Friday, February 19, 2016 0 comments

Sinopsis "Dari Mana, Di Mana, Ke Mana? - Prof. M. Nasroen S.H." Bahasa Indonesia

 Dari Mana, Di Mana, Ke Mana?
by: Prof. M. Nasroen S.H.

Manusia dalam menjalani hidupnya sebenarnya tidak memiliki kuasa terhadap segala sesuatu. Dan yang mengistimewakan seorang manusia adalah pikiran, perasaan, dan keyakinan yang dimilikinya. Dimana manusia harus memanfaatkan waktu yang dimilikinya sebaik-baiknya, sebagai rasa terima kasih kepada Allah yang telah menciptakannya.

Manusia memiliki tenaga, dan ia harus menyeimbangkan tenaganya tersebut tanpa memproritaskan satu diatas yang lain. Diantara tenaga manusia itu, antara lain; pikiran, perasaan, keyakinan, kemauan, nafsu, dll.

Dasar untuk mencapai tujuan hidup manusia yang hakiki adalah dengan kesimbangan, keseimbangan dalam diri sendiri, keseimbangan dengan alam yang nyata, dan juga keseimbangan dengan alam yang ghaib.

Dengan mengenal dirinya sendiri, manusia akan menyadari bahwa dirinya hanyalah sesuatu yang tidak ada yang kemudian ada, dimana ia tidak mampu untuk mengadakan diri. Maka dapat diartikan bahwa manusia itu berasal dari rahmat Allah, dan hendaknya ia menggunakan tenaga yang telah diberikan Allah padanya dengan sebaik-baiknya.

Allah mencipatkan alam ini untuk manusia, agar mereka memanfaatkan alam ini untuk kebutuhan hidupnya di dunia ini, yang seharusnya mereka perlukan untuk mendapatkan rahmat Allah di akhirat. Dimana manusia juga harus menyeimbangkan diri dengan manusia lainnya, dengan cara saling tolong menolong dalam kebaikan (mencari ridha Allah).

Manusia haruslah meyakini adanya yang ghaib dan alam yang ghaib itu sendiri. Sebab jikalau ia tidak meyakininya, maka hidupnya akan hampa. Karna apa yang ia lakukan hanyalah untuk dunia yang ia tinggali hanya sebentar. Dan ia-pun harus yakin bahwa ia sanggup melewati ujian yang mengangkatnya ke derajat yang lebih tinggi.

Untuk mendapatkan keseimbangan dengan yang ghaib, manusia harus memiliki kesatuan dan kebulatan bahwa yang ghaib itu sungguh-sungguh ada sebagai arah penghidupannya. Dan dengan merasai, menginsyafi, dan meyakini adanya akhirat, maka tiap-tiap amalan yang dilakukannya akan menjadi amalan yang diridhai oleh Allah.

Dengan demikian jelaslah, bahwa asal adanya manuusia itu (Dari mana) datangnya dari rahmat Allah. (Dimana), manusia berada dalam rahmat Allah (dunia), dimana apa yang dibutuhkannya telah tersedia. (Kemana), manusia akan menuju ke dalam rahmat Allah (akhirat), tempat tinggal sebenarnya. Namun mereka terlebih dahulu harus melewati mati, dan alam kubur, yang keduanya juga tercipta karna rahmat Allah.

Dengan mendapatkan keseimbangan yang utuh, membuat seorang manusia sepenuhnya berserah diri pada Allah. Hal itu akan membuatnya tenang dalam menjalani kehidupan. Dan ketenangan tersebut tentunya membawa kebahagiaan lahir dan bathin. Sebab itu, hendaknyalah kebahagiaan itu dibagikan kepada manusia lainnya, agar sama-sama bisa mendapatkan ridha Allah, yang maha pengasih, lagi maha penyanyang.


Note:
- dikhususkan bagi yang sudah membaca bukunya [sebagai pengingat].
- bagi yang belum membaca bukunya, amat disarankan untuk membacanya [jika tertarik], sebab setiap penulis memiliki cara penyampaiannya sendiri-sendiri.


 
;