Friday, December 23, 2016 0 comments

Sinopsis "Atas Nama Kehormatan - Mukhtar Mai" Bahasa Indonesia

 Atas Nama Kehormatan
by: Mukhtar Mai

22 Juni 2002, Aku, Mukhtaran Bibi, dari kasta Gujar di Punjab, diharuskan untuk memohon pengampuan atas keputusan Dewan Jirga disebabkan tuduhan terhadap adikku, Shakur. Ditemani Ayah dan Mullah, Aku memohon pengampunan di hadapan Faiz, pemimpin kaum Mastoi, hanya untuk mendapati 4 orang di belakangnya membawaku ke sebuah tempat dan kemudian memerkosaku. Setelah aku dianiaya, Shakur baru bisa dibebaskan dengan uang sebesar upah 3-4 bulan bekerja, dan Aku yang dipenuhi rasa bersalah, memutuskan untuk bunuh diri atau melakukan balas dendam. Pada suatu hari, Aku, Shakur, Ayah, dan juga Paman, dibawa ke Kantor Kepolisian Wilayah Jatoy, dimana beberapa jurnalis berada di sana. Memenuhi panggilan seorang polisi, kujawab pertanyaan-pertanyaannya hanya untuk mendapati polisi tersebut bersikap aneh. Namun dari sinilah aku mulai melakukan pembalasan dendam melalui ranah hukum.

Setelah 3 hari dibawa ke kantor polisi tanpa aktifitas apa pun, akhirnya Aku diinterogasi oleh kepala kepolisian yang mendiktekan padaku apa yang harus kukatakan di pengadilan. Sebagai orang pertama yang memberikan kesaksian, Aku yang gugup mendapati Sang Hakim bersikap begitu sopan. Keesokan harinya, pers silih berganti mengerumuni rumah kami, hingga setelah 4 hari kemudian Aku dihadapkan pada kepala kepolisian wilayah yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Aku, Salma, dan Shakur, terhadap seorang dokter. Selesai dari rumah sakit, Aku mendapat tawaran cek 500,000 rupee dari ibu menteri, Attiya Inayatullah, yang akhirnya kuterima setelah awalnya kutolak, dimana ia juga menjanjikan akan membangunkan sekolah.

Hukum Pakistan memberikan otorisasi untuk mengadili semua yang terlibat dihadapan pengadilan antiteroris. Karna jauhnya jarak Dera Ghazi Khan dari Meerwala, dan Aku diharuskan hadir di setiap persidangan, Aku mengontrak sebuah rumah dan menempatinya selama 3 minggu. Pada 31 Agustus, pengadilan menyampaikan keputusannya, dan aku merasa puas, namun pihakku dan pihak mereka melakukan naik banding, dimana itu membutuhkan satu atau dua tahun. Di akhir 2002, sekolah pertamaku mulai beroperasi, membuatku dikenal sebagai Mukhtar Mai. Aku kemudian berkenalan dengan Naseem, yang mengajarkanku untuk bersikap terbuka, sehingga aku berhasil membebaskan diri dan bangkit dari keterpurukan. Pada tahun 2005, sekolah mengalami kemajuan pesat, dan Aku menghadiri undangan Women Club’s 25 di Spanyol.

Aku terlahir di lingkungan yang mengajarkan ketidakpercayaan, kepatuhan, kepasrahan, perasaan takut, dan penghormatan besar terhadap laki-laki. Tak ada yang tahu pasti usia kami, dan saat masih kecil aku seringkali bermain sandiwara perjodohan boneka bersama saudariku. Aku kembali tertawa ketika kuceritakan pada Naseem kisah pernikahan sepupuku. Sementara Naseem menolak perjodohannya secara halus, Aku tidaklah memberikan penolakan terhadap perjodohan atasku, meskipun aku tidaklah menjawab saat ditanya oleh imam. Dalam acara pernikahan, Aku mengikuti ritual mehndi dan mengenakan burqa, dimana mempelai laki-laki belum boleh melihat wajah mempelai perempuan sebelum ritual-ritual dilaksanakan, yang berakhir dengan ritual ghund kholawi. Mengikuti perjanjian awal, Aku kembali ke rumah orangtuaku, sementara suamiku memutuskan untuk tetap tinggal bersama saudaranya.

Meerwala terletak jauh di daratan Indus, barat daya Punjab, di wilayah Muzaffargarh, dan Mukhtar Mai School yang mendapatkan banyak bantuan, terutama dari Kanada, akhirnya memiliki 160 siswa dan lebih dari 200 siswi di akhir tahun 2005. Para Dewan Jirga biasanya merasa bahwa jalan terbaik meredakan kekacauan ialah dengan memberikan satu atau dua gadis untuk dinikahi. Komisi HAM telah mencatat 226 gadis di Punjab diculik dan dinikahi secara paksa. Pada Januari 2005 di Baluchistan, Dr. Shazaki Khalid yang sedang ditinggal suaminya ke luar negeri, diperkosa berkali-kali sebelum akhirnya berhasil melarikan diri, dimana ia kemudian dikucilkan oleh kerabatnya dan diasingkan ke Inggris. Arts Academy of Lahore telah mementaskan drama “Mera Kya Kasur” yang tampaknya terinspirasi dari kisah kelamku.

Setelah dua hari menghadiri pengadilan, 3 Maret 2005 Pengadilan Tinggi Lahore memutuskan kelima terdakwa tidak bersalah dan satu terdakwa dijatuhkan hukuman penjara seumur hidup. Membuatku ikutserta dalam demonstrasi besar-besaran memprotes keputusan tersebut, sementara pers, stasiun radio, dan televisi, sibuk mendiskusikan keputusan tersebut tanpa henti. Dalam sela-sela demonstrasi, Aku menerima kunjungan Mrs. Margaret Huber, komisioner tinggi Kanada di Pakistan, di sekolahku. Atas informasi pengacaraku yang mengungkapkan mereka akan meninggalkan penjara pada 14 Maret, Aku pergi ke Islamabad untuk meminta bantuan Presiden Musharraf dengan menemui Menteri Dalam Negeri bersama Naseem, yang mengarakan kami pada Perdana Menteri. Hingga pada 28 Juni, Mahkamah Agung Islamabad membuka kembali kasusku, dimana visaku sempat ditahan, dengan Kaum Mastoi yang menunjukkan kemarahan mereka.

Tak ada satu hari pun yang berlalu tanpa kedatangan para perempuan yang meminta pertolongan dariku dan Naseem, salah satunya adalah Kausar, seorang istri berusia sekitar dua puluh dua tahun asal Muhammadpur yang diculik dan diperkosa selama beberapa bulan setelah sang suami bertengkar dengan seorang tetangga. Sambil menantikan keputusan Mahkamah Agung, negara ini mendapatkan guncangan keras pada Oktober, dan Aku diizinkan pergi ke New York bersama Dr. Amna Buttar, presiden Asia Amerika Network, dimana majalah Amerika menganugerahiku gelar “Perempuan Tahun Ini”.

Terimakasih atas Pembelian Buku Original-nya!!


Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.


 
;