Saturday, August 25, 2018 0 comments

Sinopsis "Matahari" Bahasa Indonesia


Matahari
By: Tere Liye

Aku dan Seli menonton pertandingan tim basket sekolah kami dalam pertandingan semifinal antar SMA di sekolah kami, dimana Ali, sahabat kami yang baru sebulan bergabung dalam tim basket sekolah, tiba-tiba menjadi sangat populer karenanya. Dan aku sungguh tak percaya Ali bisa bermain basket, mahir pula.

Setelah melewati pertempuran hidup-mati di Klan Matahari, Aku, Seli, Ali, Miss Selena, dan Av, menggendong tubuh kaku Ily ke rumah Ilo. Dimana Aku, Seli, dan Ali, bersikeras untuk tidak pulang sebelum menghadiri pemakaman Ily. Setibanya di rumah Seli, Aku dan Ali segera pulang ke rumah masing-masing. Ayah dan Ibu menyambut kedatangannku dengan hangat, begitu juga Si Putih, dimana aku berusaha bersikap riang sambil menyerahkan oleh-oleh.

Hari pertama di kelas XI, Ali menjemputku, memberitahukan tabung logam yang didapatkannya dari Av. Dengan banyaknya informasi dalam tabung logam, Ali mengusulkan untuk pergi ke Klan Bintang menggunakan buku matematika yang kumiliki, namun Aku menolaknya dengan keras. Kehidupan berjalan normal, dimana Aku seringkali melatih kekuatannya, dan Ali tetap berusaha membujukku. Namun Ali akhirnya memutuskan mencari cara lain untuk bisa pergi ke Klan Bintang, hingga ia tiba-tiba diterima di tim basket sekolah.

Pertandingan final dimulai, dimana Ali dengan sekejap berhasil mencetak angka, membuat Tim Lawan memperketat pertahanan mereka dengan kontak fisik yang keras, sehingga Tim Kami banyak mengalami cedera. Mendapati Ali semakin kesal, Seli dan Aku menjadi cemas, sehingga Aku memutuskan untuk membawa Ali pergi dari aula hanya untuk mendapati sesuatu telah membawa Ali terlebih dahulu. Aku pun segera mengikuti cahaya kuning keemasan yang berteleportasi dengan cepat bersama Seli. Namun ketika sudah sangat dekat, kapsul perak melancarkan serangan, membuat Kami kehilangan jejak Ali. Tak lama kemudian, Aku menyadari bahwa kapsul itu menuju ke rumah Ali, sehingga Aku pun segera menuju ke sana bersama Seli.

Setibanya di rumah Ali, Aku dan Seli menelurusi setiap ruangan hingga ke ruang bawah tanah, dan menemukan kapsul perak di ujung ruangan, dengan Ali yang keluar dari sana. Setelah mengambil nafas, Ali menjelaskan mengenai kapsul perak tersebut, memperkenalkannya dengan sebutan Ily, dan mengajak kami untuk menaikinya keliling kota.

Di sekolah, para fans menanyakan alasan Ali menghilang, dan dengan santai Ali menjawab ia ke kamar mandi karna sakit perut. Dengan hanya kami bertiga di kelas, Ali kembali mengusulkan untuk pergi ke Klan Bintang, dengan cara melalui lorong kuno. Setelah 3 hari tidak masuk sekolah, Seli yang mencemaskan Ali, mengajakku pergi menjenguknya hanya untuk mendapati Ali tengah bermain basket di basement rumahnya. Mendapati kedatangan kami, Ali menunjukkan hasil kerjakerasnya menyempurkan Ily dan menunjukkan peta perut bumi hasil pencarian Ily pada kami. Namun tak ditemukan lorong kuno di sana.

Setelah makan malam bersama orangtuaku, Aku yang tengah bermain-main dengan si putih, mendapati kapsul perak di luar jendela kamar, yang kemudian membawaku masuk ke dalamnya, dimana Ali menunjukkan bahwa ia telah menemukan lorong kuno. Kami kemudian pergi ke rumah Seli, dimana Mama Seli menyarankan agar Aku segera memberitahukan orangtuaku.

Kami memutuskan untuk berangkat setelah ujian semester, namun Aku selalu mengurungkan niatku untuk mengungkapkan pada orangtuaku, dimana Ali terus-terusan mendesakku. Saat makan malam di malam sebelum keberangkatan, Aku berusaha keras untuk mengungkapkan pada orangtuaku dengan menunjukkan kemampuanku hanya untuk mendapati Orangtuaku merasa sedih, yang kemudian mengungkapkan kisah 16 tahun yang lalu, saat dimana mereka bertemu denganku. Keesokan harinya, Aku berpamitan pada orangtuaku, dimana Mama memberikanku pin perak, yang ditemukannya di ranjangku ketika aku dilahirkan.

Setelah berpamitan pada Ayah dan Ibu Seli, Kami berangkat menuju lorong kuno, dan tiba saat senja. Aku dan Seli turun dari kapsul perak untuk membuka jalan, dimana Kami harus berhadapan dengan ular besar yang menjaga pintu lorong. Setelah berhasil membuka pintu masuk menuju lorong kuno, Kami pun memulai perjalanan menelurusi lorong tersebut.

Setelah beberapa jam menelusuri lorong kuno, Ali menghentikan perjalanan untuk makan malam sambil menjelaskan lapisan bumi pada Kami. Sementara Ali dan Seli beristirahat, Aku mengemudikan Ily hingga tiba di tempat persimpangan dengan 4 lorong. Kami turun dari kapsul untuk mencari petunjuk lorong yang harus dilewati dengan memeriksa reruntuhan bangunan, dimana ular-ular besar menampakkan diri dan menyerang kami. Setelah berhasil kembali ke kapsul, Ali segera memegang kemudi dan menuju salah satu mulut lorong yang ia yakini sebagai lorong menuju Klan Bintang.

Setelah seharian melintasi lorong landai, kami tiba di ruangan penuh kristal yang meruncing di segala sisi. Aku dan Seli turun dari kapsul untuk membuka jalan menuju lorong yang tertutup oleh kristal. Namun Aku segera menyuruh Seli kembali ke dalam kapsul disebabkan ada sesuatu yang mendekat. Dimana tak lama kemudian, kelelawar-kelelawar besar menyerang kami dan menutup jalan keluar. Sementara Ali mengalihkan perhatian para kelelawar tersebut, Aku berusaha membuka jalan menuju lorong. Namun sebelum Aku selesai menghancurkan kristal-kristal yang menutupi lorong, para kelelawar berdatangan menyerangku.

4 orang keluar dari lorong dan menyelamatkan kami dengan mengusir para kelelawar. Kesempatan ini kami gunakan untuk segera memasuki lorong menggunakan Ily, namun mereka menangkap kami bersama Ily. Setelah memasuki lorong yang tersembunyi dalam lorong kuno, Kami akhirnya tiba di sebuah lembah hutan yang cerah, dimana Kami diperintahkan untuk pergi menuju rumah terbesar di tempat tersebut.

Seorang wanita tua bernama Faar menyambut kami dengan hangat. Dan setelah menanyakan alasan kedatangan kami, ia menceritakan kisah si Tanpa Mahkota, seorang putra raja Klan Bulan yang ditinggal mati ibunya, dimana sang ayah yang menikah lagi, menjadikan adik tirinya sebagai penerus tahta. Faar juga menceritakan asal muasal berdirinya Klan Bintang, yakni usaha para Klan untuk mengendalikan aktivitas gunung meletus.

Aku, Seli, dan Ali beristirahat di kamar yang telah disediakan, dimana teknologi Klan Bintang menakjubkan kami. Pagi harinya, mengenakan pakaian canggih, kami sarapan bersama Faar, dimana sarapan yang disajikan juga merupakan hasil teknologi. Setelah Faar mengajak kami berkeliling, ia menunjukkan peta Klan Bintang melalui proyeksi 3 dimensi, dengan Zaramaraz sebagai ibukota. Faar kemudian meninggalkan kami di garasi, yang merupakan perpustakaan tak kasat mata.

Sebuah pasukan armada dibawah kepemimpinan Marsekal Laar tiba di lembah, dimana Laar meminta diri untuk berbicara dengan Faar sebagai teman. Menyadari maksud kedatangan Laar, Faar menunjukkan sikap ketidakbersahabatan pada Laar. Sekertaris Dewan Kota kemudian datang bersama beberapa pasukan, memaksa Faar untuk segera menyerahkan Kami. Faar dengan tegas menolak dan bersiap memberikan perlawanan, dan Laar mencoba untuk menenangkannya. Mendapati Faar bersikeras, Aku yang tak ingin membahayakan lembah, berusaha menenangkan Faar sekaligus menyerahkan diri.

Kami ditempatkan di sel karantina dalam kapal induk menuju kota Zaramaraz, dimana Laar menyerahkan sesuatu pada Ali disertai arahan-arahan pada kami sebelum kapal induk berangkat. Mengikuti aba-aba Ali, Aku bersiap-siap menggunakan kekuatanku untuk melarikan diri.

Setelah cukup jauh dari pusat kota, Kami membaur dengan masyarakat dan pergi menuju Restoran Lezazel, yang dengan mudah dicapai berkat kecerdasan Ali. Mengikuti arahan Ali, Aku dan Seli masuk ke Restoran Lezazel, menikmati hidangan pembuka sambil mencari-cari sosok Sang Hantu. Namun karna tidak memiliki petunjuk jelas, Ali akhirnya memutuskan untuk bertanya pada seorang pelayan.

Pelayan tersebut membawa kami menuju dapur bawahtanah di mana Sang Hantu berada. Tak lama kemudian Kaareteraak, yakni Sang Hantu, tiba dan memperkenalkan dirinya, menanyakan maksud kedatangan kami. Kaar mengarahkan kami menuju Lembah Hijau Faar menggunakan serbuk api Klan Matahari. Faar menyambut hangat kedatangan kami yang sudah diduganya, namun Faar tidak mendapatkan cara yang aman untuk mengembalikan kami ke permukaan. Ali menyarankan untuk menggunakan Buku Kehidupan, namun kudapati buku itu tak ada di tasku.

Atas saran Faar, Kami pergi tidur setelah makan. Namun Aku yang tak bisa tidur, memutuskan untuk jalan-jalan mengelilingi rumah Faar, mendengarkan Faar dan Kaar yang masih berdiskusi. Setibanya di kamar, kuceritakan pada Ali apa yang kudengar mengenai Dekrit Darurat yang akan dikeluarkan Dewan Kota. Pagi harinya saat sarapan, Faar mengusulkan untuk menyusup ke markas Dewan Kota, untuk mengambil kembali Buku Kehidupan.

Setelah melakukan persiapan, Faar memerintahkan Kaar untuk kembali terlebih dahulu, sementara Faar membawa kami menemui Meeraxareem, yang hendak menyajikan makan malam dengan rusa yang didapatkannya. Setelah makan malam, Meer menunjukkan cara untuk menyusup ke markas Dewan Kota, dimana Meer juga menyerahkan kacamata dan gumpalan karet pada Ali.

Setibanya di ruang bawahtanah Restoran Lezazel, Faar segera membuka jalan menuju salutan air dan memerintahkan kami untuk mengambil Buku Kehidupan, sementara Faar berusaha mengalihkan perhatian. Aku, Seli, dan Ali, berselancar dalam saluran pipa menuju markas Dewan Kota, namun terhadang oleh jeruji tebal. Mengikuti saran Ali, kami akhirnya tiba di markas Dewan Kota. Setelah sempat tertahan di aula utama, Kami akhirnya tiba di ruangan Sekertaris Dewan Kota dan segera mencari Buku Kehidupan hanya untuk mendapati pasukan Bintang membanjiri ruangan.

Aku, Seli, dan Ali memberikan serangan perlawanan untuk melarikan diri dari ruangan tersebut. Namun di aula utama, portal besar telah terbuka, mengirim ratusan pasukan dibawah kepemimpinan Sekertaris Dewan Kota. Mendapati provokasi Sekertaris Dewan Kota untuk menyerah setelah ditangkapnya Faar dan Kaar, Aku memutuskan untuk tetap memberikan perlawanan. Kami berhasil meloloskan diri dengan menghancurkan atap aula. Mendapati kapsul tempur dikerahkan, Kami hanya bisa melarikan diri sambil sesekali membalas serangan, namun tak berdampak banyak, hingga Seli mengerahkan seluruh kekuatannya dengan membuat angin tornado menggunakan reruntuhan bangunan setelah mendapati Ali terpojok, dimana hal itu juga tak berdampak banyak. Dalam keadaan terdesak, Ali maju seorang diri dan berhasil melumpuhkan seluruh kapsul tempur menggunakan granat EMP. Dipenuhi kemarahan, Sekertaris Dewan Kota memerintahkan untuk menurunkan Robot Z.

Menghadapi 12 Robot, kami kewalahan dan tertangkap, namun Seli kembali mengerahkan kekuatannya dan menggunakan pedang menyala untuk mengalahkan para Robot. Disebabkan kelelahan, Seli tak lagi mampu memberikan perlawanan, dimana Ali yang mendapati kami telah terpojok, merubah dirinya menjadi beruang raksasa.

Dengan kemampuan barunya, Ali dengan mudah mengalahkan para robot, membuat Sekertaris Dewan Kota memerintahkan kapal induk untuk memberikan serangan udara, membuat Ali terkapar tak sadarkan diri.

Aku terbangun di ruangan penjara dan mendengar suara Ali di ruangan sebelah, yang mengungkapkan bahwa telah 4 hari kami dikurung, sementara Seli dikurung di tempat yang berbeda. Dalam kesedihan, Ali mengingatkanku untuk selalu berpikir positif, dimana Ali kemudian mengungkapkan 2 rahasia kecil yang dimilikinya padaku.

Mendapati Buku Kehidupan di tas, Aku menanyakan pada Ali bagaimana bisa hal itu terjadi, dan petugas pemeriksaan kemudian datang untuk memeriksa keadaan kami sekaligus memberikan nutrisi. Sementara Ali beranjak tidur setelah menyuruhku berjaga, Aku kembali membuka Buku Kehidupan.

Dengan dimasukkannya pin, Buku Kehidupan menampakkan dirinya dan memperkenalkan diri, namun tak memberiku solusi bagaimana cara menyelamatkan Seli. Buku Kehidupan hanya mengungkapkan tujuan dari keberadannya.

Setelah membaca beberapa kisah yang tertulis dalam Buku Kehidupan, kubangunkan Ali karna jadwal pemeriksaan telah tiba, sekaligus kutanyakan padanya cara memaksimalkan kekuatanku.

Dengan meningkatkan kekuatan menghilangku, Aku berhasil keluar dari sel penjara, sekaligus membawa Ali menuju ke ruang isolasi untuk menyelamatkan Seli. Setelah berhadapan dengan ratusan pasukan Bintang yang dengan mudah dikalahkan oleh Seli, kami berhasil membebaskan Faar dan Kaar. Namun saat hendak membuka portal menggunakan Buku Kehidupan, tiba-tiba sebuah cincin portal besar terbuka.

Mendapati keadaan Pasukan Bintang, pilot pesawat memutuskan untuk membatalkan pendaratan, namun Kami telah terlebih dahulu masuk ke pesawat melalui pintu yang sempat terbuka. Di ruangannya, Sekertaris Dewan Kota menunjukkan keterkejutannya saat melihat Kami. Sementara Faar dan Kaar mengambil alih kemudi dan mengubah tujuan portal, Aku, Ali, dan Seli berhadapan dengan Sekertaris Dewan Kota, yang menertawakan Kami setelah mengetahui bahwa Kami bermaksud untuk pulang.



Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat]
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.

 
;