Friday, January 20, 2023 0 comments

Sinopsis " 150 Kisah ‘Umar Ibn Al-Khaththab - Ahmad ‘Abdul ‘Al Al-Thahthaw" Bahasa Indonesia

 150 Kisah ‘Umar Ibn Al-Khaththab
by: Ahmad ‘Abdul ‘Al Al-Thahthaw

Mendapati sejumlah perempuan kaum Quraisy hendak meninggalkan negeri, Umar berkata: ‘Semoga Allah menyertai kalian.’ Mendapati kaum Quraisy bermusyawarah hendak membunuh Nabi Muhammad, Umar mengajukan diri dan berpapasan dengan Nu’aim ibn ‘Abdullah yang mengungkapkan bahwa keluarganya telah masuk Islam. Dalam kemarahan, Umar langsung menemui saudara perempuannya, Fathimah, yang tengah membaca lembaran surat at-ThaHa bersama suaminya, Sa‘id ibn Zaid. Mendapati perkataan Umar yang memebaca surat tersebut, Khabbab keluar dari tempat persembunyian (berharap terkabulnya doa Nabi), dan kemudian mengantarkan Umar menemui Rasulullah. Dengan kesungguhannya, Umar berkata di hadapan Rasulullah: “Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di jalan yang benar apabila kita mati amupun hidup?”, mengarahkan Rasulullah keluar dalam dua barisan menuju Masjid al-Haram, dimana Rasulullah kemudian memberi gelar al-Faruq (pembela yang haq) pada Umar. Umar menyiarkan keislamannya dengan menemui Jamil ibn Ma‘mar Al-Jamhi, dan perkelahian terjadi hingha tengah hari. Ketika hendak hijrah ke Madinah, ‘Umar bermaksud untuk bertemu dengan ‘Ayyasy ibn Rabi‘ah dan Hisyam ibn Al-‘Ash di perkampungan Bani Ghaffar, dimana Hisyam tertahan dan ‘Ayyasy  diperdaya oleh Abu Jahal dan Harits ibn Hisyam. Dengan menyandang pedang dan busur anak panahnya, Umar mendatangi Ka’bah untuk melakukan tawaf dan shalat di Maqam Ibrahim, diikuti pengumuman perihal keberangkatannya untuk hijrah.

Pendapat Umar sesuai dengan ayat-ayat Allah pada tiga perkara: Sholat di Maqam Ibrahim (QS Al-Baqarah [2]: 125), ayat hijab, dan nasihat untuk istri-istri Rasulullah (QS Al-Tahrîm [66]: 5). Doa Umar perihal khamar, diikuti turunnya QS Al-Baqarah [2]: 219, QS Al-Nisâ’ [4]: 43, dan QS. Al-Mâ’idah (5) ayat 90-91. Juga Adab meminta izin, QS Al-Nur [24]: 58. Perihal kematian ‘Abdullah ibn Ubay pun, pendapat Umar bersesuaian dengan QS al-Taubah [9]: 84. Adapun QS al-Nisa’ merupakan sedekah Allah pada kita.

Di hadapan Sa’id ibn al-Ash, Umar mengungkapkan bahwa ia hanya membunuh pamannya, Al-Ash ibn Hisyam ibn al-Mughirah. Dalam perang Badar, Umar menunjukkan tempat kematian sahabat sebagaimana Rasulullah tunjukkan, dan itu benar adanya, dimana Rasulullah berbicara pada mereka (ahli badar) yang telah dimasukkan ke dalam sumur. Mengetahui kedatangan ‘Umair ibn Wahab, Umar segera menemui Rasulullah dan membawa Umair ke hadapan Rasulullah dengan pedang di lehernya. Menanggapi salah satu perkataan Abu Sufyan di penghujung Perang Uhud, Umar menjawab: “Tidak sama, teman-teman kami yang meninggal tempatnya di surga, sementara teman-teman kalian yang tewas tempatnya di neraka.” Dalam  perang Khandaq, Umar mengungkapkan kekesalannya karna belum shalat Ashar disaat metahari terbenam, dimana Rasulullah mengungkapkan hal yang sama dan segera mengerjakan shalat. Pada Perang Hudaibiyah, Umar menyarankan Utsman atas dirinya sebagai utusan Rasulullah. Pada Sya’ban 7 H, Umar memenuhi perintah Rasulullah untuk memerangi Bani Hawazin di Turbah dan menolak untuk memerangi Bani Khasy’am. Setelah Perang Hunain, Umar yang mendapati seseorang mempertanyakan keadilan Rasulullah, berkata: “Izinkan saya memenggal batang lehernya.” Mendapati Suhail ibn ‘Amr sebagai tahanan, Umar meminta izin untuk mencabut gigi seri Suhail, namun Rasulullah menolak. Ketika Perjanjian Hudaibiyah, Umar bertanya pada Rasulullah “Mengapa kita menghina Agama?”, lalu mendatangi Abu Bakar, dan kemudian turunlah Surah Al-Fath. Mendapati Abu Sufyan dibawa oleh ‘Abbas ibn ‘Abdul Muththalib, Umar berkata: “Abu Sufyan, musuh Allah! Segala puji bagi Allah yang telah menundukkan dirimu tanpa suatu perjanjian pun.”

Mendapati para wanita bersembunyi disebabkan kedatangan Umar, Rasulullah bersabda: Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidak akan ada setan yang menemuimu di satu jalan yang kamu lalui, kecuali ia pasti akan mencari jalan lain selain jalan yang kamu lalui itu.’ Rasulullah mengungkapkan bahwa Umar merupakan seorang jenius dalam mengambil air. Rasulullah juga mengungkapkan perihal seorang wanita yang berada di sebuah istana (milik umar) di surga. Ketika sakit, Rasulullah yang mendapati Umar mengimami shalat, segera mengutus orang kepada Abu Bakar. Mendapati perintah sedekah Rasulullah, Abu Bakar membawa setengah hartanya dengan harapan mengalahkan Abu Bakar, hanya untuk mendapati Abu Bakar membawa seluruh hartanya. Mendapati Umar tidak berkenan memberikan maaf, Abu Bakar pergi menemui Rasulullah, dimana umar yang menyesal tidak memberikan maaf pun jua pergi menemui Rasulullah. Mengetahui wafatnya Rasulullah, Umar memberikan pidato, yang diikuti pidato Abu Bakar disertai QS Ali Imran[3]: 144. Umar kemudian berpidato mengangkat Abu Bakar untuk dibaiat, dimana kaum Anshar sempat memberikan penolakan, namun Umar berhasil meyakinkan mereka. Mengetahui wafatnya Rasulullah, pasukan Usamah ibn Zaid meminta kembali melalui Umar, dimana Abu Bakar memberikan jawaban keras pada Umar. Mendapati penuturan Abu Bakar perihal memerangi kaum muslimin yang enggan membayar zakat, Umar berkata; Demi Allah --- aku tahu bahwa dialah yang benar. Mendapati al-Aswad al-Ansi membakar Abu Muslim al-Khaulani di Yaman, Umar merangkul dan menangis mendapati Abu Muslim di Madinah. Mendapati penolakan Abu Bakar perihal usulannya atas harta Mu’adz ibn Jabal, Umar menyampaikan sendiri usulannya pada Mu’adz, dimana Mu’adz juga memberikan penolakan hingga ia bermimpi. Mendapati kekhawatiran Rasulullah atas ditawannya sang paman, Abbas, Umar menawarkan diri untuk menemui mereka. Menanggapi permintaan Uyainah dan al-Aqra’ perihal tanah kosong yang telah disetujui Abu Bakar, Umar memberikan penolakan tegas (sebagai saksi) dan mendatangi Abu Bakar.

Di akhir hayatnya, Abu Bakar meminta Utsman untuk menuliskan wasiat untuk menunjuk penggantinya, dimana Utsman menuliskan nama Umar disaat Abu Bakar tak sadarkan diri. Umar menyampaikan khutbahnya di hari pertama menjadi khalifah; “Ya Allah, sesungguhnya aku ini orang yang keras, maka lunakkanlah aku…”. Mengetahui ketakutan umat atas kekerasannya, Umar berpidato; “..Maka, aku letakkan sifat kerasku pada kelembutan Nabi…”. Sementara Abu Bakar dijuluki Khalifah Rasulullah, Umar dijuluki Amirul Mukminin. Ketika memerintahkan Sa’ad ibn Abi Waqqash menuju Irak, Umar berwasiat; “..Tidak ada hubungan antara seorang hamba dengan Allah kecuali ketaatan kepada-Nya…”. Setelah memukuli lelaki dan perempuan di kolam air Masjid al-Haram, Umar yang bertemu dengan Ali mengungkapkan ketakutannya akan binasa. Mendapati perbendaharaan Kisra yang dibawa Sa’ad ibn Abi Waqqash, Umar berkata; “..Namun, segala yang diridhai Allah jauh lebih baik..”. Mendapati pengaduan seorang istri perihal suaminya, dan bagaimana Ka’ab al-Asadi memberikan putusan, Umar mengangkat Ka’ab menjadi hakim di Bashrah. Uyainah meminta bantuan al-Hurr ibn Qais agar bisa dipertemukan dengan Umar, dimana ia mengungkapkan ketidakadilan Umar, sehingga Umar pun marah dan al-Hurr membacakan QS al-A’raf[7]: 199. Apabila membuat larangan, Umar mengumpulkan keluarganya untuk mengungkapkan bahwa ia akan menghukum mereka 2x lipat jika melanggar larangan-nya. Setelah membagi-bagikan pakaian rampasan perang, Umar yang memulai pidatonya, mendapati Salman berkata; “Kami tidak mau mendengar”. Saat keluar dari masjid, Umar menangis mendapati seorang Wanita (Khaulah binti Hakim) berkata; “..Maka, bertakwalah kepada Allah terhhadap rakyatmu..”. Mendapati sahabatnya yang menegur orang yang memberika nasehat, Umar berkata; “Tidak ada kebaikan pada diri kalian jika kalian tidak mengucapkannya, dan tidak ada kebaikan pada kami jika kami tidak menerimanya dari kalian.” Dalam pembagian uang berdasarkan prestasi dan keturunan, Umar lebih mengutamakan Usamah dibandingkan anaknya sendiri (Abdullah). Mendapati perbendaharaan putranya, ‘Ashim yang pergi ke Irak, Umar berkata; Ambillah dan simpanlah di Baitul Mal. Mendapati sang mertua meminta harta dari Baitul Mal, Umar berkata; “Engkau ingin aku menghadap Allah sebagai raja yang berkhianat?”. Umar mengirimkan kepada Zainab binti Jahsy bagian harta miliknya (jatah tahunan), dimana Zainab menyedekahkan harta tersebut dan kemudian meninggal dunia. Mendapati Umar memasuki sebuah rumah malam malam, Thalhahh mendatangi rumah tersebut dan mendapati seorang perempuan tua buta berkata: “Celakalah dirimu wahai Thalhah, kenapa engkau memata-matai Umar?”. Mendapati kedatangan seorang saksi, Umar bertanya; “Apakah engkau pernah menemaninya dalam perjalanan sehingga engkau mengetahui kemuliaan akhlaknya?”. Ketika keempat putra al-Khansa syahid di Qadisiyah, Umar berkata; “Berikanlah rezeki kepada al-Khanza bagi keempat putranya secara terus menerus hingga ia wafat.” Mendapati seseorang yang hendak menceraikan istrinya, Umar berkata; “..Manakah yang lebih penting, merawat cinta atau menahan kebencian?”. Umar menuruti nasihat Jarir ibn ‘Abdillah dalam peristiwa keluarnya angin disaat tibanya waktu shalat. Umar berkata pada sahabat-sahabatnya; “Bercita-citalah!”, dan berkata; “Aku bercita-cita muncul orang-orang yang bisa aku mintai bantuan untuk menegakkan kalimatullah.” Mendapati kedatangan pemuka kaum Quraisy serta Sebagian bekas budak mereka, Umar mendahhulukan Bilal dan Suhaib, sehingga Abu Sufyan pun marah. Mendapati kemarahan ‘Ali sebab tidak disejajarkan dengan lawannya, Umar mencium kepala ‘Ali dan berdoa; “Semoga Allah tidak menghidupkanku Ketika Abu Hasan telah tiada.” Ketika mengunjungi Makkah, Umar menerima pengadukan masyarakat perihal Abu Sufyan, sehingga Umar pun mendatanginya dengan cambuk. Mengetahui ada seoran laki-laki pemberani dari Syam yang selalu meminum khamar, Umar menuliskan surat untunya: ..QS. Al-Mu’min [40]: 1-3. Mendapati Tradisi penduduk Sungai Nil, Amr ibn al-‘Ash mengirimkan surat pada Umar, dan Umar pun membalas surat disertai secarik kertas untuk dilempatkan ke Sungai Nil. Umar mencium Hajar Aswad dan berkata; “…Kalaulah aku tidak melihat Rasulullah menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” Umar memecat Khalid bin Walid dari pimpinan pasukan di Syam disertai surat yang berisi alasan pemecatan; “ …Aku ingin mereka tahu bahwa Allahlah yang melakukannya.” Mendapati pensifatan orang Yaman, Umar berkata; “ …orang-orang yang bertawakal adalah yang menanam benih ke tanah kemudian bertawakal kepada Allah.” Mendapati seorang pria tua yang mengecat jenggotnya saat menemui pengantian Wanita, Umar memukulnya dan berkata; “Engkau telah menipu orang.” Mendapati hadiah (suap), Umar menolak dan mengadilinya, juga berkata; “Jauhilah oleh kalian segala bentuk hadiah.” Mendapati pembunuhan atas seoran kafir setelah Islam-nya, Umar berdoa; “Ya Allah! Aku tidak menyaksikan pembunuhan ini, tidak memerintahkannya, dan tidak juga menyetujuinya.” Mendapati kematian seorang pria yang berusaha memerkosa seorang pelayan Wanita, Umar berkata; “Itulah korban yang menjadi hak Allah. Tidak wajib diyat atas pembunuhnya.” Mendapati penuturan seorang ayah perihal anak perempuannya yang hendak menikah, Umar berkata; “Apakah engkau ingin menampakkan sesuatu yang telah Allah tutupi?”. Mendengar ratapan seorang wanita dari sebuah rumah, Umar memukulnya dan berkata; “Pukul saja wanita peratap ini. Dia menangis bukan karena duka, melainkan untuk mengambil dirham kalian.” Saat mendatangi negeri Syam, Umar singgah ke rumah Abu ‘Ubaidah dan mempertanyakan perihal harta di dalamnya, dimana Abu ‘Ubaidah berkata; “Sesungguhnya barang-barang ini yang bisa mengantarkan kami ke akhirat dengan selamat.” Suatu Ketika Umar melewati tempat sampah dan berhenti di dekatnya, sehingga membuat sahabat-sahabatnya terganggu, lalu ia berkata; “Inilah dunia yang kalian inginkan.” Dalam sebuah perjamuan Bersama Utsman, Umar berkata: “Sesungguhnya aku telah menyaksikan suatu makanan dan aku senang bila tidak menyaksikannya lagi.” Umar meminang Ummu Kultsum, Ali ibn Abi Thalib, dan berkata; “Sesungguhnya aku mendapatkan suatu dari kemuliaan yang tidak didapatkan oleh orang lain.” Mendapati penuturan sang anak gembala; “..lalu apa yang akan aku katakan kepada Tuhanku pada Hari Kiamat nanti?”, Umar membebaskan anak tersebut dan berkata; “Ucapanmu telah membebaskanmu di dunia. Aku harap Allah membebaskanmu pula di akhirat. Insya Allah.” Dalam perjalanan menuju Syam, Umar yang mengetahui terjadi wabah di Syam, memutuskan untuk Kembali, kemudian berkata; “Kita lari dari satu takdir Allah menuju takdir-Nya yang lain.” Muawiyah mengirimkan rantai dan uang melalui ayahnya, Abu Sufyan, kepada Umar, dan mendapati Umar menggunakan rantai tersebut pada Abu Sufyan. Disebabkan berkecamukanya perang saat fajar, Anas ibn Malik al-Anshari berkata perihal shalat-nya; “Shalat itu lebih menggembirakanku daripada dunia dan seisinya.” Umar berkata; “Jika masih diberikan kesempatan hidup, aku akan berkeliling mengunjungi rakyatku selama satu tahun penuh.” Menghadapi perkara wanita yang melahirkan anak dengan usia kandungan 6 bulan, Umar menjatuhkan hukuman rajam hingga Ali mengemukakan alas an QS al-Ahqaf: 15 dan QS al-Baqarah: 233. Mendapati penuturan Hafshah perihal pakaian dan makanannya, Umar berkata; “Sesungguhnya perumpamaanku dengan dua sahabatku (Rasulullah saw dan Abu Bakar)…”. Dikatakan bahwa ‘Umar melakukan tawaf di Ka’bah memakai kain dengan 12 tambalan. Mendapati kasus tuduhan atas al-Mughirah ibn Syu’bah, Umar berkata; “Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan setan gembira dengan penderitaan para sahabat Muhammad saw.” Mendapati kematian seorang Yahudi dan penuturan pemuda yang membunuh Yahudi tersebut disebabkan senandungan, Umar berkata; “Allah tidak menghukummu, dan engkau tidak terkena qishash karenanya.” Mendapati sebuah dokumen bertuliskan Sya’ban, Umar memusyawarahkan penetapan tahun sebagai acuan (16 H). Mendapati penuturan pembantu perempuannya, Umar berkata; “Aku beritahukan kepada kalian apa yang menjadi hakku dari harta Allah (Baitul Mal), yaitu dua pakaian…”. Mendapati pemberian 1 dirham temuan yang diberikan Mu’aiqib pada pelayannya, Umar berkata; “Celakalah engkau.. apakah engkau ingin aku dituntut umat Muhammad tentang uang satu dirham ini pada Hari Kiamat?.” Mendapati sang istri, ‘Atiqah, bersedia menimbang minyak wangi, Umar berkata; “Tidak boleh.” Mendapati penuturan seorang pemuda yang ia pukul karena berbuat dosa, Umar berkata; “Engkau benar. Mohonkanlah ampunan kepada Allah untukku, dan balaslah pukulanku.” Mendapati sang anak mengambil sebuah cincin dari keranjang perhiasan dan memasukkannya ke dalam mulut, Umar mengambilnya Kembali dan menangis. Suatu hari Umar yang tengah duduk bersama para sahabat berkata; “Jika seandainya ada yang menyeru dari langit, wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian akan masuk surga, kecuali satu orang, Aku takut orang itu adalah aku.” Mewaspadai terjadinya kembali tahun kelabu, mengarahkan Umar membuat teluk (Teluk Amirul Mukminin). Mendapati seorang Rahib yang kurus dan lemah, Umar mengangis sebab teringat QS al-Ghasyiyah: 3-4. Mendapati kekhawatiran orang-orang perihal syair al-Hathi’ah, Umar pun membeli kehormatan mereka. Utusan kaisar Romawi pergi menemui Umar dan mendapati beliau sedang tidur di bawah terik matahari dengan berbantalkan tongkatnya. Umar berkata; “Siapa yang berdagang sebanyak tiga kali, lalu tidak mendapatkan keuntungan, hendaklahh ia beralih pada usaha lainnya.” Mendapati keadaan salah satu Kambing Sedekah, Umar berkata; “…Janganlah kalian merampas hak orang lain dan mengambil harta-harta terbaik mereka.” Mendapati para sahabat yang mengikutinya secara diam-diam, Umar berkata; “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Mahatahu bahwa aku lebih takut kepada-Mu lebih daripada takutnya mereka kepadaku.” Mendapati kesangsian Zaid ibn Tsabit atas kedatangannya, Umar berkata; “Akulah yang punya kerperluan, maka aku pula yang harus datang.” Mendapati Mu’aiqib (bendahara Baitul Mal) sakit, Umar mencarikannya tabib hingga ia didatangi dua orang laki-laki dari Yaman. Pada suatu malan, karena kekhawatirannya setelah membaca QS ThaHa: 132, Umar membangunkan orang-orang yang tidur di rumahnya. Mendapati Umar yang terburu-buru disebabkan seekor unta sedekah yang kabur, ‘Ali berkata; “Engkau memberikan teladan yang berat bagi penerusmu.”  Mendapati penuturan seorang laki-laki dari Mesir, Umar segera mengirimkan surat pada ‘Amr ibn al-Ash untuk menghadap bersama anaknya.” Mendapati pandangan tajam orang-orang saat mengenakan pakaian baru, Umar berkata; “…suatu hari akan pergi seperti Ketika datang.” Mendapati pemalsuan stempel oleh Mu’an ibn Za’idah, Umar memukulnya sebanyak 100 kali hingga mengasingkannya. Mendapati keputusan Umar untuk merajam seorang wanita gila yang berzina, Ali mengungkapkan bahwa pena (catatan amal) telah diangkat atas tiga orang: orang gila, orang tidur, dan anak kecil. Suatu malam, Umar melewati rumah seorang pria yang sedang shalat dan membaca QS al-Thur: 1-7, Umar pun pulang ke rumahnya dan jatuh sakit sehingga tidak keluar rumah selama satu bulan. Mendapati laporan korupsi gubernur Syam, ‘Iyadh ibn Ghanam, Umar segera memanggil Iyadh dan memberikannya perlengkapan gembala beserta 300 ekor kambing. Suatu malam, Umar yang tengah memeriksa kondisi rakyatnya, mendapati sebuah rumah dimana seorang putri berkata kepada ibunya; “Wahai ibuku! Jika Umar tidak tahu, sungguh Tuhan Umar mengetahui”, dan Umar pun menikahkan putranya (‘Ashim) dengan wanita tersebut. Mendapati kaum muslimin melakukan shalat sendiri-sendiri di malam Ramadhan, Umar berkata; “Seandainya orang-orang itu aku kumpulkan menjadi satu dan mengikuti seorang imam, tentu lebih baik.” Saat tengah menjaga satu rombongan saudagar, Umar yang melaksanakan shalat mendapati tangisan bayi yang terus menerus, sehingga ia pun mengubah peraturan (jatah hanya untuk bayi yang sudah disapih) dan memberikan jatah untuk bayi yang baru lahir. Suatu malam di Shirar, Umar dan pelayannya, Aslam, mendapati seorang wanita beserta anak-anaknya yang menangis di hadapan periuk karena lapar, sehingga Umar pun belari ke Gudang untuk mengambil gandum dan daging, dimana Aslam yang bermaksud membawakan makanan tersebut mendapati Umar berkata; “Apakah engkau mau memikul dosaku pada Hari Kiamat?”. Saat terjadi gempa, Umar berkata; “Wahai manusia, tidaklah gempa bumi ini terjadi, melainkan karena ulah yang kalian kerjaka. Andaikan gempa ini terjadi lagi, aku tidak akan bersama kalian!”. Mendapati sebuah kemah dimana seorang perempuan tengah merintih karena hendak melahirkan sementara sang suami menungguinya di luar, Umar segera pergi menemui istrinya, Ummu Kultsum, dimana ia juga membawa periuk berisi makanan. Mendapati seorang lelaki yang berjalan berjingkrak-jingkrak, Umar berkata; “Hentikan berjalan seperti itu”, hingga beliau memukulnya tiga kali. Mendapati seorang wanita yang terkena penyakit menular tengah tawaf, Umar berkata; “Wahai hamba Allah, bukankah lebih baik engkau tinggal di rumahmu daripada menularkan penyakitmu kepada orang lain?!” Sepeninggal Umar seseorang memerintahkan wanita tersebut untuk keluar, dan wanita tersebut berkata; “Demi Allah, aku tidak akan menaatinya Ketika dia masih hidup dan mengkhianatinya Ketika dia telah wafat.” Bersama dengan anak-anak lainnya, Sinan memunguti balah yang terjatuh dari pohon dan berdiam diri mendapati kedatangan Umar, dimana Umar mengantarkannya ke rumah. Mendapati keteguhan ‘Abdullah ibn Hudzafah sebagai tawanan Raja Romawi, Umar pun mencium kepalanya dan mewajibkan setiap muslim untuk melakukannya. Mendapati seorang pria berbicara dengan seorang wanita di jalan, Umar memukul pria tersebut hanya untuk mendapati bahwa keduanya adalah suami istri yang baru tiba di Madinah. Umar mendatangi wanita-wanita yang ditingalkan suami mereka untuk berperang dan membawa mereka ke pasar untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk memperluas masjid, Umar hendak membeli rumah ‘Abbas hanya untuk mendapati penolakan, sehingga Umar bermaksud mengambil jalan paksa, namun Abbas mengarahkannya pada Hudzaifah sebagai hakim. Mendapati seorang pengemis yang masih meminta-minta padahal sudah mendapatkan banyak roti, Umar berkata; “Kamu bukan pengemis, tetapi pedagang,” lalu memberikan roti-roti tersebut pada unta-unta sedekah. Suatu ketika Umar menyerempet Salamah hingga merobek bajunya, dimana setahun kemudian Umar memberinya 600 dirham dan berkata; “Demi Allah, aku tidak melupakannya.” Mendapati pelayan memberikan susu dari unta sedekah, Umar berkata;  “Celakalah! Apakah engkau hendak memberiku minum dari api neraka?”. Mendapati penuturan Ahnaf Ketika tengah mengurus unta sedekah, Umar berkata; “Budak manakah yang lebih rendah dariku? Sesungguhnya barang siapa yang memimpin urusan kaum muslimin, dia memiliki kewajiban atas mereka, sebagaimana kewajiban seorang majikan atas budaknya, yaitu memberi nasihat dan menjalankan Amanah.” Mendapati sekelompok orang datang dan menyanjugnya sementara ‘Auf menentang hal tersebut, Umar berkata; “Demi Allahh, Abu Bakar lebih baik daripada minyak wangi dan aku lebih sesat daripada unta peliharaan.” Mendapati senandungan seorang wanita saat ronda malam, Umar membatasi waktu kepergian pasukan perang setelah bertanya pada Hafshah. Mendapati pelayan yang menunggangi kuda berhari-hari demi seekor ikan yang diinginkannya, Umar berkata; “Engkau tega menyiksa binatang gara-gara kemauan Umar. Demi Allah, Umar tidak akan memakannya.” Sisa satu pakaian bagus dalam pembagian pakaian, dimana mereka menyarankan agar diperuntukkan pada Ummu Kultsum, Umar berkata; “Ummu Sulait lebih berhak menerimanya.” Umar menyarankan seorang nenek tua untuk masuk Islam, dimana beliau memenuhi kebutuhannya dan kemudian berdoa; “Ya Allah, aku hanya menyarankan, bukan memaksanya.” Mendapati seorang badui yang menasehatinya, Umar berkata; “Wahai anak kecil, berikanlah kepadanya bajuku ini, demi Hari perhitungan itu, bukan karena syairnya.” Saat tahun kelabu, Umar bersumpah tidak akan memakan minyak samin, susu, dan daging hingga semua orang hidup layak. Mendapati seorang budak Nasrani-nya yang menolak masuk Islam, Umar berkata; “Tidak ada paksaan dalam agama.”

Umar yang mendapati istrinya (Ummi Kulsum) menangis, segera mamanggil Ka’ab yang mengungkapkan bahwa “…engkau berada pada salah satu pintu Neraka Jahanam dan mencegah manusia terjerumus ke dalamnya.” Umar yang tengah menunaikan haji, mendapati seorang badui berteriak di atas bukti Arafah; “Wahai Khalifah Rasulullah, demi Allah, Amirul Mukminin tidak akan pernah berdiri lagi di atas Bukit Arafah setelah ini.” Sepulang haji Umar berdoa; “Ya Allah, usiaku telah lanjut,.. maka aku memohon kepada-Mu agar dapat mati Syahid di jalan-Mu dan wafat di bumi Rasul-Mu.” Dalam khutbah Jumat, Umar berkata; “Aku bermimpi dan menganggap itu adalah pertanda akan tibanya ajalku.” Dahulu Umar tidak mengizinkan tahanan yang sudah baligh untuk memasuki Kota Madinah hingga al-Mughirah ibn Syu’bah (Gubernur Kufah) meminta izin untuk Abu Lu’lu’ah (Fairuz), seorang pandai besi, pengukiran, dan perkayuan. Umar ditikam saat membaca surat pada rakaat pertama (6 tikaman), dimana sang pelaku juga menebas saat melakukan pelarian sebelum akhirnya menebas dirinya sendiri. Umar tak jua sadarkan diri hingga dikatakan padanya; “Shalatlah, wahai Amirul Mukminin!”. Mendapati hiburan Abdullah ibn Abbas, Umar berkata; “Demi Allah, andai saja aku memiliki emas sepenuh dunia, pasti akan aku tebus diriku dengannya dari azab Allah Swt. sebelum aku melihat azab itu.” Menanggapi saran al-Mughirah ibn Syu’bah, Umar berkata; ”Celaka kamu! …Aku sudah berupaya semampuku dan telah mengharamkan jabatan itu atas keluargaku.” Mendapati penuturan Abdurrahman ibn ‘Auf perihal utang-utangnya (86.000 dinar), Umar berkata; “Aku berlindung kepada Allah dari engkau yang mengatakan itu…” Umar memerintahkan putranya untuk meminta izin pada Ummul Mukminin Aisyah agar dimakamkan Bersama Rasulullah dan Abu Bakar. 


Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.


 
;