia

 Hatta (Jejak yang Melampaui Zaman)
seri Tempo

JIKA masih hidup, dan diminta melukiskan situasi sekarang, Mohammad Hatta hanya akan perlu mencetak ulang tulisannya 40 tahun lalu: "Di mana- mana orang merasa tidak puas. Pembangunan tak berjalan sebagaimana semestinya. Kemakmuran rakyat masih jauh dari cita-cita, sedangkan nilai uang makin merosot.” Hatta tidak antipartai, tapi mengecam para politisi yang menjadikan "partai sebagai tujuan dan negara sebagai alatnya." Pena adalah senjatanya untuk memerdekakan bangsa, sehingga ia ditahan pada 1927, dan menulis pidato pembelaan Indonesia Vrij (Indonesia Merdeka). Ketika wafat pada 1980, Hatta meninggalkan "30 ribu judul buku" dalam perpustakaan pribadi

Di Desa Aur Kota Bukit Tinggi, Saleha Djamil melahirkan Mohammad Hatta pada 14 Agustus 1902, yang kemudian tinggal di Gedung Tri Arga. Beliau selalu dikisahkan sebagai orang sederhana dan cermat pada waktu. Ia sering jalan kaki sendirian-tanpa pengawal-berkeliling kota setiap usai salat subuh, dan menegur warga yang pekarangan rumahnya penuh sampah. Pelajaran agamanya di masa kanak-kanak dia peroleh dari Syekh Mohammad Djamil Djambek. Masa-masa di MULO juga menjadi periode yang penting saat kesadaran politiknya sebagai anak bangsa. Sebagai anak muda, dia juga menemukan kesenangan hidup di Plein van Rome, lapangan sepak bola yang terletak di alun-alun kota. Di Padang, ada Universitas Bung Hatta yang didirikan oleh masyarakat dan sejumlah tokoh Minangkabau. Sedangkan di Bukit Tinggi, tegaklah Perpustakaan Bung Hatta-yang menyimpan ribuan judul buku.

Sang ayah; Syekh Muhammad Djamil, meninggal tatkala ia masih berusia delapan bulan, dan Mohammad Hatta tumbuh dalam buaian ibu, kakek, nenek, dan paman-pamannya. Setamat sekolah di Padang, pertengahan Juni 1919, Hatta berangkat ke Betawi untuk melanjutkan sekolah, dibawah asuhan Mak Etek Ayub Rais, pemilik Malaya Import Maatschappij, dan berangkat ke Belanda pada 1921. Selama 11 tahun, Hatta bergulat dengan berbagai aktivitas pergerakan di Negeri Belanda, termasuk memimpin organisasi pelajar dari Tanah Air di Eropa, Perhimpunan Indonesia. Pada Juli 1932, setelah sempat mengenyam ruang tahanan di Belanda, Hatta kembali ke Tanah Air. Sekitar bulan Desember 1932, Hatta terlibat dalam polemik dengan Sukarno, mengarahkannya menemani Mak Etek melakukan kunjungan bisnis ke Jepang pada Februari 1933, dimana ia mendapati julukan “Gandhi of Java”. Keduanya kembali ke Indonesia pada awal Mei 1933, dan Mak Etek ditangkap tak lama kemudian.

Bung Hatta, kau bukanlah 100 tahun kesendirian. Percakapan antara kita, sebuah dialog dengan masa silam, adalah percakapan yang tak terhingga. Pada tahun 1933, setelah Bung Karno ditangkap, juga berpuluh-puluh pemimpin lain, kau tak ingin melangkah surut. Kau tetap bersiteguh, juga ketika pemerintah kolonial membuangmu ke Digul. Semua itu agar "di kemudian hari, tanah air kita dapat maju". Dalam rapat Indonesische Vereeniging kau dan teman-temanmu menentukan untuk memberi nama tanah air ini "Indonesia"

September 1921, Mohammad Hatta tiba di Rotterdam Handelshogeschool, dimana ia mendapatkan kebaikan dari pemilik toko buku De Westerboekhandel. Di sana, ia mendapat gelar doctor ekonomi, menjadi Ketua Indonesische Vereeniging dan sempat lima setengah bulan dipenjara karena dituduh menentang pemerintah kolonial. Setelah mula-mula menginap di rumah seorang kenalan--seperti juga pelajar inlander lainnya--ia menetap sementara di Tehuis van Indische Studenten, sebuah asrama khusus bagi mahasiswa Hindia Belanda yang terletak di Jalan Prins Mauritsplein. Kediaman di Jalan Schoone Bergerweg 51 menjadi rumah tinggal Hatta yang terakhir sebelum ia kembali ke Indonesia pada 20 Juli 1932.

5 September 1921, kapal Tambora tiba di Pelabuhan Nieuwe, Waterweg, Roterdam, setelah satu bulan berlayar dari Teluk Bayur, dimana salah satu penumpangnya ialah Mohammad Hatta. Pada 17 Februari 1987, pemeluk Katolik merayakan Karnaval dan sebuah jalan di permukiman Haarlem memperoleh nama Mohammed Hattastraat (Mohammad Hatta), dengan ujung Hattastraat bertemu dengan Sutan Sjahrirstraat (Sutan Sjahrir). Dan pada 12 Agustus 2002 Mohammad Hatta memperingati hari lahirnya yang ke-100.

Menanggapi adanya judul provokatif sebuah karangan: “Is Hatta Marxist?”, Hatta membalasnya dengan risalah berjudul Marxisme of Epigonenwijsheid? ("Marxisme atau Kearifan Sang Epigon?"). Sekitar 10 meter dari pelabuhan, kita dapat melihat baliho besar bergambar Bung Hatta dan Sutan Sjahrir dengan tulisan "Peringatan Satu Abad Bung Hatta", dimana kota tersebut dulu disebut "Klein Europeesch Stad" (Kota Eropa Kecil). Di Banda inilah (11 Februari 1936-25 Maret 1938), keinginan-keinginan Hatta yang bersifat politik disegarkan kembali dengan membaca-baca majalah sambil minum kopi tubruk, sarapan sepotong roti (mereka berlangganan roti kepada warga Arab setempat) dan sebutir telur mata sapi.

Dengan kapal Fommelhaut (1 Februari 1936), Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir tiba di Teluk Neira, Banda, menuju rumah dr. Tjicto Mangunkusumo sebagai orang buangan. Di sana, keduanya menjadikan  Des, Does, Lily, Mimi, dan Ali, sebagai anak angkat. 31 Januari 1942, Hindia belanda memerintahkan Hatta-Sjahrir pulang ke Jakarta.

“Pemimpin berarti suri tauladan dalam segala perbuatannya…,” coretan tangan Hatta bertanggal 2 juli 1949, dua hari sebelum dia meninggalkan rumah yang terletak di Gunung Menumbing, dekat Mentok, Pulau Bangka. Tak jauh dari ruangan itu tergeletak bodi mobil Ford hitam bernomor polisi BN 10. Pada Desember 1948, Belanda menyerbu Yogyakarta (ibu kota Republik Indonesia kala itu) dan menangkap Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Hatta. Selain mengunjungi penduduk, aktivitas favorit Hatta di Gunung Menumbing tidak berbeda dengan di tempat-tempat lain: membaca buku. Aktivitas turun gunung Hatta lebih meningkat ketika Bung Karno dan K.H. Agus Salim turut dipindahkan dari Parapat ke Bangka pada 5 Februari 1949.

Halida Nuriah Hatta, yang masih berusia 14 tahun, menemani sang ayah menengok Digul setelah menghadiri Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Irian Jaya pada 1969 tahun. Ia juga mengunjungi Banda Neira ketika Bung Hatta sekeluarga memenuhi undangan Des Alwi pada April 1973, dimana dua pulau kecil di sana dinamai Pulau Hatta dan Pulau Sjahrir.

Di Digul atau Tanah Merah, dataran terpencil di udik Papua, Mohammad Hatta menanam sayur dan belajar bertukang, ditemani es jeruk lemon kesukaannya. bukan cuma Van Blankenstein, tapi juga bahkan Hatta, seorang muslim taat yang berpendirian "di atas segala lapangan tanah air, aku hidup, aku gembira" itu, menyebut Digul sebagai "neraka dunia". 10 bulan di sana (hingga Desember 1935), Hatta menyibukkan diri dengan membaca saban sore, mengajarkan ilmu ekonomi dan filsafat dua kali sepekan, serta menulis kolom untuk surat kabar Pemandangan sebulan sekali.

Seorang pemuda belia berpose di sebuah rumah bersama enam orang perempuan berkebaya. Itu merupakan sebuah foto sebelum Sang pemuda-proklamator Mohammad Hatta diasingka ke Buven Digul setelah ditahan di Penjara Glodok. Pada Februari 1927 ia mewakili Indonesia menghadiri konferensi menentang imperialisme dan penjajahan yang diadakan di Brussel, Belgia. Seperti Hatta yang "dalam" dan menyimpan magma, foto-foto Hatta menjadi istimewa saat kita menelusuri sejarah di balik sebuah potret.

Jaap Erkelens ikut terlibat untuk berburu foto dalam rangka pembuatan buku Mohammad Hatta Hati Nurani Bangsa. Jaap adalah direktur perwakilan Indonesia untuk Koniklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde (KITLV), sebuah lembaga kajian bahasa dan antropologi milik Kerajaan Belanda.

Hatta tampil secara mengesankan dengan sikap seorang sarjana, seorang scholar, yang di samping berjuang dan terlibat aktif secara politik, selalu memberikan perhatian pada perkembangan ilmu pengetahuan dan mengumumkan tulisan-tulisannya menurut tata cara yang jamak dalam dunia akademis. Di antara para bapak bangsa itu barangkali hanya dia seorang (dan Tan Malaka, sampai tingkat tertentu) yang tekun menuliskan buku-buku teks, baik dalam bidang ekonomi (Pengantar ke Jalan Ekonomi Sosiologi), sejarah filsafat (Alam Pikiran Yunani,), maupun filsafat ilmu pengetahuan (Pengantar ke Jalan Ilmu dan Pengetahuan).

Kabar itu menyengat Hatta dan membuatnya marah besar: Sukarno memutuskan menikahi Hartini. Berbeda dengan sahabatnya, yang bak Casanova, Hatta seperti kata Deliar adalah seorang puritein (dikenal tak pernah menunjukkan ketertarikan pada Perempuan). Tak cuma soal wanita, dalam banyak hal perbedaan dua tokoh yang dikenal sebagai Dwitunggal ini memang sejauh bumi dan langit. Perbedaan tersebut mencapai puncaknya ketika Sukarno menolak mengesahkan Maklumat X, dan kemudian mencanangkan Demokrasi Terpimpin pada 1956. Pada 20 Juli 1956, Hatta pun mengirimkan surat pengunduran dirinya ke DPR, diikuti dengan gugatan-gugatan terhadap Sukarno. Meski begitu, hubungan keduanya tetap dekat, sebagaimana Sukarno yang meminta Hatta untuk menjadi wali nikah untuk anak sulugnnya, Guntur. Jumat, 19 Juni 1970, merupakan pertemuan terakhir keduanya; Hatta menjenguk Sukarno, yang tengah diopname di rumahsakit tantara.

Rumah panggung berlantai dua di jantung Kota Bukit Tinggi sebagai replica rumah negarawan Mohammad Hatta dikunjungi sekitar 500 orang tiap bulannya. Dan peringatan satu abad Bung Hatta (12 Agustus) mengambil tema "Santun, Jujur, Hemat", yang amat selaras dengan sifat tokoh tersebut. Acara puncak yang direncanakan membutuhkan dana sekitar Rp 7 miliar. PT Pos Indonesia merayakannya dengan menerbitkan prangko edisi seabad Bung Hatta, sementara Bank Indonesia meluncurkan 2.000 keping uang emas dan perak bertajuk "Peringatan Satu Abad Bung Hatta".

Syahdan Hatta, di suatu saat dalam hidupnya, mengemban ide agama (khususnya Islam) dan kebangsaan. Di zaman Jepang, oleh pihak Nahdlatul Ulama, ia pernah ditawari untuk memimpin organisasi ini. Ia tidak keras membela Islam, tetapi semua tindak-tanduk dan tingkah lakunya, termasuk secara pribadi, dan dalam berjuang dan mengemukakan cita-cita (politik, ekonomi, sosial), ia selaraskan dengan tuntutan Islam. Ia turut serta dalam perumusan Pembukaan UUD 1945 dan mengusulkan kata-kata pengganti: "Ketuhanan Yang Maha Esa". Pada tahun 1973 ia mengingatkan Presiden Soeharto agar Rancangan Undang-Undang Perkawinan yang dimajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat. Di zaman Jepang, oleh pihak Nahdlatul Ulama, ia pernah ditawari untuk memimpin organisasi tersebut.

Des Alwi, anak angkat Hatta, mengungkapkan bahwa di awal masa-masa pembuangan bersama Hatta dan Sjahrir diajak ke Pantai dan ternyata tak bisa berenang, dimana saat menaiki kapal pun Hatta selalu duduk di tengah. Kendati demikian, Hatta dikenang sebagai orang yang berdisiplin, terutama soal waktu, dimana ia saban hari mengelilingi Pulau Banda Melawati kebun pala sekitara pukul 4-5 sore. Di mata Sukarno, anak Bukit Tinggi itu sosok yang serius; tak pernah menari, tertawa, atau menikmati hidup.

Pada tanggal 15 Juli 1945, Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang bersidang di Pejambon, terlibat dalam debat panas: Haruskah kebebasan-kebebasan demokratis--hak menyatakan pikiran dan pendapat secara lisan dan tertulis, hak berkumpul dan hak berserikat--ditetapkan dalam undang-undang dasar atau tidak? Sukarno (dan Supomo) dengan gigih menolak, sedangkan Hatta (Muhammad Yamin, dan lain-lain) mendukung. Hatta: "Janganlah kita memberikan kekuasaan yang tidak terbatas kepada negara untuk menjadikan di atas negara baru itu suatu negara kekuasaan". Tanggal 4 November Hattalah yang menandatangani maklumat pemerintah yang mengizinkan pembentukan pluralitas partai. Dan pada 1957 Bung Hatta meletakkan jabatannya sebagai wakil presiden karena merasa tidak lagi sanggup menanggung kebijakan politik Presiden Sukarno.


 Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.


 
;