Gadis
Kretek
by: Ratih Kumala
Setelah Sembilan
tahun stroke, Romo mengucapkan sebuah nama: Jeng Yah, yang tentu saja membuat
Ibu cemburu sekaligus marah. Bermaksud mengajukan proposalku pada Mas Tegar,
kami terlanjur membahas Jeng Yah, mengarahkanku menanyakan nama itu pada Romo
saat berjaga malam. Setelah menunjukkan proposalku pada Mas Karim, aku menemui
Mas Tegar di kantornya, dan menerima penolakan tegas. Penuturan Romo perihal
Jeng Yah, mengarahkanku pergi ke Kudus, tempat kelahiran Kretek Djagad Raja.
Di Ciriben, Lebas
mengunjungi Erik, salah satu temannya saat ke Jamaika sebagai penggemar Bob
Marley, dimana ia pindah ke jurusan musik setelah bosan di jurusan perfilman.
Lebas mengungkapkan perihal filmnya, dan Erik dengan santai bersedia membantu.
Tegar tiba di bandara Jakarta-Cirebon tanpa bisa menghubungi Lebas, sehingga ia
mencari hotel dan melepaskan lelah, dimana Lebas kemudian mengungkapkan bahwa
ia tengah berada di studio musik Erik dan pergi menjemputnya. Belum genap 16
tahun, Tegar ditunjuk Romo sebagai penurus pabrik, dimana Tegar diajara semua
tentang pabrik ketika libur sekolah, bahkan membawanya ke Desa Legoksari di
Temanggung untuk membeli tembakau dan cengkeh. Dalam perjalanan, Tegar berusaha
berbicara dengan Lebas dan mengungkapkan hasil temuannya perihal Jeng Yah dari
sang ibu.
Idroes Moeria
telah mendengar ramalan Djojobojo, sehinga ia menaikkan derajatnya dari sekadar
buruh klobot Trisno menjadi pemilik usaha kecil, dimana ia jatuh cinta pada
anak Juru Tulis, Roemaisa. Dalam hal ini, ia bersaing dengan Soedjagad, yang
mengujungi Pak Trisno di hari Belanda pergi. Dalam kekalutan, Idroes mendapati
Roemaisa memintanya belajar membaca, mengarahkannya membeli sisa klobot Pak
Trisno yang sudah gulung tikar. Sambil belajat membaca pada Pak Trisno, Idroes
memulai merintis usaha klobotnya dengan nama Klobot Djojobojo, dimana beberapa
hari kemudian ia mendapati keberadaan Klobot Djagad.
Bersama dengan
Simbok, Idroes Moeria pergi melamar Putri san Juru Tulis, dimana Juru Tulis
mensyaratkan baca tulis dan kebersediaan Roemaisa untuk dipersunting. Idroes
kemudian pindah ke rumah orantua Roemaisa, dan berisi dua bulan kemudian,
dimana Idroes yang pergi mencetak foto untuk lambang Klobot Djojobojo-nya,
dibawa oleh tantara Jepang ke Soerabaia. Benar-benar tertekan, Roemaisa kehilangan
cabang bayinya, dimana setahun kemudian ia meneruskan usaha sang suami. Roemaisa
kembali menjadi kembang, dan Soedjagad kembali mengajukan lamaran yang ditolak
dengan tegas oleh Roemaisa, dimana Idroes kembali dua tahun kemudian.
Idroes memutuskan
untuk mengganti nama Klobotnya menjadi “Merdeka!”, juga racikan tembakaunya
menjadi kretek; ‘Rokok Kretek MERDEKA!’. Dalam waktu singkat, Rokok Kretek
Merdeka! Popular di Kota M, sehingga Idroes memiliki beberapa pekerja,
membangun rumah untuk ibu dan juga mertuanya, diikuti dengan Roemaisa berbadan
dua. Namun, Idroes kemudian mendapati Rokok Kretek Proklamasi hadir,
dikeluarkan oleh Pabrik Soedjagad.
Mak Iti’ membantu
Roemaisa melahirkan sang bayi, dimana Roemaisa mengusir orang-orang yang datang
untuk lek-lek’an dengan mengepulkan asap rokok sementara sang suami sendirian
menjaga ari-ari. Idroes Moeria pergi menemui tetuah tetangga untuk meminta maaf
dan mendapati ari-ari bayinya hilang. Mengetahui itu, Mak Iti’ menunggui rumah
keluarga tersebut dan meminta Idroes untuk mendapatkan Kretek Mendak. Setelah
tujuh hari menjalankan ritual, Mak Iti’ mengungkapkan apa yang terjadi.
Satu tahun
setelah kejadian itu, Idroes Moeria memenuhi undangan pernikahan Djagad, dengan
seorang wanita asal Madura, dimana Idroes mendapati wanita tersebut menggunakan
banyak sekali perhiasan. Beberapa bulan kemudian, Idroes membawa Roemaisa dan
Dasiyah menghadiri acara mitoni kehamilan istri Djagad. Bermaksud memasarkan
kretek-nya hingga Jogjakarta, Idroes memasang iklan di koran Jogja setelah
memasok Kreteknya di daerah tersebut, dimana Kretek Proklamasi segera melakukan
hal yang sama. Dasiyah berusia sepuluh tahun dan mahir melinting kretek, yang
diikuti oleh adiknya, Rukayah, dimana Dasiyah juga mengikuti kebiasaan sang
ayah untuk membuat kretek tingwe. Menerima pujian dari sang ayah perihal kretek
tingwe buatannya, Dasiyah memberikan hadiah pada Idroes.
Total ada enam
nama dagang kretek baru yang dibuat Idroes Moeria setelah Kretek Merdeka.
Dasiyah yang telah dipercaya memegang pembukuan Kretek Merdeka, mengungkapkan
bahwa ia tidak bisa lagi memodali eksperimen sang Ayah, dan mengarahkan Idroes
untuk mendapatkan pemodal. Idroes pun kemudian berkenalan dengan Pak Joko dan
iparnya, yang bersedia menjadi pemodal dengan syarat jatah suplai tingwe. Atas
saran si pemodal, Idroes pergi ke Gunung Kawi dan memimpikan putrinya di malam
ketujuh. Dengan bantuan putrinya, Idroes meracik Kretek Gadis yang sukses di
pasaran, diikuti dengan Kretek Garwo Kulo milik Soedjagad yang gagal. Dalam
acara pasar malam, Dasiyah, yang lebih dikenal sebagai Jeng Yah, juga membuka
stand, dan bertemu dengan Raja Soeraja.
Aku dan Mas Tegar
tiba di Kudus dan pergi ke pabrik Kretek Djagad Raja untuk menemui Mbok Marem
yang kemudian menceritakan perihal Jeng Yah, mengarahkan kami ke Kota M, tempat
kelahiran Mbah Kakung kami. Dalam prosesnya, Aku berkenalan dengan Mira, dimana
Mas Tegar dengan tegas memperingatkanku, diikuti dengan kedatangan tunangan
Mira yang merupakan rentenir.
Selesai pasar
malam, Dasiyah mengajak Soeraja bekerja dan tinggal di kediamannya, dimana
Idroes menunjukkan ketidaksetujuannya. Dalam hati, Dasiyah telah menyimpan rasa
suka pada Soeraja dan seringkali mencari waktu untuk berduaan dengannya, hingga
memberikan kretek tingwe padanya. Tak mampu menahan kecurigaan, Idroes pun
memanggil keduanya untuk menanyakan hubungan mereka.
Dalam perjalanan
menuju Kota M, Karim yang menyetir memutuskan untuk turun mendapati sikap Tegar
dan Lebas. Sementara Lebas menyetir, Karim menceritakan kisah Mbah Djagad.
Mendapati
gunjingan para pekerja, Raja mulai merasa tidak nyaman, dan lamaran dari
Sentor, putra dari pemilik Kretek Bukit Klapa, membuat Raja mengungkapkan
keinginannya untuk memulai usaha sendiri pada Jeng Yah. Dengan izin dari
Idroes, Raja memulai usaha yang tidaklah mudah, sehingga ia pun kembali
membantu Jeng Yah nyampur saus. Melalui Pak Mlojo, pemilik percetakan, Soeraja berkenalan
dengan orang-orang partai, yang kemudian bersedia menjadi pemodal.
Keberhasilan
Soeraja sebagai pemilik Kretek Arit Merah, mengarahkannya mengajukan lamaran
resmi pada Jeng Yah. Namun kejadian G30S, membuat Seoraja harus melarikan diri,
sementara Jeng Yah dan Idroes ditangkap karena hubungan mereka dengan Soeraja.
Berkat Sentot, yang menjadi sersan muda, Jeng Yah dibebaskan, begitu juga
Idroes yang kemudian hidup murung karena tidak bisa lagi memproduksi Kretek
Merdeka. Soeraja hanya berlari meninggalkan semuanya hingga ia tiba di sebuah
Gudang tembakau dan ditemukan oleh Purwanti, putri Pak Djagad, pemilik Kretek
Djagad yang sekarang beroperasi di Kudus. Dengan kemampuan yang telah dimilikinya,
Djagad berhasil mendapati kepercayaan dari Djagad, bahkan mendapatkan cinta
Purwanti.
Sesampainya di
rumah Mbah Djagad, Paidi menyambut kami, dimana kami kemudian berhasil
menemukan Kretek Gadis di sebuah warung kecil di ujung pasar, mengarahkan kami
ke kota Magelang. Di tempat pembuatan Kretek Gadis, kami disambut Jeng Yah
(Rukayah), adik dari Dasiyah, yang kemudian menceritakan apa yang terjadi,
dimana aku pun berkenalan dengan Arum Cengkeh, putri dari Jeng Yah (Dasiyah).
Romo sekarat dan
meninggal tak lama kemudian, dan aku pun mencoba Kretek Gadis dan menyadari
sesuatu, segera memberitahukan hal itu pada Mas Lebas dan Mas Karim. 40 hari
setelah kematian Romo, Mas Lebas mengirimku kembali menemui Jeng Yah II untuk
menyerahkan amplop.
Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.