Friday, July 19, 2024 0 comments

Sinopsis "Dao De Jing: The Wisdom of Lao Zi - Andri Wang" Bahasa Indonesia

Dao De Jing: The Wisdom of Lao Zi
by: Andri Wang

Dao yang bisa diungkapkan dengan kata-kata bukanlah subtansi Dao yang sesungguhnya, “Nama” yang disebut orang bukanlah “nama” yang abadi. “Wu” (tidak ada) disebut sebagai awal terciptanya bumi dan langit, “You” (ada) dikatakan sebagai ibunda dari segala yang ada di alam semesta; Maka jika orang bebas dari segala nafsu keinginan (wu) baru mampu memahami misteri dan keajaibannya Dao, namun jika pikirannya dipenuhi nafsu keinginan Dao hanya dipahami terbatas pada kulitnya saja.

Bila orang sudah mengganggap yang itu baik, berarti orang sudah menilai yang ini tidak baik. Maka “ada” dan “tidak ada” saling tumbuh bersamaan, “susah” dan “gampang” saling melengkapi, “panjang” dan “pendek” saling membandingkan, “nada tinggi” dan “nada rendah” saling berpadu, “depan” dan “belakang” saling mengikuti. Hanya Seng Ren yang melakukan pekerjaan secara “wu wei”; mendidik tanpa bicara, memberi kehidupan tanpa ada niat menguasai. Bagi orang yang tidak pernah menuntut jasa, jasanya takkan meninggalkannya.

Tidak menjunjung tinggi orang yang pandai membuat rakyat tidak saling bersaing, tidak memuliakan barang yang sulit didapat membuat rakyat tidak tergoda menjadi maling, dan tidak memperlihatkan apa yang bisa merangsang keinginan membuat hati rakyat tidak kacau. Dari itu, Sheng Ren (pemimpin) mengelola rakyatnya dengan menjernihkan pikirannya, melemahkan ambisinya, dan menguatkan tulangnya.

Dao ibarat wadah yang hampa kosong, tapi kegunaannya tidak ada batasnya; ia adalah akar sumber dari semua yang ada di dunia ini. Ia menumpulkan bagian yang tajam, mencairkan semua perselisihan, membaur dengan debu hina, dan menyatu dengan sinar cahaya-Nya.

Langit dan bumi tidak manusiawi, Sheng Ren pun juga tidak manusiawi; rakyatnya diperlakukan seperti boneka anjing jerami. Banyak bicara banyak salah, lebih baik berdiam saja tida bicara.

Lembah dewata tidak pernah mati, ia adalah feminin yang misteri, pintu gerbangnya adalah akar sumber yang ada di dunia ini. Keberadaannya kekal abadi, tapi untuk memahaminya tak pelu bersusah payah.

Langit dan bumi nan kekal, karena kehadirannya bukan untuk dirinya. Sheng Ren selalu menempatkan diri di belakang rakyat, tanpa ego dan kepentingan pribadi, sehingga ia dapat berhasil.

Budi pekerti yang luhur memiliki karakter seperti Air, memberi kehidupan kepada semua tanpa bersaing, berada di tempat terendah yang tak disukai orang. Orang yang tidak ingin bersaing, maka tidak ada kebencian dalam hatinya.

Air yang dikucurkan ke dalam wadah akan meluber jika sudah penuh, pedang yang diasah terlalu tajam takkan bisa bertahan lama. Membanggakan harta dan kedudukan akan mengundang bahaya sendiri, bila sudah berjasa dan terkenal; lebih baik mundur ke belakang saja.

Roh dan tubuh bergabung menjadi satu, bisakah keduanya tidak terpisahkan? Membersihkan cermin hati nurani, bisakah tanpa setitik noda? Membuka dan menutup pintu gerbang hati nurani, bisakah tanpa kelemah-lembutan? Menciptakan tanpa hasrat untuk menguasai merupakan kebajikan yang amat luhur.

Mendirikan sebuah rumah ada pintu dan jendelanya, dan ruang kosong di dalam rumah akan berguna untuk diisi barang. Maka, memiki “you” dianggap beruntung dan memiliki “wu” dianggap berguna.

Pacawarna bisa membutakan mataa, pancanda bisa memnulikan kuping, pancarasa bisa menghambarkan selera, dan memiliki barang bernilai tinggi bisa membuat takut dicuri (kehilangan). Maka, Sheng Ren menjauhi hidup mewah berlebihan, mencari kenikmatan dari dalam hati (tidak dari luar), mempertahankan hidup tenang dengan kesederhanaan dan rasa berkecukupan.

Pujian (atas) dan penghinaan (bawah) mampu mengejutkan orang. Orang takut tertimpa kemalangan besar karena melekat sang “Aku” di dalamnya. Dari itu, jika seseorang mencintai rakyat melebihi dirinya sendiri, maka negara pantas diserahkan padanya.

Belum ada kata yang mampu menyebut siapa Dia karena semuanya sudah membaur menjadi satu. Memahami awal terciptanya alam semesta merupakan hukum Dao.

Orang yang berjiwa Dao, sifatnya lemah lembut dan pengetahuannya sangat luas; kehati-hatiannya seperti melintasi sungai es, mawas diri takut menggangu tetangga, penampilannya anggun seperti sedang bertamu, tidak tergesa-gesa seperti es yang tengah mencair, kepolosannya seperti batu giok yang belum diukir, dan berlapang dada seperti lembah yang luas. Siapa yang dengan ketenangannya mampu menjernihkan yang keruh, ia mampu mengubah kegagalan menjadi keberhasilan.

Kosongkan pikiran sepenuhnya, pertahankan ketenangan sedalamnya, dan kembali ke takdir adalah hukum kekekalan yang takkan berubah. Bersedia menampung semuanya berarti bisa berbuat adil, yang berarti bisa menerima semuanya.

Kualitas-kualitas seorang pemimpin: rakyat hanya tahu keberadaannya, rakyat sangat akrab dengannya, rakyat takut kepadanya, dan rakyat menghujatnya. Seorang pemimpin mampu bertahan lama karena kata-katanya yang berharga bisa dipercaya.

Bila Dao diabaikan; keluarlah cinta kasih dan keadilan, bila kebijaksanaan diasingkan; timbullah kemunafikan besar, bila keluarga tidak harmonis; timbullah rasa berbakti pada orangtua, dan bila negara kacau; keluarlah pejabat heroik membela negaranya.

Bila kebijakan yang tersirat intrik dan akal bulus dilenyapkan: rakyat diuntungkan ratusan kali, bila kata-kata tidak cukup; rakyat dikembalikan ke jalan yang benar---mempertahankan hidup sederhana dan jujur; mengurgangi ego dan menyedikitkan keinginan.

Tinggalkan pelajaran dogmatis agar bebas dari kecemasan. Oh! Hidup hidup mereka sangat tamak dan tidak bermoral. Oh! Aku hidup santai seperti tunawisma. Oh! Seperti orang yang lugu tidak tahu apa-apa. Oh! Aku bebas seperti angin sejuk menghembus tanpa henti. Aku sendirilah yang beda dengan mereka; memuliakan disusui dalam pelukan Ibunda.

Karakter orang yang tinggi kebajikannya selalu mengikuti jejak Dao. Sejak dulu nama-Nua tak pernah hilang. Ia adalah Bapak Pencipta Agung, yang kudapati melalui fenomena hukum alam.

Orang yang punya toleransi bisa selamat, punya sedikit dulu baru menjadi banyak. Sheng Ren memeluk yang Satu (Dao) ini sebagai teladan dunia, karena hanya orang yang tidak mau bersaing yang di dunia ini tak ada yang mau menyainginya.

Sedikit bicara sesuai dengan karakter hukum Alam, sebagaimama angin topan tidak menderu sepanjang pagi dan hujan lebat tidak berlanjut sepanjang hari. Bila seorang pemimpin tidak lagi dipercaya rakyatnya, tentu ada ucapannya yang tidak bisa dipegang.

Berdiri dengan kaki berjinjit tidak bisa bertahan lama, berjalan dengan langkah besar tidak bisa berjalan jauh; suka menonjolkan diri tidak akan terkenal, menganggap diri paling benar tidak akan meyakinkan orang. Maka, orang yang berjiwa Dao tidak akan melakukannya.

Ada Tubuh Dao yang sama-samar di alam semesta, Ia sudah ada sebelum Langit Bumi diciptakan. Ia kuberi nama Dao, lagi kuberi nama Mahabesar, Kebesaran-Nya tanpa batas. Maka dikatakan bahwa Dao adalah besar, langit adalah besar, bumi adalah besar, dan umat manusia juga besar.

Kehati-hatian adalah pangkal pencegah kecerobohan, ketenangan adalah majikan emosi, dan Sheng Ren seharian tidak pernah meninggalkan muatan berat tersebut.

Berbuat baik tidak perlu meninggalkan bekas, perhitungan yang jujur tidak memerlukan siasat, dan perjanjian yang jujur; meskipun tanpa ikatan; tidak akan dilanggar. Orangnbaik adalah teladan bagi orang yang tidak baik, dan orang tidak baik adalah cermin bagi orang baik.

Bila sudah mengenal sifat maskulin (kuat keras), maka pertahankanlah sifay feminim (lemah lembut). Bila sudah memperoleh sinar teranh putih benderang, rela berdiam di posisi gelap gulita; baru bisa menjadi teladan dunia. Bila keutuhan Dao dipecahbelahkan menjadi bermacam penafsiran, Sheng Ren hanya menjiwai Dao yang sejati; bukan penafsirannya.

Dunia ini adalah wadah yang sakral, tidak mungkin dikuasai oleh siapa pun. Maka Sheng Ren selali menghindari sesuatu yang ekstrem, tidak hidup yang berlebihan, dan tidak membesarkan diri sendiri.

Menteri yang menasehatkan Dao kepada rajanya, takkan menganjurkan kekerasan menguasai negara lain, karena setiap tindakan kekerasan akan mendapatkan balasan. Tidak mengikuti hukum Dao, mengarah pada kematian dini.

Senjata perang adalah alat yang tidak membawa keberuntungan, juga bukan alat yang digunakan oleh pria sejati. Dalam keadaan terpaksa, senajata baru boleh digunakan. Meski begitu, ketenangan dan toleransi harus diutamakan.

Dao nan kekal tanpa nama, dan tidak ada kekuatan di dunia ini yang mampu menguasai-Nya. Setelah semua yang ada di dunia ini ada namanya, mulailah timbul orang yang terkenal, dan mengetahui batasan menghindarkan dari bahaya.

Dapat mengenal diri orang itu pandai, dan mampu mengenal diri sendiri itu arif bijak. Dapat mengalahkan orang lain itu kuat, dan mampu mengalahkan diri sendiri itu perkasa. Adapun orang yang tahu cukup itu orang kaya.

Oh! Keberadaan Maha Dao seperti air sungai yang mengalir ke mana-mana, semua yang hidup bergantung kepada-Nya tanpa pernah ditolak. Maka itu, Ia patut disebut Maha Besar.

Jika pemimpin berpegang teguh pada prinsip Maha Dao, rakyat akan mengikuti jejaknya, sehingga mereka tidak saling membahayakan dan hidup dalam damai tenteram.

Kalau ingin membuat lawan ciut, biarkan dia membual sementara dulu; kalau ingin membuat lawan lemah, biarkan dia menguat sementara dulu; Kalau menginginkan sesuatu, berilah sedikit keuntungan terlebih dahulu; ini cara mengalahkan musuh yang cemerlang. Lemah-lembut mampu mengalahkan yang kuat-keras, dan senjata negara tidak boleh dipamerkan di hadapan rakyat.

Perilaku Dao selamanya “wu wei”, dan bila raja dan pendampingnya berpegang teguh pada-Nya, maka rakyat akan hidup berkembang secara bebas alamiah. Teladan kesederhanaan Dao akan menenangkan tamak dari nafsu keinginan rakyat, sehingga dunia bisa menjadi tenang dengan sendirinya.

Orang yang moralnya tinggi tidak menunjukkan dirinya bermoral, ia berperilaku “wu wei”, dan orang yanh punya rasa kemanusiaan tinggi, bekerja tanpa tujuan pribadi. Pria sejati mengutamakan intinya, bukan kulitnya; maka dia tolak kemunafikan, mempertahankan kejujuran.

Sejak zaman dahulu kala yang mendapatkan Satu ini (Dao): langit menjadi cerah, bumi menjadi tenang tenteram, air mengalir lebih deras, semua ciptaan-Nya hidup tumbuh berkembang, dan Raja mengelola negeri dengan benar.

Siklus yang berbalik, Dao yang menggerakkan. Lemah lembut adalah perilaku Dao. Semua yang berada di dunia ini dilahirkan dari yang “you” (ada), dan “you” (ada) dilahirkan dari “wu” (tidak ada).

Orang yang memiliki kecerdasan tinggi mendengar Maha Dao dan rajin mempraktikkan ajaran-Nya, sementara orang yang memiliki kecerdasan rendah mendengar Dao dan menertawakannya. Hanya orang yang berjiwa Dao yang suka memberi tanpa terdengar namanya.

Dao menciptakan “satu”, “satu” melahirkan “dua”, dan seterusnya, dimana semua makhluk mengandung “yin” (dalam) dan “yang” (luar).

Yang paling lunak di dunia mampu menembus yang paling keras di dunia ini. Dari situlah aku baru memahami manfaatnya “wu wei”, dan mendidik tanpa bicara adalah salah satu manfaat dari perilaku “wu wei”.

Nama lebih disayang dari harga diri, dan kesehatan lebih berharga dari harta kekayaan. Kesukaan yang berlebihan akan menguras banyak energi, dan menimbun banyak harta kekayaan akan mengalami kehilangan yang lebih banyak. Dari itu, tahu cukup tidak menjadi hina, tahu batas bisa terhindar dari bahaya, dengan begitu bisa selamat.

Yang paling sempurna sepertinya masih ada kekurangan, yang paling lurus sepertinya masih belum lurus benar, dan orang yang paling pintar pun sepertinya masih bodoh. Dari itu, pikiran jernih dan jiwa yang tenang adalah standar yang palinh diutamakan bagi seorang pemimpin di dunia ini.

Negara yang menganut prinsip Dao, kotoran kuda tempur dijadikan pupuk kandang, dan tidak ada bencana yang lebih besar daripada merasa belum cukup. Maka, orang yang merasa sudah cukip, selamanya merasa berkecukupan.

Makin jauh pergi keluar mencari ilmu, makin sedikit yang didapat. Maka Sheng Ren tidak pergi keluar jauh sudah paham dunia, tidak perlu dilihat sudah jelas masalahnya, dan tidak dipaksanakan sehingga bisa berhasil.

Makin banyak belajar ilmu, makin banyak pengetahuannya. Makin banyak belajar falsafah Dao, makin banyak berkurang, hingga sampai ke ranah perilaku “wu wei”, sehingha tidak ada yang tidak bisa dilakukan. Dari itu, mengelola suatu negara, jangan dikaitkan dengan kepentingan pribadi.

Sheng Ren tidak punya kepentingan pribadi dan membatasi subjektifitas, hatinya disatukan dengan hati rakyat, ia melayani dengan kebaikan, melayani rakyat seperti anaknya sendiri.

Manusia dilahirkan dan meninggal dunia, dimana tamak mengejar nafsu keinginan membuat seseorang meninggal dunia sebelum waktunya. Aku pernah dengar ada orang yang pandai mengolah diri, pergi perang tidak pernah terluka, dan harimau tidak mau menerkam, baginya tidak ada ranah kematian.

Tidak ada umat manusia yang tidak menghormati Dao (sang Pencipta) dan memuliakan De (moral), keduanya tidak pernah memaksakan kehendak, membiarkan semuanya hidup bebas berkembang biak. Setelah memberi tidak merasa berjasa merupakan kebajikan yang memiliki arti amat dalam.

Bumi ini punya awal mulanya, berperan sebagai ibunda dari segala yang ada, sehingga anak yang kembali ke dalam pelukannya akan bebas dari bahaya. Tutup mulut jangan banyak bicara, tutup rapat pintu keluar masuknya nafsu keinginan dan hidup takkan mengalami kesulitan. Inilah yang dinamakan telah menerima pencerahan Dao yang kekal.

Bila aku sudah yakin betul hakekat Dao, aku tidak ragu lagi berjalan di atas jalan raya Dao, yang lebar dan luas. Namun, orang awam lebih suka jalan yang sempit dan berliku, sebagaimana kehidupan di istana yang bobrok dan korup.

Orang yang teguh pendiriannya tak tergoyahkan, dan orang yang kuat keyakinannya tak mudah terlepaskan. Dari itu, latihlah keyakinan Dao pada diri sendiri, keluarga, desa, dan negara, sehingha kebajikan bisa tersebar luas.

Orang yang tinggi kebajikannya, seperti bayi yang baru lahir. Ini disebabkan energinya dalam keadaan harmoni, jiwa dan raga.

Orang yang luas pengetahuannya tidak banyak bicara, menutup rapat pintu keluar masuk nafsu keinginan, meleraikan perselisihan, meredupkan sinarnya dan menyatu dengan debu. Sehingga dikatakan ia telah masuk ke ranah Dao, dimuliakan semua orang.

Mengelola negara dengan benar dan jujur tanpa siasat, tanpa tujuan kepentingan pribadi, sehingga rakyat hidup sederhana sejahtera, dan inilah yang dilakukan Sheng Ren.

Bila negara dikelola dengan jiwa besar, rakyat menjadi tenang dan mau hidup sederhana. Oh! “nasib buruk” menopang “nasib baik” di belakangnya, dan Sheng Ren berlapang dada tanpa batas; bermurah hati dengan tulus menyinari tanpa menyilaukan.

Berbakti kepada rakyat dan bekerja untuk Tian, tidak ada yang lebih baik daripada hidup menghemat sederhana. Persiapan sejak dini berarti sudah menghimpun kebajikan, sehingga tak ada masalah yang tak bisa diatasi, dan kemampuan yang tak terukur itu patut ditugaskan memimpin negara, juga sudah menganut prinsip Dao.

Mengelola negara besar ibarat memasak ikan kecil. Bila negara dikelola dengan prinsip Dao, Sheng Ren takkan melukai hati rakyat, kebajikan menyatu di hati mereka, dan dunia menjadi damai tenteram.

Negara besar mau merendah seperti dibawah arus ratusan sungai, baru bisa menjadi pusat pertemuan negara sedunia. Negara besar mau merendah mengayomi negara kecil dan negara kecil mau merendah di hadapan negara besar, sehingga keduanya mendapatkan keuntungan bersama.

Maha Dao adalah pelindung bagi semua ciptaannya, harta karun bagi orang yang baik, petunjuk jalan bagi orang yang salah jalan, kata-kata baiknya mendapatkan penghargaan banyak orang. Maka, daripada dihadiahkan batu giok besar, lebih baik dihadiahkan Maha Dao; Bukankah Dao tanpa diminta sudah memberi?!

Bekerjalah dengan perilaku wu wei, berbuat tanpa tujuan kepentingan pribadi, merasakan godaan dari luar dengan rasa hambar. Besar berasal dari yang kecil dan banyak berasal dari yang sedikit, maka Sheng Ren tidak merasa dirinya besar sehingga dia mampu menjadi besar, tidak pernah meremehkan persoalan sehingga tidak pernah mengalami kesulitan.

Situasi negara yang aman mudah dikontrol, masalah yang masih kecil segera diatasi sebelum menjadi besar. Sheng Ren bekerja secara “wu wei”, tidak melekat sesuatu tidak ada kehilangan, membantu manusia kembali pada kesederhanaan alam, agar manusia tidak berani berbuat sewenang-wenang.

Pemimpin zaman dahulu yang berjiwa Dao mendidik rakyat menjadi orang yang polos jujur. Jika negara dikelola tidak berdasarkan intrik dan akal-akalan, negara akan menjadi makmur sentosa. Oh! Manusia kembali ke asal mulanya, maka tercapai kebesaran harmoni alamiah.

Sungai besar dan lautan samudera menjadi pusat berkumpul ratusan air sungai karena mereka berada di tempat yang lebih rendah. Dari itu, pemimpin yang ingin berada di atas rakyat, harus merendah di hadapan rakyat, meletakkan kepentingan pribadinya di belakang rakyat. Dia yang tidak ingin bersaing, di dunia ini tak ada yang bisa menyainginya.

Aku punya tiga jimat pusaka; welas asih, hidup hemat-sederhana, dan tidak mendahului yang lain (mengalah). Tian (langit) selalu menolong dan melindunhi dengan welas asih.

Orang yang pandai memanfaatkan bakat orang, mau merendah di depannya. Inilah kebajikan tanpa bersaing, ajaran tertinggi sejak zaman dahulu (hukum Dao dari langit).

Tak ada bencana yang lebih besar daripada meremehkan musuh, dan kelompok yanh memiliki welas asih akan meraih kemenangan.

Kata-kataku bersumber dari kearifan dan kebijakan pendahulu, dan keterbatasan kearifan orang awam membuatnya berharga.

Tidak tahu tapi mengatakan tahu akan menyulitkan diri sendiri, dari itu kalau tidak tahu katakan tidak tahu agar tidak mengalami kesulitan.

Bila rakyat tidak ditindas dan diekploitasi, rakyat tidak akan sakit hati dan melakukan perlawanan. Hanya Sheng Ren yang tahu diri dan tidak merasa dirinya yang paling benar, tidak mengkultuskan dirinya.

Pemberani yang suka pamer bisa terbunuh dan pemberani yang merendah bisa selamat. Dao dari langit tanpa melawan bisa memang, tidak bicara ditanggapi, dan tidak dipanggil datang sendiri.

Rakyat jelata tidak lagi takut mati, lalu kenapa ditakuti dengan hukuman mati. Hukuman mati selayaknya diberlakukan pada kriminal berat. Jika hukuman mati sudah dijatuhkan, siapa yang berani melakukan kejahatan lagi.

Rakyat menderita kelaparan karena pajak terlalu tinggi, sehingga rakyay sulit diatur. Penguasa yang korup, membuat negara sulit dikelola, sehingga rakyat bernai melawan. Hanya orang yang hidupnya sederhana yang disebut bijak arif.

Orang hidup, tubuhnya lunak dan lentur; orang mati, tubuhnya kaku dan keras. Dari itu, sesuatu yang kuat keras adalah tanda kematian, dan lembut lentur adalah pertanda kehidupan. Besar dan kuat akan terkubur di bawah tanah, lemah dan lunak akan tumbuh di atas bumi.

Perilaku Dao dari Tian (langit) seperti orang menarik busur panah, yang lebih dikurangi dan yang kurang ditambahkan. Siapakah yang bisa memberi kelebihannya kepada mereka yang kekurangan?!

Di dunia ini tidak ada yang lebih lembut daripada air, yang lemah dan lembut mampu mengalahkan yang kuay dan keras. Dari itu, orang yang mau menanggung malu negara, layak menjadi pemimpin negara.

Meskipun dendam besar sudah didamaikan, pasti masih ada sisa dendam dibelakangnya. Hanya Sheng Ren yang memegang tagihan utang dan tidak mengejar menagih utangnya.

Negara kecil dengan sedikit rakyat, senjata perang tak pernah digunakan, bersuka cita merayakan upacara adat, sudah tua meninggal dunia tanpa berkunjung ke negara tetangga.

Kata-kata yang bisa dipercaya tidak perlu dihias; kata-kata yang dihias tak perlu dipercaya. Orang yang baik hatinya tidak suka berdebat; orang yang suka berdebat tidak baik hatinya. Orang yang banyak pengetahuan tidak suka menonjolkan diri; orang yang menonjolkan diri tidak banyak pengetahuannya. Dari itu, Sheng Ren tidak menimbun apa-apa untuk dirinya, banyak membantu orang dan tetap merasa cukup.

Intisari falsafah Dao dari Lao Zi: Wu Wei (tidak melakukan apa-apa), Wu Yu (tanpa nafsu keinginan), Wu Zheng (tanpa bersaing), dan Bersikap lemah lembut tanpa melakukan kekerasan.


Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.


 
;