Friday, September 23, 2016 0 comments

Sinopsis "Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat" Bahasa Indonesia

Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat
by: Cindy Adams


Sukarno merupakan seorang seniman yang mengagumi keindahan, dimana ia menjadi bulan-bulanan media surat kabar Amerika, padahal Soekarno sendiri berteman baik dengan John F. Kennedy. Sesuai anjuran dokter, Sukarno berusaha mendapatkan kesenangan dengan menyalurkan kekagumannya terhadap keindahan untuk mengatasi rasa kesepian disebabkan mendapatkan perlakuan khusus dari rakyatnya, seperti misalnya melihat gadis-gadis jelita.

Beliau dilahirkan di Surabaya pada saat fajar menampakkan diri, tanggal 6 Juni 1901, bersamaan denga meletusnya gunung Kelud. Ibu dari keturunan bangsawan, bernama Idayu, dan ayah bernama Raden Sukemi Sosrodiharjo, keturunan sultan kediri.

Hidup dalam kemiskinan, Beliau terkena penyakit tipes, sehingga Sang Ayah mengganti nama beliau menjadi Sukarno, yang terinspirasi dari pahlawan Mahabartha bernama Karna. Beliau kemudian dirawat oleh neneknya di Tulungagung, dimana Sang Ayah memindahkan Sukarno ke Sekolah Belanda saat kelas 5, dan Sukarno jatuh cinta pada Rika Meelbuysen. Atas usaha Sang Ayah, Sukarno melanjutkan sekolah di Hogere Burger School di Surabaya, dititipkan pada H.O.S. Cokroaminoto.

Sukarno menempati kamar gelap dan sempit, seringkali kekurangan uang dan meminta bantuan dari kakak iparnya. Saat liburan, Sukarno pulang ke rumah orangtuanya dan pergi mengunjungi seorang teman, dimana Gunung Kelud menampakkan amarahnya. Sukarno seringkali meminjam buku Theosofi hingga akhirnya mendirikan perkumpulan dengan nama Tri Koro Darmo, disusul oleh Jong Java yang sering mengadakan kegiatan sosial. Setelah mendapatkan penolakan keras dari Ayah Mien Hessels, Sukarno melamar Utari, putri Cokroaminoto. Mengikuti ke mana pun Cokroaminoto pergi, Sukarno mendapatkan banyak pelajaran darinya, sehingga Sukarno diangkat menjadi pemimpin Jong Java.

Mendaftar di Sekolah Teknik Tinggi Bandung, Sukarno memutuskan mengenakan peci sebagai lambang kebangsaan dalam pertemuan Jong Java, dimana Sukarno tinggal di kediaman Pak Sanusi, yang merupakan kenalan Pak Cokro. Mengetahui bahwa Pak Cokro ditahan oleh Belanda, Sukarno segera kembali ke Surabaya. Tidak bahagia atas pernikahan yang dijalani, Sukarno menceraikan Utari dan memulai percintaannya dengan Inggit.

Seringkali Sukarno tidak masuk kuliah dikarenakan pikirannya tersibukkan oleh penderitaan masyarakat, yang ia sebut Marhaen. Dalam sebuah pertemuan antar para pemimpin organisasi, Sukarno tak mampu menahan pidato-pidatonya, membuatnya menjadi buah bibir masyarakat sekaligus incaran polisi. Dengan ketidakbagusan dalam akademis, Sukarno menyadari bahwa apa yang dipelajarinya bertujuan untuk mengekalkan penguasaan Belanda terhadap Indonesia. Dan pada 25 Mei 1926, Sukarno mendapatkan gelar Ingenieur.

Meskipun menerima banyak penawaran di bidang Arsitektur, Sukarno menolak penawaran dengan tegas dikarenakan tidak mau bekerja dibawah pemerintahan Belanda. Sukarno menerima tawaran pekerjaan sebagai guru, yang berlangsung singkat. Bersama Ir. Anwari, Sukarno mendirikan biro pertamanya dan menekankan masyarakat untuk menggunakan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahasa persatuan. Sebagai seorang sosialis, Sukarno membentuk perkumpulan studi yang kemudian menerbitkan majalah “Suluh Indonesia Muda”.

Bersama 6 orang kawannya, Sukarno mendirikan PNI pada 4 Juli 1927, dengan semboyan “Indonesia merdeka SEKARANG”. Dalam menyampaikan pidato, Sukarno harus menggunakan pribahasa isyarat, dan melakukan pertemuan secara sembunyi-sembunyi, biasanya di tempat pelacuran, bahkan menjadikan para pelacur sebagai anggota partai. Pada Desember 1928, federasi partai didirikan, yakni PPPKI. Saat berpidato di Madiun ditemani Ali yang baru dikeluarkan dari penjara, Sukarno mendapatkan peringatan keras dari kepolisian.

Dalam pertemuan di Solo, Sukarno ditemani oleh Gatot dan Suhada, dengan menginap di rumah Suyudi, dimana polisi mengepung rumah tersebut untuk melakukan penangkapan. Sukarno dibawa ke Margangsan sebelum dikirim ke penjara Bantjeuj.

Setelah 40 hari hanya bertemankan cicak, Sukarno diizinkan bertemu dengan Inggit. Polisi-polisi Indonesia yang bertugas mengawasi penjara berpihak padanya, terutama Sariko, yang menyediakan surat kabar, dan Sukarno bagikan pada yang lain. Sukarno dan kawan-kawannya di penjara harus membersihkan sel mereka agar tidak terkena hukuman jika ada pemeriksaan.

16 Juni 1930, diumumkan bahwa Sukarno akan dihadapkan ke pengadilan, dan 18 Agustus 1930, Sukarno mengungkapkan pembelaannya yang kemudian dikenal dengan sebutan “Indonesia Menggugat”. Setelah 19 kali persidangan, diputuskan bahwa Sukarno dihukum 4 tahun penjara.

Di penjara Sukamiskin nomor sel 233, Sukarno tidak dibiarkan berkumpul dengan teman-temannya, pekerjaannya ialah menggaris buku catatan. Meski begitu, Sukarno tetap bisa mendapatkan informasi melalui Inggit yang dibolehkan mengantarkan makanan 2 kali dalam seminggu. Dalam kesuraman penjara, Sukarno melatih mentalnya dengan membaca buku-buku agama. Namun Sukarno tak mampu menahan tangis ketika mengetahui bahwa partai yang didirikannya, PNI, terpecah. Atas protes-protes yang diajukan pada kehakiman, hukuman diturunkan menjadi 2 tahun, dan Sukarno keluar penjara pada  31 Desember 1931.

Kebebasan Sukarno mendapatkan sambutan hangat disertai selametan, dimana Sukarno segera melakukan pertemuan dengan Hatta untuk menyelesaikan permasalahan partai. Namun Sukarno tak menemukan kecocokan dengan Hatta, sehingga ia masuk partai Partindo dan menjadi ketua partai tersebut. Bersama Ir. Rooseno, Sukarno kembali mendirikan biro arsiteknya. Sukarno juga kembali berpidato di hadapan rakyat, membuatnya kembali jadi incaran polisi, dan akhirnya ditangkap.

Diasingkan ke Pulau Bunga, di kampung Ambugaga, Endeh, Sukarno ditemani oleh keluarganya, dimana Sang Mertua, Ibu Amsi, meninggal dunia beberapa bulan kemudian. Dilanda kekosongan, Sukarno menulis cerita sandiwara dari tahun 1934-1938, menghasilkan 12 buah karya. Sukarno juga menyusun perkumpulan Sandiwara Kelimutu, dimana semua anggotanya adalah laki-laki. Sukarno tidak lepas dari pengawasan polisi yang selalu berada 60 meter darinya. Dalam pengasingan, Sukarno membersihkan diri dari takhayul dan menghadapi rasa takut yang mengganggu pikirannya.

Dikarenakan terjangkit malaria, pada Februari 1938, Sukarno dipindahkan ke Bengkulu, Sumatera Selatan. Di sana, Sukarno menerima tawaran sebagai guru sekolah Muhammadiyah dan seringkali dimintai nasehat oleh orang-orang, dimana kedekatan beliau dengan seorang gadis 15 tahun, membuat Inggit cemburu. Sukarno juga menulis artikel yang pada awalnya menggunakan nama samaran.

Pada 12 Februari 1942, Jepang menyerbu Sumatera, dan Sukarno segera dipindahkan ke Padang sebelum dikirim ke Australia. Dimana dalam perjalanan, Sukarno menyaksikan Belanda menjalankan politik bumi-hangusnya. Untuk tiba di Padang, Sukarno dan keluarganya harus berjalan kaki sejauh 300 km melewati hutan, ditemani 6 orang pengawal. Namun setibanya di Padang, mereka mendapati kapal yang direncanakan telah hancur dan tak ada pesawat yang tersisa, sehingga Sukarno ditinggalkan begitu saja. Sukarno segera menemui Waworuntu, yang menyambutnya dengan hangat, dimana Sukarno kemudian mengumpulkan orang banyak untuk memberikan himbauan.

Kedatangan Jepang mendapatkan sorak sorai penduduk. Dan keesokan harinya, Sukarno didatangi oleh Sakaguchi yang bersikap hormat padanya, mengajaknya untuk bekerjasama. Sukarno menghadiri undangan kolonel Fujiama di Bukittinggi dan menerima perjanjian kerjasama. Dimana Sukarno memberikan solusi bagi permasalahan yang dimiliki Jepang, seperti makanan dan wanita.

Atas perintah dari Jendral Imamura, Sukarno diberangkatkan ke Jakarta, dimana beliau terhambat di Palembang. Sebulan kemudian, menggunakan perahu motor, Sukarno berangkat menuju Jakarta bersama yang lainnya, dimana beliau disambut oleh Anwar dengan penuh haru.

Sukarno segera melakukan pertemuan dengan Hatta, ditemani oleh Syahrir, yang menjadi pelopor gerakan bawah-tanah, sementara Sukarno dan Hatta bergerak secara terang-terangan. Tidak puas duduk di belakang meja, Sukarno pergi menemui Jendral Imamura. Dan pada bulan Maret, PUTERA didirikan dibawah kepemimpinan beliau. Sukarno menggunakan organisasi tersebut untuk memberikan penyuluhan terhadap rakyat dalam memecahkan masalah-masalah mereka, dimana Jepang memberikan fasilitas untuk beliau dalam menyampaikan podato-pidatonya. Namun Jepang tak sepenuhnya memercayai beliau, bahkan beliau sempat dimasukkan ke Kenpetai.

Di tahun 1943, kesehatan beliau tidaklah terbilang baik, Sukarno terkena malaria dan panyakit ginjal, ditambah persoalannya dengan Inggit yang semakin suram. Dan pada bulan Juni, Sukarno resmi menikah dengan Fatma secara nikah wakil, dimana setahun kemudian Fatmawati melahirkan putera mereka, Guntur Sukarno Putera. Tak lama kemudian, Sang Ayah meninggal dunia.


Terimakasih atas Pembelian Buku Original-nya!!


Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat]
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.

 
;